Mata uang virtual: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 16: | Baris 16: | ||
Pertanyaan mengenai apakah mata uang virtual memenuhi karakteristik penuh dari mata uang masih menjadi perdebatan diantara para ahli. Söderberg mengatakan bahwa mata uang virtual tidak atau belum bisa diklasifikasikan sebagai mata uang karena belum memenuhi persyaratan uang konvensional yang dibahas dalam literatur ekonomi.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Söderberg|first=Gabriel|date=14 March 2018|title=Are Bitcoin and Other Crypto-assets Money?|url=https://www.riksbank.se/globalassets/media/rapporter/ekonomiska-kommentarer/engelska/2018/are-bitcoin-and-other-crypto-assets-money.pdf|journal=Economic Commentaries|publisher=Sveriges Riksbank|issue=5|pages=14}}</ref> Persyaratan yang dimaksud dikemukakan oleh Stanley Jevons pada tahun 1875, disebut dengan teori fungsionalisme. Berdasarkan teori ini, uang harus memenuhi tiga fungsi dasar: sebagai alat pembayaran, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan nilai.<ref>{{Cite book|last=Verfasser|first=Jevons, William Stanley|url=http://worldcat.org/oclc/1189455653|title=Money and the Mechanism of Exchange|isbn=978-3-337-53027-3|oclc=1189455653}}</ref> Menurutnya, mata uang virtual sebagai alat pembayaran memiliki fungsi yang terbatas karena sedikit pasar yang menerima mata uang virtual. Sebaliknya, mata uang virtual dimiliki karena perkembangan nilainya yang semakin naik. Kebanyakan orang menggunakan mata uang virtual sebagai aset bukan sebagai alat pembayaran.<ref name=":0" /> |
Pertanyaan mengenai apakah mata uang virtual memenuhi karakteristik penuh dari mata uang masih menjadi perdebatan diantara para ahli. Söderberg mengatakan bahwa mata uang virtual tidak atau belum bisa diklasifikasikan sebagai mata uang karena belum memenuhi persyaratan uang konvensional yang dibahas dalam literatur ekonomi.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Söderberg|first=Gabriel|date=14 March 2018|title=Are Bitcoin and Other Crypto-assets Money?|url=https://www.riksbank.se/globalassets/media/rapporter/ekonomiska-kommentarer/engelska/2018/are-bitcoin-and-other-crypto-assets-money.pdf|journal=Economic Commentaries|publisher=Sveriges Riksbank|issue=5|pages=14}}</ref> Persyaratan yang dimaksud dikemukakan oleh Stanley Jevons pada tahun 1875, disebut dengan teori fungsionalisme. Berdasarkan teori ini, uang harus memenuhi tiga fungsi dasar: sebagai alat pembayaran, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan nilai.<ref>{{Cite book|last=Verfasser|first=Jevons, William Stanley|url=http://worldcat.org/oclc/1189455653|title=Money and the Mechanism of Exchange|isbn=978-3-337-53027-3|oclc=1189455653}}</ref> Menurutnya, mata uang virtual sebagai alat pembayaran memiliki fungsi yang terbatas karena sedikit pasar yang menerima mata uang virtual. Sebaliknya, mata uang virtual dimiliki karena perkembangan nilainya yang semakin naik. Kebanyakan orang menggunakan mata uang virtual sebagai aset bukan sebagai alat pembayaran.<ref name=":0" /> |
||
Terdapat tiga pendekatan cara untuk menerbitkan dan menggunakan mata uang virtual; pertama, melakukan beberapa operasi kripto dan dengan cara itu mendapatkan daya komputasi serta hasil yang diciptakan operasi tersebut. Kedua, membuat mata uang virtual baru dengan menukarnya setara dengan mata uang dunia nyata. Ketiga, melakukan beberapa tugas atau jasa dan mendapatkan hadiah beberapa jumlah dari mata uang virtual tertentu.<ref>{{Cite book|last=ed.|first=Muftic, Sead. Sanchez, Ignacio, ed. Beslay, Laurent,|date=2016|url=http://worldcat.org/oclc/1044418892|title=Overview and analysis of the concept and applications of virtual currencies|publisher=Publications Office|isbn=978-92-79-64826-7|oclc=1044418892}}</ref> |
