Nirwan Dewanto: Perbedaan antara revisi
Baris 38: | Baris 38: | ||
* ''Satu Setengah Mata-Mata'' (2016) |
* ''Satu Setengah Mata-Mata'' (2016) |
||
* ''Buku Merah'' (2017) |
* ''Buku Merah'' (2017) |
||
*Buku Jingga (2018) |
*''Buku Jingga'' (2018) |
||
== Filmografi == |
== Filmografi == |
||
=== Film === |
=== Film === |
Revisi per 28 September 2021 17.09
Nirwan Dewanto | |
---|---|
Lahir | 28 September 1961 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | Institut Teknologi Bandung |
Pekerjaan | Penyair, Aktor, Kurator |
Tahun aktif | 1991-sekarang |
Nirwan Dewanto (lahir 28 September 1961) adalah seorang pengamat seni rupa, penyair, dan aktor berkebangsaan Indonesia. Dia dikenal karena perannya sebagai Albertus Soegijapranata dalam film biopik Soegija yang disutradarai Garin Nugroho pada tahun 2012.
Dewanto adalah redaktur sastra untuk Koran Tempo selama 14 tahun sejak mula media itu terbit tahun 2001; media cetak ini menghentikan penerbitannya dengan edisi terakhir pada 31 Desember 2020, mengacu pada perubahan perilaku pembaca surat kabar serta meningkatnya jumlah pelanggan Koran Tempo versi digital.[1]. Dua buku mutakhirnya, Buku Merah (2017) dan Buku Jingga (2018), adalah karya fiksi—bisa disebut sebagai puisi-prosa—yang mengolah secara “dekonstruktif” aneka karakter dan motif dari Ramayana dan Mahabharata—dua epik Jawa-Hindu. Buku Jingga terpilih sebagai fiksi terbaik 2018 oleh majalah Tempo. Saat ini, ia aktif di Komunitas Salihara, yang didirikannya bersama jurnalis pendiri majalah mingguan Tempo dan sastrawan Goenawan Mohammad, jurnalis dan novelis Ayu Utami, musisi Tony Prabowo, dan lain-lain.
Latar Belakang Pendidikan
Nirwan dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 28 September 1961. Saat masih di SMA dia sudah menulis puisi; karya-karyanya diterbitkan di majalah antara lain Kuncung dan Kartini. Nirwan kuliah di Institut Teknologi Bandung di Bandung, Jawa Barat, dari tahun 1980 sampai 1987, dan aktif memimpin Gerakan Apresiasi Sastra (GAS) ITB tahun 1985, sebelum komunitas tersebut dipimpin oleh Fadjroel Rahman (1986) dan Kurnia Effendi (1987). Setelah meraih gelar Sarjana Geologi, kemudian dia berpindah ke Jakarta.[2][3]
Kiprah Kesenian
Pada tahun 1991 Nirwan menjadi pembicara di Konferensi Budaya Nasional. Dia kemudian lebih dikenal untuk banyak membicarakan soal budaya.[3] Nirwan pernah menjadi satu redaktur majalah sastra Horison periode tahun 1990-an, saat susunan dewan redaksi diketuai oleh sastrawan Goenawan Mohamad. Nirwan menjadi redaktur majalah Kalam saat diluncurkan pada bulan Februari 1994, bersama sastrawan Goenawan Mohamad.[4] Pada tahun 1996 Nirwan menerbitkan koleksi esai yang diberi judul Senjakala Kebudayaan.[2] Dua dekade sejak dikemukakan, kelemahan Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991 dibongkar oleh Putri Karyani, blogger Kompasiana, yang menolak premis pascamodernis Nirwan mengenai posisi sains dalam kebudayaan.[5]
Nirwan menduduki dewan juri pada Penghargaan Kusala Khatulistiwa pertama, pada tahun 2001. Di kemudian hari, Nirwan menyatakan bahwa proses seleksi kurang baik, sampai-sampai dewan juri sering tidak memahami karya yang dinilai dan kadang-kadang menilai karya secara sembarangan.[6] Pada tahun yang sama, dia menghasilkan antologi puisi Buku Cacing.[2]
