Lompat ke isi

PSMS Medan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Indra Rangkuti (bicara | kontrib)
Indra Rangkuti (bicara | kontrib)
Baris 67: Baris 67:
Setelah 8 tahun tanpa gelar, akhirnya PSMS mengakhiri kemarau gelar pada tahun 1983 setelah di final mengalahkan Persib Bandung 3–2 melalui adu penalti (aet 0-0). Mereka kembali mempertahankan gelar pada musim 1985 ketika mereka mengalahkan Persib 2-1 dalam adu penalti (aet 2-2). Pertandingan yang dimainkan di Stadion Gelora Bung Karno ini disaksikan oleh 150.000 penonton dengan kapasitas 110.000 tempat duduk, yang merupakan rekor kehadiran tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia. Menurut buku Konfederasi Sepak Bola Asia yang diterbitkan pada tahun 1987, pertandingan ini merupakan pertandingan terbesar dalam sejarah sepak bola amatir di dunia.
Setelah 8 tahun tanpa gelar, akhirnya PSMS mengakhiri kemarau gelar pada tahun 1983 setelah di final mengalahkan Persib Bandung 3–2 melalui adu penalti (aet 0-0). Mereka kembali mempertahankan gelar pada musim 1985 ketika mereka mengalahkan Persib 2-1 dalam adu penalti (aet 2-2). Pertandingan yang dimainkan di Stadion Gelora Bung Karno ini disaksikan oleh 150.000 penonton dengan kapasitas 110.000 tempat duduk, yang merupakan rekor kehadiran tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia. Menurut buku Konfederasi Sepak Bola Asia yang diterbitkan pada tahun 1987, pertandingan ini merupakan pertandingan terbesar dalam sejarah sepak bola amatir di dunia.
Ponirin Meka (kiper) dan Jaya Hartono, pemain penting PSMS tahun 1980-an
Ponirin Meka (kiper) dan Jaya Hartono, pemain penting PSMS tahun 1980-an
Pada masa kejayaan ini, PSMS diperkuat oleh banyak pemain berkualitas seperti Yuswardi, Muslim, Sunarto, Sukiman, Ipong Silalahi, Wibisono, Tumsila, Sarman Panggabean, Suwarno, Tumpak Sihite, Nobon Kayamuddin, Zulkarnaen Pasaribu, Ismail Ruslan, Parlin Siagian, Sunardi B,Marzuki Nyakmad, Zulham Effendi Harahap,Sunardi A., Bambang Usmanto, Musimin,Sakum Nugroho M. Siddik, Ricky Yacobi , Abdul Kadir,Jacob Sihasale, Ronny Pasla,Yudo Hadianto,M.Basri,Taufik Lubis,Pariman, Iswadi Idris , Abdul Rahman Gurning , Anwar Ujang, Ponirin Meka, Jaya Hartono , Zulkarnaen Lubis, Sakum Nugroho Soetjipto Soentoro dan lain-lain.
Pada masa kejayaan ini, PSMS diperkuat oleh banyak pemain berkualitas seperti Yuswardi, Muslim,Ronny Pasla, Sunarto, Sukiman, Ipong Silalahi, Wibisono, Tumsila, Sarman Panggabean, Anwar Ujang,Zulham Yahya, Suwarno, Tumpak Sihite, Nobon Kayamuddin, Zulkarnaen Pasaribu, Ismail Ruslan, Parlin Siagian,Suparjo Sunardi B,Marzuki Nyakmad, Zulham Effendi Harahap,Sunardi A., Bambang Usmanto, Musimin,Sakum Nugroho M. Siddik, Mamek Sudiono,Ahmad,Hadi Sakiman,Ricky Yacobi , Abdul Kadir,Jacob Sihasale,,Yudo Hadianto,M.Basri,Taufik Lubis,Pariman, Iswadi Idris , Abdul Rahman Gurning , Badiaraja Manurung, Ponirin Meka, Jaya Hartono , Zulkarnaen Lubis, Sakum Nugroho Soetjipto Soentoro,Jamaluddin Hutauruk dan lain-lain.