|||
⚫ | Di sisi lain, tidak bisa dipungiri kemungkinan jumlah pengguna dan transaksi akan meningkat dalam cakupan yang lebih luas, bahkan berpotensi menggantikan mata uang nasional di masa depan. Mata uang virtual memiliki beberapa karakter: pertama, mata uang virtual merupakan bentuk mata uang privat dan biasanya dibuat dengan cara terdesentralisasi; kedua, hanya ada dalam bentuk digital; ketiga, kebanyakan mata uang virtual didasarkan pada teknologi [[rantai blok]], dan terakhir, sebagian besar mata uang virtual memiiki karakter global (lintas negara).<ref>{{Cite journal|last=Dabrowski|first=Marek|last2=Janikowski|first2=Lukasz|date=2018|title=Virtual Currencies and Their Potential Impact on Financial Markets and Monetary Policy|url=http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3244429|journal=SSRN Electronic Journal|doi=10.2139/ssrn.3244429|issn=1556-5068}}</ref> |
||
Menurut Bernard Lietaer dalam bukunya ''The Future of Money'', mendefinisikan uang sebagai persetujuan, dalam suatu komunitas, yang dipakai sebagai alat pembayaran.<ref>{{Cite book|last=Lietaer|first=Bernard|date=2013|url=https://www.worldcat.org/oclc/1004568402|title=The Future Of Money|location=London|isbn=978-1-4481-4993-3|oclc=1004568402}}</ref> Uang dapat dikatakan efektif dan efisien jika memenuhi tujuh kriteria, yaitu: diterima, barang harus diinginkan karena barang itu sendiri (memiliki nilai intrinsik); dapat dibagi, harus mudah untuk dibagi sampai unit terkecil; homogen, harus seragam agar mudah dibagi; tahan lama, barang harus dapat bertahan lama agar tidak mudah rapuh; mudah dibawa, barang harus mudah dibawa ekmana-mana; langka, kuantitas barang yang sedikit dapat memiliki nilai yang besar; dan nilai stabil, memiliki nilai yang stabil terhadap barang lain.<ref>{{Cite journal|last=Meera|first=Ahmad Kameel Mydin|date=2018-04-30|title=Cryptocurrencies From Islamic Perspectives: The Case Of Bitcoin|url=http://dx.doi.org/10.21098/bemp.v20i4.902|journal=Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan|volume=20|issue=4|pages=443–460|doi=10.21098/bemp.v20i4.902|issn=2460-9196}}</ref> Mata uang virtual terdesentralisasi memiliki karakteristik yang sama dengan mata uang fiat dengan memenuhi enam kriteria uang efektif dan efisien. Kedua mata uang tidak memiliki nilai intrinsik dan kestabilan bergantung pada situasi kondisi. Maka dari itu mata uang virtual terdesenralisasi dapat diterima sebagai mata uang.<ref>{{Cite journal|last=Yuneline|first=Mirza Hedismarlina|date=2019-12-02|title=Analysis of cryptocurrency’s characteristics in four perspectives|url=http://dx.doi.org/10.1108/jabes-12-2018-0107|journal=Journal of Asian Business and Economic Studies|volume=26|issue=2|pages=206–219|doi=10.1108/jabes-12-2018-0107|issn=2515-964X}}</ref> |
|||
⚫ | Di sisi lain, tidak bisa dipungiri kemungkinan jumlah pengguna dan transaksi akan meningkat dalam cakupan yang lebih luas, bahkan berpotensi menggantikan mata uang nasional di masa depan. Mata uang virtual memiliki beberapa karakter: pertama, mata uang virtual merupakan bentuk mata uang privat dan biasanya dibuat dengan cara terdesentralisasi; kedua, hanya ada dalam bentuk digital; ketiga, kebanyakan mata uang virtual didasarkan pada teknologi [[rantai blok]], dan terakhir, sebagian besar mata uang virtual memiiki karakter global (lintas negara).<ref>{{Cite journal|last=Dabrowski|first=Marek|last2=Janikowski|first2=Lukasz|date=2018|title=Virtual Currencies and Their Potential Impact on Financial Markets and Monetary Policy|url=http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3244429|journal=SSRN Electronic Journal|doi=10.2139/ssrn.3244429|issn=1556-5068}}</ref> |
