Lompat ke isi

Pelecehan seksual: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tri Ardiansyah (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Aphrodite1336 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26: Baris 26:
* Secara berulang meminta seseorang untuk bersosialisasi (tinggal, ikut pergi) di luar jam kantor walaupun orang yang diminta telah mengatakan tidak atau mengindikasikan ketidak tertarikannya.
* Secara berulang meminta seseorang untuk bersosialisasi (tinggal, ikut pergi) di luar jam kantor walaupun orang yang diminta telah mengatakan tidak atau mengindikasikan ketidak tertarikannya.
* Memberikan hadiah atau meninggalkan barang-barang yang dapat merujuk pada [[seks]].
* Memberikan hadiah atau meninggalkan barang-barang yang dapat merujuk pada [[seks]].
* Secara berulang menunjukkan perilaku yang mengarah pada hasrat seksual.
* Secara berulang menunjukkan perilaku yang mengarah pada [[hasrat seksual]].
* Membuat atau mengirimkan gambar-gambar, kartun, atau material lainnya yang terkait dengan seks dan dirasa melanggar etika/ batas.
* Membuat atau mengirimkan gambar-gambar, kartun, atau material lainnya yang terkait dengan seks dan dirasa melanggar etika/ batas.
* Di luar jam kerja memaksakan ajakan-ajakan yang terkait dengan seks yang berpengaruh pada lingkup kerja.
* Di luar jam kerja memaksakan ajakan-ajakan yang terkait dengan seks yang berpengaruh pada lingkup kerja.
Baris 33: Baris 33:
- Sebagai korban ada beberapa pencegahan seperti segera menjauh dari pelaku, baik dilingkungan, sosial media.
- Sebagai korban ada beberapa pencegahan seperti segera menjauh dari pelaku, baik dilingkungan, sosial media.


- Tidak menyebutkan, memberitahukan, isyarat yang dapat menimbulkan hasrat sexual pelaku semakin meningkat contohnya; segera melapor pada pihak berwenang dengan menyertakan bukti, mengingat proses pelaporan membutuhkan waktu hal terdekat atau tercepat yang dilakukan adalah mencari pertolongan orang terdekat bila perlu tegur dengan lantang.
- Tidak menyebutkan, memberitahukan, isyarat yang dapat menimbulkan hasrat seksual pelaku semakin meningkat contohnya; segera melapor pada pihak berwenang dengan menyertakan bukti, mengingat proses pelaporan membutuhkan waktu hal terdekat atau tercepat yang dilakukan adalah mencari pertolongan orang terdekat bila perlu tegur dengan lantang.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 9 November 2021 04.23

Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang tak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks.

Pelecehan seksual dapat terjadi di mana saja baik tempat umum seperti bis, pasar, sekolah, kantor, maupun di tempat pribadi seperti rumah.

Dalam kejadian pelecehan seksual biasanya terdiri dari 10 persen kata-kata pelecehan, 10 persen intonasi yang menunjukkan pelecehan, dan 80 persen non verbal.[butuh rujukan]

Pelaku dan korban

Walaupun secara umum wanita sering mendapat sorotan sebagai korban pelecehan seksual, namun pelecehan seksual dapat menimpa siapa saja. Korban pelecehan seksual bisa jadi adalah laki-laki ataupun perempuan. Korban bisa jadi adalah lawan jenis dari pelaku pelecehan ataupun berjenis kelamin yang sama.

  • Pelaku pelecehan seksual bisa siapa saja terlepas dari jenis kelamin, umur, pendidikan, nilai-nilai budaya, nilai-nilai agama, warga negara, latar belakang, maupun status sosial.
  • Korban dari perilaku pelecehan sosial dianjurkan untuk mencatat setiap insiden termasuk identitas pelaku, lokasi, waktu, tempat, saksi dan perilaku yang dilakukan yang dianggap tidak menyenangkan. Serta melaporkannya ke pihak yang berwenang.
  • Saksi bisa jadi seseorang yang mendengar atau melihat kejadian ataupun seseorang yang diinformasikan akan kejadian saat hal tersebut terjadi. Korban juga dianjurkan untuk menunjukkan sikap ketidak-senangan akan perilaku pelecehan.