=== Akhir era kejayaan; Liga Indonesia era (1990–2001) ===
=== Akhir era kejayaan; Liga Indonesia era (1990–2001) ===

Revisi per 22 Desember 2021 07.32

PSMS
Nama lengkapPersatuan Sepak bola Medan Sekitarnya
JulukanAyam Kinantan
Berdiri21 April 1950
StadionStadion Teladan
Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara
(Kapasitas: 25.000)
KetuaKodrat Shah
ManajerMulyadi Simatupang
PelatihAnsyari Lubis
LigaLiga 2 2021
2019Peringkat 3 grup Y 8 Besar
Kostum kandang
Kostum tandang

Persatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya atau biasa disingkat PSMS adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. PSMS Medan saat ini bermain di Liga 2 Indonesia.

Sejarah

PSMS Medan dirikan pada tanggal 21 April 1950. Meski demikian sejak tahun 1930 telah berdiri klub MVC (Medansche Voetbal Club) yang diyakini merupakan embrio PSMS. Namun walau demikian tidak ada bukti yang jelas bahwa MVC,DVB,OSVB,VBMO dan klub sepakbola lainnya yang berdiri pada masa kolonialisme Belanda adalah embrio PSMS.

Tokoh pemrakarsa lahirnya PSMS Medan 6 Tokoh yang mewakili 6 Klub Amatir yang ada di Medan pada tahun 1950 tersebut.Ke-6 Tokoh itu adalah Adinegoro (Al Wathan), Madja Purba (Sahata), Sulaiman Siregar (PO Polisi), T.M Harris (Medan Sport), dr Pierngadi (Deli Matschapij) dan Tedja Singh (India Football Team).Merekalah yang mengkoordinir 23 klub yang ada di Medan saat itu untuk mendirikan PSMS Medan.

Sejak dahulu Kota Medan dikenal dunia oleh karena perkebunan tembakau Delinya. Tak heran bahwasannya logo PSMS berupa "daun" dan "bunga tembakau Deli".Tembakau Deli pula yang kemudian dijadikan sebagai logo dari PSMS Medan hingga kini.Logo tersebut memiliki makna sebagai berikut : Tembakau Deli berarti primadonanya ekspor Medan dan sekitarnya yang tersohor ke seluruh dunia.1950 berarti kelahiran PSMS pada 21 April 1950.Warna Hijau berarti perkebunan.Dasar Putih berarti Suci yang dalam arti luas berarti Sportif.

Warna hijau tetap dipertahankan sebagai warna kostum utama PSMS Medan.Warna hijau dalam kostum PSMS juga bisa diartikan sebagai kesejukan,kesegaran dan ketenangan.

PSMS Medan dikenal dengan tipe permainan khas rap-rap yakni sepak bola yang berkarakter keras, cepat dan ngotot namun tetap bermain bersih menjunjung sportivitas. Inilah yang kerap ditunjukkan oleh tim berjuluk yang pernah dijuluki "The Killer" dan kini berjulukan "Ayam Kinantan" tersebut.


Era The Killer I (1954–1966) [ sunting sumber ]

Era kejayaan PSMS terjadi sejak tahun 1954. Saat itu, PSMS sering diundang oleh tim-tim dari luar negeri seperti Grazer AK , Kowloon Motorbus (Hong Kong), Grasshopper , Star Soccerites (Singapura) dan lain-lain. Berkat kemenangan yang sering dicicipi PSMS melawan tim asing, PSMS mendapat julukan "Killers" atau "Algojo" tim-tim dari luar negeri.

Eksistensi PSMS di awal kemunculannya sudah tidak diragukan lagi. PSMS sering menang melawan setiap pertandingan klub dalam dan luar negeri. Saat itu PSMS mendapat julukan The Killer karena selalu menghajar lawannya di lapangan. Saat itu PSMS juga beranggotakan pemain-pemain fenomenal seperti Ramlan Yatim, Ramli Yatim, Buyung Bahrum, Kliwon, Cornelius Siahaan, Yusuf Siregar,M.Rasijd,Arnold Van Der Vin dan lain-lain. Kepiawaian menggiring bola membuat PSMS dan Sumut kerap menjuarai beberapa turnamen dan liga olahraga. Tahun 1953 dan 1957 pemain PSMS yang membela Tim Sumut di Olahraga Nasional berhasil mempersembahkan Medali Emas. Di Perserikatan 1954 dan 1957 PSMS meraih gelar Runner Up. Pada Olimpiade 1956 di Melbourne 3 pemain PSMS Medan, yaitu Ramlan Yatim, Ramli Yatim dan M.Rasijd tampil membela Tim Nasional Sepak Bola yang tampil di Olimpiade.Begitu juga ketika ketika Timnas Indonesia meraih Medali Perunggu Di Asian Games 1958 di Tokyo bintang PSMS Medan Saari dan M.Rasijd ada dalam Skuad.Di era 60-an dalam berbagai turnamen bintang - bintang PSMS seperti Matseh,Azis Tanjung,Eddy Simon,Ipong Silalahi dll rutin dipanggil memperkuat Timnas Indonesia.