||
== Klasifikasi == |
== Klasifikasi == |
||
Baris 60: | Baris 64: | ||
Dilihat dari tabel diatas dipahami terdapat berbagai jenis mata uang, baik fisik maupun digital, diatur maupun yang tidak diatur. Mata uang virtual merupakan uang digital yang tidak diatur atau tidak memiliki legalitas di suatu yurisdiksi. Pembagian mata uang virtual dapat dilakukan berdasarkan beberapa kategori. |
Dilihat dari tabel diatas dipahami terdapat berbagai jenis mata uang, baik fisik maupun digital, diatur maupun yang tidak diatur. Mata uang digital adalah representasi nilai digital yang dapat ditukarkan dngan barang dan jasa, juga dapat memiliki legalitas. Contohnya seperti PayPal dan uang elektronik yang merupakan nilai digital dari mata uang fiat. Berbeda dengan mata uang virtual yang digunakan di dunia virtual dan memiliki satuan hitung tersendiri. Mata uang virtual merupakan uang digital yang tidak diatur atau tidak memiliki legalitas di suatu yurisdiksi. Pembagian mata uang virtual dapat dilakukan berdasarkan beberapa kategori. |
||
=== Klasifikasi berdasarkan arus mata uang === |
=== Klasifikasi berdasarkan arus mata uang === |
||
Baris 66: | Baris 70: | ||
==== Mata uang virtual tertutup (non-konversi) ==== |
==== Mata uang virtual tertutup (non-konversi) ==== |
||
Mata uang virtual jenis tertutup hampir tidak berhubungan dengan ekonomi sesungguhnya |
Mata uang virtual jenis tertutup hampir tidak berhubungan dengan ekonomi sesungguhnya. Pengguna menggunakan mata uang jenis ini untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan oleh komunitas virtual tertentu.<ref name=":1" /> Kebanyakan mata uang virtual tertutup digunakan di dalam permainan ''(in-game)''. Pengguna mendapatkan uang dengan melakukan tugas dan misi di dalam permainan. Biasanya mata uang virtual ini tidak memiliki nilai riil dan hanya dapat digunakan ditempatnya diterbitkan. Contoh, emas pada permainan ''[[World of Warcraft]].'' |
||
==== Mata uang virtual dengan arus searah ==== |
==== Mata uang virtual dengan arus searah ==== |
||
Mata uang virtual jenis ini dapat dibeli langsung menggunakan mata uang asli dengan nilai tukar tertentu, tetapi tidak dapat dikembalikan |
Mata uang virtual jenis ini dapat dibeli langsung menggunakan mata uang asli dengan nilai tukar tertentu, tetapi tidak dapat dikembalikan. Mata uang virtual ini hanya dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa virtual di tempat mata uang dibeli.<ref>{{Cite book|last=1984-|first=Kounelis, Ioannis,|date=2015|url=http://worldcat.org/oclc/942579162|title=Secure and trusted mobile commerce system based on virtual currencies|publisher=Information and Communication Technology, KTH Royal Institute of Technology|isbn=978-91-7595-556-8|oclc=942579162}}</ref> Kondisi konversi tergantung kepada pemilik mata uang. Contoh, Mata uang virtual yang dibuat oleh Nintendo, disebut ''Nintendo Points'', dapat ditukar pada toko Nintendo dan permainan-permainan Nintendo. Poin dapat dibeli seara ''online'' dengan menggunakan kartu kredit atau di toko tertentu, poin ini tidak bisa ditukar dengan uang asli. |
||
==== Mata uang virtual terbuka (konversi) ==== |
==== Mata uang virtual terbuka (konversi) ==== |
||
Baris 81: | Baris 85: | ||
==== Mata uang terdesentralisasi ==== |
==== Mata uang terdesentralisasi ==== |
||