Pelecehan seksual di kantor

Pelecehan seksual dikantor mungkin terjadi saat:

  1. Keputusan menyangkut kepegawaian individu tertentu dibuat karena individu tersebut melakukan atau menolak pendekatan-pendekatan seksual dalam pekerjaannya. Keputusan-keputusan kepegawaian misalnya terkait dengan promosi, penghargaan, pelatihan, dan keuntungan-keuntungan lainnya.
  2. Penolakan akan pendekatan seksual yang secara tidak masuk akal berpengaruh pada penilaian pekerjaan individu atau menciptakan lingkungan kerja yang mengintimidasi, kasar, atau penuh tekanan lainnya.

Macam-macam perilaku yang digolongkan dalam pelecehan seksual di kantor

  • Lelucon seks, menggoda secara terus menerus akan hal-hal yang berkaitan dengan seks baik secara langsung maupun melalui media seperti surat, SMS, maupun surat-e.
  • Penyiksaan secara verbal akan hal-hal yang terkait dengan seks.
  • Memegang ataupun menyentuh dengan tujuan seksual.
  • Secara berulang berdiri dengan dekat sekali atau hingga bersentuhan badan dan badan antar orang.
  • Secara berulang meminta seseorang untuk bersosialisasi (tinggal, ikut pergi) di luar jam kantor walaupun orang yang diminta telah mengatakan tidak atau mengindikasikan ketidak tertarikannya.
  • Memberikan hadiah atau meninggalkan barang-barang yang dapat merujuk pada seks.
  • Secara berulang menunjukkan perilaku yang mengarah pada hasrat seksual.
  • Membuat atau mengirimkan gambar-gambar, kartun, atau material lainnya yang terkait dengan seks dan dirasa melanggar etika/ batas.
  • Di luar jam kerja memaksakan ajakan-ajakan yang terkait dengan seks yang berpengaruh pada lingkup kerja.

Pencegahan

- Sebagai korban ada beberapa pencegahan seperti segera menjauh dari pelaku, baik dilingkungan, sosial media.

- Tidak menyebutkan, memberitahukan, isyarat yang dapat menimbulkan hasrat seksual pelaku semakin meningkat contohnya; segera melapor pada pihak berwenang dengan menyertakan bukti, mengingat proses pelaporan membutuhkan waktu hal terdekat atau tercepat yang dilakukan adalah mencari pertolongan orang terdekat bila perlu tegur dengan lantang.

Lihat pula

Bacaan lebih lanjut

  • Sorenson, Susan B. (1997). Violence and Sexual Abuse at Home: Current Issues in Spousal Battering and Child Maltreatment, New York: Haworth Press. ISBN 1-56024-681-2.
  • Leigh Ann Reynolds. "People with Mental Retardation & Sexual Abuse. The Arc Q & A", Arc National Headquarters, 1997
  • Baladerian, N. (1991). "Sexual abuse of people with developmental disabilities". Sexuality and Disability. 9 (4): 323–335. doi:10.1007/BF01102020. 
  • Sobsey, D.(1994). Violence and Abuse in the Lives of People With Disabilities: The End of Silent Acceptance? Baltimore: Paul H. Brookes Publishing Co. ISBN 978-1-55766-148-7
  • Sobsey D. and Varnhagen, C.(1989). "Sexual abuse and exploitation of people with disabilities: Toward Prevention and Treatment". In M. Csapo and L. Gougen (Eds) Special Education Across Canada (pp. 199–218). Vancouver Centre for Human Developmental Research
  • Valenti-Hien, D. and Schwartz, L.(1995). "The sexual abuse interview for those with developmental disabilities". James Stanfield Company, Santa Barbara: California.
  • White-Davis, Donna Lovers in the Time of Plague copyright 2009

Pranala luar