Era Perserikatan ( EraThe Killer II dan Ayam Kinantan) (1967-1990)

Memasuki tahun 1960-an, PSMS menjadi momok yang menakutkan bagi klub-klub di Indonesia. Pada April 1967, Final Piala Suratin berlangsung di Stadion Menteng, Jakarta. Di babak final ini, PSMS Jr yang diasuh oleh Legenda PSMS Ramli Yatim berhasil unjuk gigi sebagai kekuatan utama sepak bola saat itu.

Ramli Yatim berhasil memoles sosok Ronny Pasla, Sarman Panggabean, Wibisono, Tumsila, Nobon dll sebagai bintang masa depan Medan dan Indonesia. Di final yang berlangsung pada 26 April 1967, PSMS menghadapi tuan rumah yang juga musuh bebuyutan mereka, Persija. Ronny Pasla menjadi bintang dalam duel ini dengan aksi briliannya di bawah mistar. Karena hari semakin gelap dan Stadion Menteng tidak memiliki penerangan yang memadai, akhirnya diputuskan PSMS dan Persija menjadi Juara Bersama dengan ketentuan 6 bulan pertama trofi dibawa ke Medan dan 6 bulan berikutnya trofi dibawa. ke Jakarta.

Kesuksesan skuad PSMS Jr mendorong pelatih PSMS Jusuf Siregar yang didampingi Ramli Yatim untuk mempromosikan beberapa pemain PSMS Jr ke Tim Senior PSMS yang berlaga di Kejuaraan Nasional PSSI 1967, di antaranya Ronny Pasla, Tumsila, Sarman Panggabean dan Wibisono. Kombinasi pemain muda ini dengan pemain senior antara lain Yuswardi, Zulham Yahya, Sukiman, Ipong Silalahi, Muslim, A.Rahim, Syamsuddin, Sunarto, Aziz Siregar, Zulkarnaen Pasaribu dll ternyata sukses besar, membuat PSMS semakin solid dan solid. akhirnya berhasil menjadi juara. Wilayah Barat dan lolos ke babak semifinal yang berlangsung di Jakarta didampingi Persib. Pada babak semifinal yang berlangsung di Stadion Utama Senayan Jakarta, PSMS menghadapi Persebaya dan Persib menghadapi PSM. Di semifinal ini, pertandingan berlangsung dua kali, yakni pada 6 dan 7 September 1967. Di semifinal pertama ini, PSMS kalah 0-1 dari Persebaya. Dalam duel yang berlangsung malam ini PSMS tidak diperkuat bintangnya Zulham Yahya yang diskors karena kartu merah di penyisihan grup dan posisinya ditempati oleh bintang muda Sarman Panggabean. Sementara Persib menang 1-0 atas PSM. Pada pertandingan kedua tanggal 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Menjadi Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967. Pada pertandingan kedua tanggal 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Menjadi Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967. Pada pertandingan kedua tanggal 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Menjadi Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967.

Pada Final PSMS ini mendapat ujian yang berat karena salah satu bintangnya, Djamal mengalami cedera dan akhirnya posisi tersebut ditempati oleh bintang muda PSMS, Sarman Panggabean. Dan Zulham Yahya bisa muncul lagi. Selain Sarman dan Ronny Pasla di Final, striker muda Tumsila juga masuk sebagai starter. Ternyata di Final ini PSMS tampil apik dan akhirnya berhasil mengalahkan Persib 2-0 lewat gol yang dicetak A.Rahim dan Zulkarnaen Pasaribu ke gawang Persib yang dikawal Jus Etek. Ini kali pertama PSMS Medan juara. Kejuaraan Nasional/Divisi Utama Perserikatan PSSI sejak didirikan pada tahun 1950 dan disambut dengan meriah oleh para pendukung PSMS Medan di Jakarta dan di Sumatera Utara.