Mata uang virtual terdesentralisasi merupakan mata uang yang terdistribusi, bersumber terbuka ''(open-source)'', berbasis matematika, mata uang ''peer-to-peer'' yang tidak memiliki otoritas administrasi dan pemantauan atau pengawasan pusat. Mata uang jenis ini sering disebut sebagai [[mata uang kripto]]. Contohnya, Bitcoin, LiteCoin.<ref name=":2" /> Daripada mengandalkan keyakinan pada otoritas pusat yang bergantung pada sistem keyakinan terdistribusi.<ref>{{Cite news|date=2013-11-28|title=Bitcoin under pressure|url=https://www.economist.com/technology-quarterly/2013/11/28/bitcoin-under-pressure|newspaper=The Economist|issn=0013-0613|access-date=2021-11-26}}</ref> |
Mata uang virtual terdesentralisasi merupakan mata uang yang terdistribusi, bersumber terbuka ''(open-source)'', berbasis matematika, mata uang ''peer-to-peer'' yang tidak memiliki otoritas administrasi dan pemantauan atau pengawasan pusat. Mata uang jenis ini sering disebut sebagai [[mata uang kripto]]. Sistem desentralisasi ini memerlukan teknik kriptografi untuk mengidentifikasi dan memverifikasi transaksi. Contohnya, Bitcoin, LiteCoin.<ref name=":2" /> Daripada mengandalkan keyakinan pada otoritas pusat yang bergantung pada sistem keyakinan terdistribusi.<ref>{{Cite news|date=2013-11-28|title=Bitcoin under pressure|url=https://www.economist.com/technology-quarterly/2013/11/28/bitcoin-under-pressure|newspaper=The Economist|issn=0013-0613|access-date=2021-11-26}}</ref> |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
Revisi per 27 November 2021 07.00
Mata uang virtual (uang virtual atau virtual currency) adalah mata uang digital yang sebagian besar tidak diatur oleh otoritas tertentu, dapat ditransfer, disimpan, dan diperdagangkan secara elektronik, serta tidak memiliki legalitas hukum (legal tender).[1] Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN), sebuah biro Keuangan AS, mendefinisikan mata uang virtual sebagai "sebuah perwakilan digital dari nilai yang dikeluarkan oleh sebuah bank sentral atau sebuah otoritas publik, maupun kebutuhan yang ditujukan untuk mata uang fiat, tetapi diterima oleh orang-orang hukum atau alami sebagai alat pembayaran dan dapat ditransfer, disetor atau diperdagangkan secara elektronik". Sebaliknya, mata uang digital yang dikeluarkan oleh bank sentral diartikan sebagai "mata uang digital bank sentral".
Definisi
Tidak terdapat kesepakatan diantara para ahli mengenai definisi yang paling tepat tentang mata uang virtual dan definisi dapat berubah sesuai dengan perkembangan dari mata uang virtual. Otoritas Perbankan Eropa atau European Banking Authority (EBA) mendefinisikan mata uang virtual sebagai nilai dalam bentuk digital yang bukan dikeluarkan oleh bank sentral atau lembaga yang berwenang juga tidak harus dilampirkan dengan uang fiat, tetapi digunakan oleh orang atau badan hukum tertentu sebagai alat tukar dan dapat ditransfer, disimpan atau diperdagangkan secara elektronik.[2]
Pada tahun 2012, Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) mengartikan mata uang virtual sebagai jenis uang digital yang penerbitan dan kontrolnya dilakukan oleh pengembangnya, tidak diatur oleh suatu otoritas, dan biasanya hanya digunakan oleh komunitas tertentu.[3] Dalam laporan lebih lanjut, pada tahun 2015 Bank Sentral Eropa menggunakan definisi yang berbeda untuk mata uang virtual. Pertama, definisi seharusnya tidak lagi mengandung kata "uang", dikarenakan telah jelas mata uang virtual tidak memiliki aset likuid yang tinggi dan belum mencapai tingkat kesepakatan yang umum untuk digunakan sebagai mata uang. Frasa "tidak diatur" juga harus dihilangkan karena pada beberapa yurisdiksi, regulasi mengnai mata uang virtual telah dibentuk. Oleh sebab itu, mata uang virtual didefinisikan sebagai representasi nilai digital yang tidak diterbitkan oleh bank sentral, lembaga kredit atau lembaga uang elektronik, yang pada beberapa keadaan dapat dijadikan sebagai uang alternatif.[4]