Nirwan memenangkan Penghargaan Khatulistiwa pada tahun 2008 untuk antologi puisi Jantung Ratu Lebah; penghargaan ini juga termasuk honorarium senilai Rp 100 juta. Penulis cerita pendek Seno Gumira Ajidarma, seorang juri, menyatakan bahwa antologi tersebut merupakan karya monumental.[7] Pada tahun 2010, Nirwan menghasilkan antologi puisi yang berjudul Buli-Buli Lima Kaki. Tahun berikutnya beberapa karyanya ditampilkan bersama musik oleh Dian HP dan istri Nirwan, penyanyi Nya Ina Raseuki; Nirwan juga membaca puisi pada kegiatan tersebut.[8][3]
Pada tahun 2012, Nirwan berperan sebagai Uskup Agung Semarang, Albertus Soegijapranata, dalam film biopik Soegija yang disutradarai Garin Nugroho.[9] Garin menyatakan bahwa dia pilih Nirwan sebab penyair itu mirip Soegijapranata secara fisik, biarpun Nirwan bukan orang Katolik.[10] Sementara, Nirwan menyatakan bahwa dia "dipaksa" untuk main film.[11] Indah Setiawati, yang menulis dalam The Jakarta Post, menyatakan bahwa peran Nirwan cukup bagus, biarpun ia tampak merasa kurang nyaman memerankan perannya dalam beberapa adegan.[9]
Buku
- Kebudayaan Indonesia: Pandangan (1991)
- Senjakala Kebudayaan (1996)
- Buli-Buli Lima Kaki (2010)
- Satu Setengah Mata-Mata (2016)
- Buku Merah (2017)
- Buku Jingga (2018)
Filmografi
Film
Tahun | Judul | Peran | Produksi |
---|---|---|---|
2012 | Soegija | Albertus Soegijapranata | Puskat Pictures |
Rujukan
- Catatan kaki
- ^ Aji, Rosseno; Paskalis, Yohanes; Efri R. (2020). "Transformasi dari Kertas ke Layar". Koran Tempo. Diakses tanggal 5 January 2021.
- ^ a b c Eneste 2001, hlm. 165.
- ^ a b c Kompas 2012, Nirwan Dewanto.
- ^ Tempo 1994, Jurnal Angker.
- ^ Putri Karyani Diarsipkan 2014-09-29 di Wayback Machine., Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Budaya: Memberi Tanggapan atas Tulisan Nirwan Dewanto, “Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991”, edukasi.kompasiana.com[pranala nonaktif permanen], 26 Desember 2012
- ^ Tempo 2001, Sebuah Panggung.
- ^ Hermawan and Messakh 2008, Ayu Utami.
- ^ Hamdani 2011, Making Poetry Sing.
- ^ a b Setiawati 2012, 'Soegija' sends a message.
- ^ Siregar 2012, 'Soegija'.
- ^ Tribun 2012, Aktor Romo Soegija.
- Bibliografi
- "Aktor Romo Soegija Seorang Muslim". Tribun. 21 May 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- Eneste, Pamusuk (2001). Buku Pintar Sastra Indonesia (edisi ke-3rd). Jakarta: Kompas. ISBN 978-979-9251-78-8 Periksa nilai: checksum
|isbn=
(bantuan). - Hamdani, Sylvia (2 June 2011). "Making Poetry Sing, In the Name Of Love". Jakarta Globe (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-02. Diakses tanggal 2 January 2012.
- Haryanto, Ign.; Kuswardono, Arief; Dhyatmika, Wahyu (3 December 2001). "Sebuah Panggung Bernama Khatulistiwa". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- Hermawan, Ary; Messakh, Matheos (15 November 2008). "Ayu Utami, Nirwan Dewanto win Khatulistiwa literary prize". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- "Jurnal Angker dapat Populer?". Tempo. 19 February 1994. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- Setiawati, Indah (3 June 2012). "'Soegija' sends a message of humanity". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-29. Diakses tanggal 29 June 2012.
- Siregar, Lisa (29 May 2012). "'Soegija' More Than a War Film". Jakarta Globe (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- Wisanggeni, Aryo; Sartono, Frans; Arcana, Putu Fajar (3 June 2012). "Nirwan Dewanto dalam Tikungan Kehidupan". Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.