Keberhasilan PSMS membuat PSMS Medan mewakili Indonesia di Piala Emas Aga Khan 1967 yang berlangsung di Bangladesh. Dan akhirnya di Turnamen ini PSMS berhasil menjadi Juara setelah di Final mengalahkan tim tuan rumah Mohammaden 2-0 melalui 2 gol dari sundulan Tumsila. Saat kembali ke Medan rombongan disambut oleh Pangdam II/Bukit Barisan Mayjen Sarwo Edhie Wibowo dan disinilah Sarwo Edhie memberikan julukan “Kepala Emas” kepada Tumsila karena kemampuannya yang mumpuni dalam mencetak gol dengan sundulan dan sejak saat itu Julukan "Kepala Emas" sudah melekat pada Tumsila baik di PSMS maupun timnas. Saat itulah PSMS 1967 menjadi "Raja" Sepak Bola Indonesia

Setelah tim nasional memenangkan Piala Raja 1968, para pemain tim nasional dikontrak secara profesional oleh TD Pardede di klubnya, Pardedetex. Pemain yang dikontrak tersebut antara lain Soetjipto Soentoro, Sinyo Aliandoe, Iswadi Idris, Judo Hadianto, Muliyadi (Persija), M. Basri (PSM), Abdul Kadir, Jacob Sihasale (Persebaya), Anwar Ujang (Persika), Max Timisela (Persib). ) plus ada 3 bintang PSMS Medan yaitu Sarman Panggabean, Sunarto dan Aziz Siregar. Karena pada saat itu Pardedetex walaupun mengontrak pemain secara profesional namun dalam kompetisi tersebut bernaung di Kelas Utama/Divisi Utama PSMS sehingga secara otomatis skuad Pardedetex memperkuat PSMS di Kejuaraan Nasional/Divisi Utama PSSI 1969. Skuat Pardedetex ini memperkuat PSMS plus dan didukung oleh Pemain Sepak Bola Medan Non Pardedetex antara lain Ronny Pasla, Yuswardi, Tumsila, Zulham Yahya, Ipong Silalahi, Syamsuddin dan di saat-saat tertentu Sukiman dan Nobon ditambahkan. Skuad ini dilatih oleh Ramli Yatim dan EA Mangindaan.

Skuad inilah yang berhasil membawa PSMS Medan ke Kejuaraan Nasional PSSI 1969 pada tanggal 6 Juli 1969 dengan rekor gol yang mengerikan di Final yang diikuti oleh 7 tim, yang termasuk 29 gol dan hanya kebobolan 2 gol dan tidak terkalahkan. Adapun 7 tim yang berlaga di babak final Kejuaraan Nasional PSSI adalah PSMS Medan, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, Persib Bandung, PSKB Binjai dan Persipura Jayapura. Keberhasilan ini membuat PSMS Medan untuk kedua kalinya menjuarai Kejuaraan Nasional PSSI setelah sebelumnya sukses menjadi Juara Umum Kejuaraan Nasional PSSI pada tahun 1967.

Pada September 1969 skuat PSMS yang berhasil menjadi Juara Umum Kejurnas PSSI mempertahankan bendera Sumatera Utara (Sumut) dalam PON VII yang berlangsung di Surabaya. Di PON kali ini, skuat Sumut yang diasuh Ramli Yatim dan EA Mangindaan sukses tampil gemilang dan membawa Sumut meraih Medali Emas usai final yang diwarnai adu jotos antar pemain, mengalahkan DKI Jakarta 2-1 lewat gol. dicetak oleh Iswadi Idris dan Soetjipto Soentoro. Ini merupakan Medali Emas ketiga bagi Sumut dalam cabang sepakbola PON setelah sebelumnya sukses meraih Emas pada PON 1953 dan 1957. Pada PON 1969, Soetjipto Soentoro menjadi top skorer dengan 16 gol dan memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh bintang senior PSMS dan Yusuf Siregar Sumut pada PON 1953 dengan 15 gol. Tjipto' Rekornya sendiri masih berdiri dan belum terpecahkan. Ramli Yatim juga berhasil menjadi orang pertama yang meraih Medali Emas PON sebagai Pemain dan Pelatih. Sebagai pemain, Ramli Yatim sukses meraih Emas pada PON 1953 dan 1957.

PSMS mempertahankan gelar musim 1969-1971 setelah mengalahkan Persebaya lagi di final. Dan bersama Persija Jakarta , mereka menjadi juara bersama pada musim 1973–1975 akibat protes berlebihan kepada wasit pada menit ke-40 yang menyebabkan pertandingan harus dihentikan.

PSMS adalah klub Indonesia pertama yang berlaga di Asian Champion Club Tournament (sekarang Liga Champions AFC ) pada tahun 1970 . PSMS berhasil merebut posisi keempat di semifinal setelah dikalahkan Taj Club 2-0 dan di pertandingan perebutan tempat ketiga dikalahkan oleh Homenetmen 1-0.