Financial Action Task Force (FATF), badan antar pemerintah yang bertujuan menetapkan standar global anti pencucian uang dan pendanaan teroris, juga memberikan definisi mata uang virtual yaitu, nilai digital yang dapat diperdagangkan dan berfungsi sebagai: (1) alat pertukaran; dan/atau (2) satuan hitung; dan/atau (3) penyimpanan nilai, tetapi tidak memiliki legalitas (misal, ketika diajukan kepada kreditur, merupakan alat pembayaran yang sah) di dalam yurisdiksi manapun.[5]
Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN), salah satu biro dari Kementerian Keuangan Amerika Serikat, mendefinisikan mata uang virtual bertolak belakang dengan mata uang asli, yaitu alat tukar yang digunakan seperti mata uang biasanya di lingkungan tertentu, tetapi tidak memiliki keseluruhan karakteristik dari mata uang asli. Khususnya tidak memiliki legalitas di yurisdiksi manapun.[6]
Secara yuridis, Pedoman Parlemen dan Dewan Eropa 2018/843 mendefinisikan istilah mata uang virtual sebagai representasi nilai digital yang tidak diterbitkan atau dijamin oleh bank sentral atau lembaga yang berwenang, tidak harus dilampirkan bersama mata uang yang sah dan tidak memiliki legalitas sebagai mata uang tetapi diterima dan digunakan oleh orang atau badan hukum sebagai alat tukar dan dapat ditransfer, disimpan, dan diperdagangkan secara elektronik.[7] Sedangkan di Indonesia, pada Pasal 34 Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 dan Pasal 8 Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 melarang penggunaan dari mata uang virtual.[8] Bank Indonesia mendefinisikan mata uang virtual sebagai uang digital yang diterbitkan oleh pihak yang tidak memiliki otoritas keuangan, didapatkan dengan cara 'menambang', dapat dibeli atau ditransfer, termasuk Bitcoin, Blackoin, Dash Dogecoin, Litecoin, Nxt, Peercoin, Primecoin, Ripple, dan Ven. Definisi ini berbeda dari yang digunakan oleh yurisdiksi lain.[9]
Karakteristik
Pertanyaan mengenai apakah mata uang virtual memenuhi karakteristik penuh dari mata uang masih menjadi perdebatan diantara para ahli. Söderberg mengatakan bahwa mata uang virtual tidak atau belum bisa diklasifikasikan sebagai mata uang karena belum memenuhi persyaratan uang konvensional yang dibahas dalam literatur ekonomi.[10] Persyaratan yang dimaksud dikemukakan oleh Stanley Jevons pada tahun 1875, disebut dengan teori fungsionalisme. Berdasarkan teori ini, uang harus memenuhi tiga fungsi dasar: sebagai alat pembayaran, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan nilai.[11] Menurutnya, mata uang virtual sebagai alat pembayaran memiliki fungsi yang terbatas karena sedikit pasar yang menerima mata uang virtual. Sebaliknya, mata uang virtual dimiliki karena perkembangan nilainya yang semakin naik. Kebanyakan orang menggunakan mata uang virtual sebagai aset bukan sebagai alat pembayaran.[10]
Terdapat tiga pendekatan cara untuk menerbitkan dan menggunakan mata uang virtual; pertama, melakukan beberapa operasi kripto dan dengan cara itu mendapatkan daya komputasi serta hasil yang diciptakan operasi tersebut. Kedua, membuat mata uang virtual baru dengan menukarnya setara dengan mata uang dunia nyata. Ketiga, melakukan beberapa tugas atau jasa dan mendapatkan hadiah beberapa jumlah dari mata uang virtual tertentu.[12]