Setelah 8 tahun tanpa gelar, akhirnya PSMS mengakhiri kemarau gelar pada tahun 1983 setelah di final mengalahkan Persib Bandung 3–2 melalui adu penalti (aet 0-0). Mereka kembali mempertahankan gelar pada musim 1985 ketika mereka mengalahkan Persib 2-1 dalam adu penalti (aet 2-2). Pertandingan yang dimainkan di Stadion Gelora Bung Karno ini disaksikan oleh 150.000 penonton dengan kapasitas 110.000 tempat duduk, yang merupakan rekor kehadiran tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia. Menurut buku Konfederasi Sepak Bola Asia yang diterbitkan pada tahun 1987, pertandingan ini merupakan pertandingan terbesar dalam sejarah sepak bola amatir di dunia. Ponirin Meka (kiper) dan Jaya Hartono, pemain penting PSMS tahun 1980-an Pada masa kejayaan ini, PSMS diperkuat oleh banyak pemain berkualitas seperti Yuswardi, Muslim,Ronny Pasla, Sunarto, Sukiman, Ipong Silalahi, Wibisono, Tumsila, Sarman Panggabean, Anwar Ujang,Zulham Yahya, Suwarno, Tumpak Sihite, Nobon Kayamuddin, Zulkarnaen Pasaribu, Ismail Ruslan, Parlin Siagian,Suparjo Sunardi B,Marzuki Nyakmad, Zulham Effendi Harahap,Sunardi A., Bambang Usmanto, Musimin,Sakum Nugroho M. Siddik, Mamek Sudiono,Ahmad,Hadi Sakiman,Ricky Yacobi , Abdul Kadir,Jacob Sihasale,,Yudo Hadianto,M.Basri,Taufik Lubis,Pariman, Iswadi Idris , Abdul Rahman Gurning , Badiaraja Manurung, Ponirin Meka, Jaya Hartono , Zulkarnaen Lubis, Sakum Nugroho Soetjipto Soentoro,Jamaluddin Hutauruk dan lain-lain.

Akhir era kejayaan; Liga Indonesia era (1990–2001)

Era kejayaan PSMS berakhir di awal 1990-an. Pada musim 1991–92, mereka menjadi runner-up saat kalah dari PSM Makassar 2-1 di final. Saat era Perserikatan berakhir dan berubah menjadi Liga Indonesia , prestasi PSMS naik turun. Di Liga Indonesia 1994-95 dan 1995-96 , mereka menjadi klub papan tengah. Bahkan pada musim 1996–97 , PSMS nyaris terdegradasi ke Divisi Utama . Situasi membaik ketika pada musim 1997-98 , mereka menempati peringkat 1 Wilayah Tengah. Namun kompetisi dihentikan karena kerusuhan Mei 1998 yang membuat kondisi keamanan di Indonesia tidak kondusif.

Usai kerusuhan, Liga Indonesia kembali digelar pada musim 1998–99 . Di musim ini, PSMS berhasil lolos ke babak semifinal . Di semifinal, mereka kalah melawan Persebaya 4-2 dalam adu penalti (aet 1-1). Dalam laga tersebut, PSMS mengenakan kostum tandang. Di musim berikutnya , mereka lolos ke 8 besar dan menempati peringkat ke-4 Grup A bersama PSM, Pupuk Kaltim , dan Persijatim . Pada musim 2001 , mereka lolos ke semi final dan akan bermain melawan PSM. Mereka kalah 3-2 dalam adu penalti (aet 2-2).

Degradasi dan promosi (2002–2003)

Meski menjadi semifinalis Liga Indonesia 2001, hal itu tak menjamin kesuksesan PSMS di musim berikutnya . Setelah mengawali dua pertandingan dengan buruk, performa buruk mereka akhirnya terhenti saat bermain melawan Arema FC . Mereka menang 1-0, berkat gol Suharyono pada menit ke-87. Usai laga, performa buruk masih menghantui PSMS. Akhirnya di penghujung musim, mereka berada di peringkat 11, yang berarti mereka terdegradasi ke Divisi Satu. Ini adalah pencapaian terburuk dalam sejarah klub.

PSMS bangkit dari keterpurukan. Bermain di Divisi Utama 2003 dengan dilatih oleh Nobon, PSMS tergabung dalam Grup A bersama Persiraja Banda Aceh , PSSB Bireun , Persikad Depok , PSBL Langsa , Perserang Serang , dan PSBL Bandar Lampung . PSMS menduduki peringkat 1 dan memastikan lolos ke babak delapan besar. PSMS mengawali pertandingan di babak delapan besar dengan sangat baik. Menang 2-1 melawan Persela Lamongan di game pertama, PSMS kalah 1-2 melawan Persiraja di game kedua. Persaingan sengit pun terjadi di papan atas liga, dan akhirnya PSMS menduduki peringkat ke-2 dan memastikan promosi ke Liga Indonesia bersama Persebaya.

Pasang surut (2004–2008)

Sekembalinya ke Liga Indonesia 2004 , performa PSMS yang dilatih oleh Sutan Harhara tidak terlalu buruk. Mereka mengawali musim dengan buruk, PSMS menutup musim dengan berada di posisi 7 dengan 47 poin, hasil 14 kali menang, 5 kali seri, dan 15 kali kalah.

Sebelum memasuki musim baru, mereka memenangkan Piala Emas Bang Yos edisi kedua, kompetisi pramusim yang diprakarsai oleh Sutiyoso , Gubernur Jakarta saat itu. Di final, mereka mengalahkan klub Singapura Geylang United 5-1 di Stadion Gelora Bung Karno. Memasuki musim 2005 , format Liga Indonesia berubah dari format satu region menjadi dua region (barat dan timur). PSMS berada di wilayah barat bersama rivalnya, Persija dan Persib. Mereka mengawali musim dengan dramatis, dengan mengalahkan PSPS Pekanbaru3–2 di Stadion Teladan. Performa yang tak menentu membuat persaingan dengan Persib lolos ke babak delapan besar. Dengan persaingan yang sangat ketat, PSMS akhirnya lolos ke babak delapan besar setelah berada di posisi ke-4, terpaut 4 poin dengan Persib di posisi ke-5. Di babak delapan besar, PSMS berada di Grup B bersama Persipura Jayapura , Persik Kediri , dan Arema. Di laga pertama, mereka bermain imbang tanpa gol melawan Arema. Harapan mereka untuk lolos ke final datang ketika mereka menang 2-1 melawan Persik, tetapi harapan mereka pupus saat kalah 1-0 dari Persipura. Mereka hanya lolos ke perebutan tempat ketiga playoff melawan PSIS Semarang . Dalam laga itu, mereka kebobolan lebih dulu lewat gol Muhammad Ridwan pada menit ke-12. Alcidio Fleitas menyamakan kedudukan pada menit ke-21. PSIS memastikan kemenangan lewat gol Harri Salisburi pada menit ke-78. PSIS meraih juara ketiga, sedangkan PSMS meraih juara keempat.

Seperti musim sebelumnya, PSMS berlaga di Bang Yos Gold Cup edisi ketiga sebelum memasuki musim baru. Mereka berhasil mempertahankan gelar yang mereka raih pada edisi sebelumnya, setelah menang 2-1 atas Persik di final. Pada musim 2006 , performa mereka sedikit menurun dibandingkan musim lalu, karena mereka hanya berada di posisi ke-5, terpaut 3 poin dengan Persekabpas Pasuruan , yang membuat mereka gagal lolos ke babak 8 besar. Perebutan posisi keempat wilayah barat antara PSMS dan Persekabpas berlangsung sangat dramatis. Pada laga terakhir di wilayah barat, PSMS kalah dari Persijap Jepara 0-1 di kandang, sedangkan Persekabpas menang 3-2 melawan Sriwijaya FC.. Persekabpas lolos ke babak 8 besar karena berada di posisi ke-4 wilayah barat.

PSMS berusaha meningkatkan performanya di musim 2007-08 . Dengan sukses mempertahankan gelar di ajang Bang Yos Gold Cup edisi keempat pada 15 Desember 2006 setelah mengalahkan PSIS di Final lewat adu penalti yang membuat mereka menjadi pemilik abadi Bang Yos Gold Cup, mereka yakin bisa meraih gelar pertama mereka di Liga Indonesia sejak era Perserikatan berakhir. Ambisi mereka hampir tercapai setelah mereka berada di posisi ke-3 di wilayah barat di bawah Sriwijaya FC dan Persija, yang membuat mereka lolos ke 8 besar. Di babak 8 besar, mereka berada di Grup A bersama Sriwijaya FC, Arema, dan Persiwa Wamena.. Mereka berhasil lolos ke semifinal setelah berada di peringkat kedua di bawah asuhan Sriwijaya FC. Mereka bertemu Persipura di semi-final, dan mereka lolos ke final karena menang 4-5 dalam adu penalti (aet 0-0). Ini merupakan laga final pertama PSMS di era Liga Indonesia. Di final, mereka harus mengaku kalah dari Sriwijaya FC 3-1.