Menurut Bernard Lietaer dalam bukunya The Future of Money, mendefinisikan uang sebagai persetujuan, dalam suatu komunitas, yang dipakai sebagai alat pembayaran.[13] Uang dapat dikatakan efektif dan efisien jika memenuhi tujuh kriteria, yaitu: diterima, barang harus diinginkan karena barang itu sendiri (memiliki nilai intrinsik); dapat dibagi, harus mudah untuk dibagi sampai unit terkecil; homogen, harus seragam agar mudah dibagi; tahan lama, barang harus dapat bertahan lama agar tidak mudah rapuh; mudah dibawa, barang harus mudah dibawa ekmana-mana; langka, kuantitas barang yang sedikit dapat memiliki nilai yang besar; dan nilai stabil, memiliki nilai yang stabil terhadap barang lain.[14] Mata uang virtual terdesentralisasi memiliki karakteristik yang sama dengan mata uang fiat dengan memenuhi enam kriteria uang efektif dan efisien. Kedua mata uang tidak memiliki nilai intrinsik dan kestabilan bergantung pada situasi kondisi. Maka dari itu mata uang virtual terdesenralisasi dapat diterima sebagai mata uang.[15]
Di sisi lain, tidak bisa dipungiri kemungkinan jumlah pengguna dan transaksi akan meningkat dalam cakupan yang lebih luas, bahkan berpotensi menggantikan mata uang nasional di masa depan. Mata uang virtual memiliki beberapa karakter: pertama, mata uang virtual merupakan bentuk mata uang privat dan biasanya dibuat dengan cara terdesentralisasi; kedua, hanya ada dalam bentuk digital; ketiga, kebanyakan mata uang virtual didasarkan pada teknologi rantai blok, dan terakhir, sebagian besar mata uang virtual memiiki karakter global (lintas negara).[16]
Klasifikasi
Untuk memahami teknologi-teknologi pembayaran yang baru, diperlukan kerangka konseptual mengenai mata uang[17], sebagai berikut:
Skema Mata Uang (diadaptasi dari Virtual Currency Schemes, European Central Bank)[3]: | Bentuk Uang | ||||
---|---|---|---|---|---|
Fisik | Digital | ||||
Tidak Menggunaan Kriptografi | Teknologi Kriptografi | ||||
Legalitas | Tidak Diatur | Sentralisasi | Kupon | Kupon internet | |
Kupon seluler | |||||
Mata uang lokal | Mata uang virtual tersentralisasi | ||||
Desentralisasi | Uang komoditas (fisik) | Mata uang digital (Stellar, Ripple) | Mata uang kripto | ||
Diatur | Uang kertas dan uang logam | Uang elektronik | |||
Deposito |
Dilihat dari tabel diatas dipahami terdapat berbagai jenis mata uang, baik fisik maupun digital, diatur maupun yang tidak diatur. Mata uang digital adalah representasi nilai digital yang dapat ditukarkan dngan barang dan jasa, juga dapat memiliki legalitas. Contohnya seperti PayPal dan uang elektronik yang merupakan nilai digital dari mata uang fiat. Berbeda dengan mata uang virtual yang digunakan di dunia virtual dan memiliki satuan hitung tersendiri. Mata uang virtual merupakan uang digital yang tidak diatur atau tidak memiliki legalitas di suatu yurisdiksi. Pembagian mata uang virtual dapat dilakukan berdasarkan beberapa kategori.
Klasifikasi berdasarkan arus mata uang
Mata uang virtual dapat dibedakan menurut arus keuangan yang terjadi, bisa dengan pertukaran terhadap mata uang fiat ataupun pertukaran dengan barang dan jasa di dunia nyata. Mata uang virtual dapat ditukar hanya jika terjadi kesepakatan diantara pihak satu dengan yang lain. Berdasarkan hal ini, mata uang virtual dapat dibedakan menjadi tiga jenis.[3]
Mata uang virtual tertutup (non-konversi)
Mata uang virtual jenis tertutup hampir tidak berhubungan dengan ekonomi sesungguhnya. Pengguna menggunakan mata uang jenis ini untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan oleh komunitas virtual tertentu.[3] Kebanyakan mata uang virtual tertutup digunakan di dalam permainan (in-game). Pengguna mendapatkan uang dengan melakukan tugas dan misi di dalam permainan. Biasanya mata uang virtual ini tidak memiliki nilai riil dan hanya dapat digunakan ditempatnya diterbitkan. Contoh, emas pada permainan World of Warcraft.