Era Liga Super (2008–2009)

Karena Persatuan Sepak Bola Indonesia ingin memperkenalkan profesionalisme kompetisi sepak bola Indonesia dengan menjadikan Liga Super Indonesia sebagai kompetisi tertinggi, PSMS harus pindah ke Stadion Gelora Bung Karno sebagai kandangnya karena Stadion Teladan tidak memenuhi kriteria profesionalisme yang diciptakan. oleh Pengurus Liga Indonesia. Hingga awal musim 2008–09 , PSMS masih dihantui polemik internal antara tim manajemen dengan manajer yang mengangkat berita pengunduran diri PSMS dari Liga Super Indonesia 2008–09. Akhirnya pada 10 Juli 2008, Pengurus Liga Indonesia memutuskan untuk tetap memasukkan PSMS Medan ke Liga Super Indonesia.

Memasuki musim pertama Liga Super Indonesia, PSMS diterpa banyak masalah. Mulai dari eksodus besar-besaran pemain bintang yang keluar karena masalah gaji yang belum terselesaikan, kemudian Stadion Teladan tidak lolos stratifikasi Liga Super Indonesia yang membuat PSMS harus pindah home base, hingga masalah perpecahan di tubuh klub. PSMS memulai liga dengan sangat buruk. Di bawah asuhan Iwan Setiawan, PSMS sempat berkutat di zona degradasi sepanjang paruh babak pertama. Melihat prestasi tersebut, Iwan Setiawan akhirnya dipecat dan digantikan pelatih asal Selandia Baru Eric Williams. Kondisi tidak pernah berubah. Eric Williams tidak bisa mengangkat PSMS ke posisi yang lebih baik, sehingga dia juga dipecat di akhir babak pertama dan digantikan oleh pelatih Brasil Luciano Leandro.

Memasuki babak kedua liga, perbaikan besar dilakukan. Di antaranya adalah menjadikan asisten pelatih Liestiadi sebagai pelatih kepala menggantikan Luciano Leandro, dan memindahkan home base mereka dari Stadion Siliwangi ke Stadion Gelora Sriwijaya . PSMS berangsur-angsur keluar dari zona degradasi. Bahkan di Piala AFC 2009 , PSMS mencatatkan rekor sebagai klub sepak bola Indonesia pertama yang mencapai babak 16 besar setelah menjadi runner-up Grup F di bawah Soth China , meski kemudian dikalahkan oleh Chonburi FC. 4–0 di babak 16 besar. Namun sayang di penghujung liga, PSMS berada di posisi ke-15 yang memaksa PSMS memainkan play-off promosi/degradasi melawan peringkat keempat Divisi Utama Liga Indonesia 2008–09, Persebaya Surabaya.

PSMS akhirnya terdegradasi untuk kedua kalinya setelah kalah 5-4 dalam adu penalti (aet 1-1) di Stadion Siliwangi. Untuk kedua kalinya, PSMS harus menerima kenyataan terdegradasi setelah menyelesaikan musim sebelumnya sebagai runner-up liga.

Perpecahan dua kubu

Mengawali musim baru 2011 kekacauan terjadi di PSSI yang turut mempengaruhi keikutsertaan PSMS di liga indonesia. Terpecahnya kompetisi di indonesia menjadi dua yaitu Liga Super Indonesia dan Liga Prima Indonesia membuat manajemen PSMS ikut membagi dua tim untuk mengikuti kedua kompetisi ini. PSSI yang mengusung Liga Prima Indonesia mengikutsertakan PSMS Medan sebagai salah satu peserta Liga Prima Indonesia karena dianggap sebagai tim yang memiliki sejarah kuat dalam sepak bola indonesia. Sementara PT. Liga Indonesia memilih PSMS sebagai satu dari empat tim pengganti setelah Persiraja Banda Aceh, Persijap Jepara, Semen Padang FC, dan Persiba Bantul mengikuti Liga Prima Indonesia. PSMS ISL dipersiapkan untuk mengikuti Liga Super Indonesia sementara PSMS Medan dipersiapkan untuk mengikuti Liga Prima Indonesia.