Mata uang virtual dengan arus searah
Mata uang virtual jenis ini dapat dibeli langsung menggunakan mata uang asli dengan nilai tukar tertentu, tetapi tidak dapat dikembalikan. Mata uang virtual ini hanya dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa virtual di tempat mata uang dibeli.[18] Kondisi konversi tergantung kepada pemilik mata uang. Contoh, Mata uang virtual yang dibuat oleh Nintendo, disebut Nintendo Points, dapat ditukar pada toko Nintendo dan permainan-permainan Nintendo. Poin dapat dibeli seara online dengan menggunakan kartu kredit atau di toko tertentu, poin ini tidak bisa ditukar dengan uang asli.
Mata uang virtual terbuka (konversi)
Mata uang virtual jenis ini dapat digunakan sebagai alat tukar dengan mata uang fiat bergantung pada nilai tukar yang berlaku dan sebagai alat pembayaran barang dan jasa di dunia nyata maupun virtual. Mata uang virtual terbuka adalah mata uang yang paling sering berinteraksi dengan ekonomi nyata.[19] Contohnya, Bitcoin, WebMoney, Second Life Linden Dollars.
Klasifikasi berdasarkan sistem operasi
Penggunaan mata uang virtual tergantung pada tiga komponen; pertama, penerbitan dan pertukaran mata uang; kedua, mekanisme penerapan dan peraturan yang digunakan dalam peredaran mata uang; terakhir, proses pembayaran.[20] Seluruh mata uang virtual non-konversi memiliki sistem yang tersentralisasi, diterbitkan oleh otoritas pusat yang menetapkan aturan untuk tidak dapat dikonversi.[5]
Mata uang tersentralisasi
Mata uang virtual tersentralisasi memiliki satu otoritas administrator yang mengontrol sistem. Administrator bertugas untuk menerbitkan mata uang, membuat peraturan penggunaan, memelihara buku besar pembayaran pusat, dan memiliki otoritas untuk menukar mata uang (menarik mata uang dari peredaran). Contohnya, Second Life Linden Dollars, WebMoney WM units.[5]
Mata uang terdesentralisasi
Mata uang virtual terdesentralisasi merupakan mata uang yang terdistribusi, bersumber terbuka (open-source), berbasis matematika, mata uang peer-to-peer yang tidak memiliki otoritas administrasi dan pemantauan atau pengawasan pusat. Mata uang jenis ini sering disebut sebagai mata uang kripto. Sistem desentralisasi ini memerlukan teknik kriptografi untuk mengidentifikasi dan memverifikasi transaksi. Contohnya, Bitcoin, LiteCoin.[5] Daripada mengandalkan keyakinan pada otoritas pusat yang bergantung pada sistem keyakinan terdistribusi.[21]
Pranala luar
- ^ Zams, Bastian Muzbar; Indrastuti, Ratih; Pangersa, Akhmad Ginulur; Hasniawati, Nur Annisa; Zahra, Fatimah Az; Fauziah, Indah Ayu (2020-12-02). "DESIGNING CENTRAL BANK DIGITAL CURRENCY FOR INDONESIA: THE DELPHI–ANALYTIC NETWORK PROCESS". Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. 23 (3): 413–440. doi:10.21098/bemp.v23i3.1351. ISSN 2460-9196.
- ^ EBA Opinion on ‘virtual currencies’. European Banking Authority. 4 Juli 2014. h. 11. Diakses 24 November 2021.
- ^ a b c d Virtual currency schemes. European Central Bank. Frankfurt am Main: European Central Bank. 2012. ISBN 978-92-899-0862-7. OCLC 1044382974.
- ^ Bank., European Central (2015). Virtual currency schemes : a further analysis. European Central Bank. ISBN 978-92-899-1560-1. OCLC 931008356.
- ^ a b c d publisher., Financial Action Task Force, issuing body,. Virtual currencies : key definitions and potential AML/CFT risks. OCLC 904290893.
- ^ "FIN-2013-G001: Application of FinCEN's Regulations to Persons Administering, Exchanging, or Using Virtual Currencies". Financial Crimes Enforcement Network. 18 Maret 2013. h. 6. Diarsipkan dari situs asli pada 19 Maret 2013. Diakses pada 25 November 2021.
- ^ "EUR-Lex - 32018L0843 - EN - EUR-Lex". eur-lex.europa.eu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-26.
- ^ Irma, Dasih; Maemunah, Sari; Zuhri, Saefudin; Juhandi, Nendi (5 Juni 2021). "The future of cryptocurrency legality in Indonesia". Journal of Economics and Business Letters. 1 (1): 20–23. doi:https://doi.org/10.32479/ijefi.11347 Periksa nilai
|doi=
(bantuan). - ^ Chang, Soonpeel Edgar (2019-01-16). "LEGAL STATUS OF VIRTUAL CURRENCY IN INDONESIA IN THE ABSENCE OF SPECIFIC REGULATIONS". Indonesia Law Review (dalam bahasa Inggris). 8 (3): 328–348. doi:10.15742/ilrev.v8n3.485. ISSN 2356-2129.
- ^ a b Söderberg, Gabriel (14 March 2018). "Are Bitcoin and Other Crypto-assets Money?" (PDF). Economic Commentaries. Sveriges Riksbank (5): 14.
- ^ Verfasser, Jevons, William Stanley. Money and the Mechanism of Exchange. ISBN 978-3-337-53027-3. OCLC 1189455653.
- ^ ed., Muftic, Sead. Sanchez, Ignacio, ed. Beslay, Laurent, (2016). Overview and analysis of the concept and applications of virtual currencies. Publications Office. ISBN 978-92-79-64826-7. OCLC 1044418892.
- ^ Lietaer, Bernard (2013). The Future Of Money. London. ISBN 978-1-4481-4993-3. OCLC 1004568402.
- ^ Meera, Ahmad Kameel Mydin (2018-04-30). "Cryptocurrencies From Islamic Perspectives: The Case Of Bitcoin". Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. 20 (4): 443–460. doi:10.21098/bemp.v20i4.902. ISSN 2460-9196.
- ^ Yuneline, Mirza Hedismarlina (2019-12-02). "Analysis of cryptocurrency's characteristics in four perspectives". Journal of Asian Business and Economic Studies. 26 (2): 206–219. doi:10.1108/jabes-12-2018-0107. ISSN 2515-964X.
- ^ Dabrowski, Marek; Janikowski, Lukasz (2018). "Virtual Currencies and Their Potential Impact on Financial Markets and Monetary Policy". SSRN Electronic Journal. doi:10.2139/ssrn.3244429. ISSN 1556-5068.
- ^ Adrian, Tobias (2019). The Rise of Digital Money. IMF e-Library York University. Washington, D.C.: International Monetary Fund. ISBN 9781498324908. OCLC 1113586371.
- ^ 1984-, Kounelis, Ioannis, (2015). Secure and trusted mobile commerce system based on virtual currencies. Information and Communication Technology, KTH Royal Institute of Technology. ISBN 978-91-7595-556-8. OCLC 942579162.
- ^ Sarah., Rotman, (2014). Bitcoin Versus Electronic Money. World Bank, Washington, DC. OCLC 1066575516.
- ^ body., International Monetary Fund. Asia and Pacific Department. International Monetary Fund. Monetary and Capital Markets Department, issuing (2016). Virtual currencies and beyond : initial considerations. International Monetary Fund, Asia and Pacific Department. OCLC 938787631.
- ^ "Bitcoin under pressure". The Economist. 2013-11-28. ISSN 0013-0613. Diakses tanggal 2021-11-26.