Saat ini (2015–sekarang)

Pada tahun 2015, PSMS mengakhiri dualisme mereka dan memulai kampanye mereka dengan memenangkan Piala Kemerdekaan dan juga berpartisipasi dalam Kejuaraan Sepak Bola Indonesia B. Pada tahun 2017, PSMS menempati posisi ke-2 di Liga 2 dan dipromosikan ke Liga 1 musim 2018, tetapi mereka terdegradasi lagi hanya dalam 1 musim. musim setelah selesai di tempat ke-18.

Pendukung

PSMS Medan memiliki beberapa kelompok pendukung. Yang tertua dan pertama kali berdiri yaitu sejak 17 Januari 2001 adalah KAMPAK FC (Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam Kinantan - Fans Club). Lalu akibat dinamika organisasi lahirlah kelompok supporter kedua yang bernama SMeCK Hooligan (Supporter Medan Cinta Kinantan Hooligan) yang terbentuk pada 30 September 2003 dan kemudian lahir juga PFC (PSMS Medan Fans Club) sebagai kelompok termuda saat ini. Selain mendukung PSMS di Stadion Teladan Kota Medan, mereka juga ikut memberikan dukungan kepada tim yang terbentuk 30 April 1950 itu kala bertandang ke luar Kota Medan. Kampak FC merupakan klub supporter pendukung pertama yang dimiliki PSMS Medan yang menginisiasi perubahan paradigma supporter modern di Provinsi Sumatra Utara. Menjadi Supporter mandiri dan penuh kreasi menjadi tujuan dan identitas supporter sepak bola di Tanah Deli saat ini.

Pencapaian era Perserikatan

  • 1954 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
  • 1957 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
  • 1967 - Juara, mengalahkan Persebaya Surabaya
  • 1969 - Juara mengalahkan Persija Jakarta
  • 1971 - Juara, mengalahkan Persebaya Surabaya
  • 1975 - Juara bersama, dengan Persija Jakarta
  • 1983 - Juara, mengalahkan Persib Bandung
  • 1985 - Juara, mengalahkan Persib Bandung
  • 1992 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang

Pencapaian liga domestik

©Catatan: Liga Super Indonesia 2011-2012 & ISC B 2016 bukan kompetisi resmi yang berafiliasi dengan PSSI, AFC & FIFA.

Pencapaian piala domestik

Pencapaian level internasional

  • 1967 : Juara ke-1 setelah menang 2-0 dari Mohammedan di Final Aga Khan Gold Cup
  • 1970 : Juara ke-4 setelah kalah 1-0 dari Lebanon Homenetmen diperebutan peringkat ketiga Turnamen Klub Juara Asia
  • 2009 : Kalah 2-1 dari Singapura Singapore Armed Forces dibabak playoff 2 / tidak lolos ke babak grup(32 besar) Liga Champions Asia
  • 2009 : Kalah 4-0 dari Thailand Chonburi dibabak perdelapan final / tidak lolos ke babak perempat final Piala AFC

Prestasi

Liga Nasional

Piala Nasional

Turnamen Nasional

Internasional

Pelatih

Daftar pemain

Berikut merupakan daftar pemain PSMS Medan untuk ajang [3] Liga 2 2020

Per 26 September 2020.

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
1 GK Indonesia IDN Herlian Arif Laksono
2 FW Indonesia IDN Silvio Escobar
3 FW Indonesia IDN Ferdinand Sinaga
5 DF Indonesia IDN Afiful Huda
6 MF Indonesia IDN Sutanto Tan
7 MF Indonesia IDN Kevin de Olivera
8 FW Indonesia IDN Hanis Sagara
10 FW Indonesia IDN Azka Fauzi
11 MF Indonesia IDN Imanuel Wanggai
14 FW Indonesia IDN Rizky Novriansyah
20 GK Indonesia IDN Abdul Rohim
22 DF Indonesia IDN Agung Prasetyo
No. Pos. Negara Pemain
24 MF Indonesia IDN Legimin Raharjo (captain)
30 GK Indonesia IDN Adi Satryo
31 DF Indonesia IDN Yoga Herlambang
55 DF Indonesia IDN Muhammad Rifqi
76 DF Indonesia IDN O.K. John
79 MF Indonesia IDN Hamdi Sula
80 MF Indonesia IDN Paulo Sitanggang
90 DF Indonesia IDN Andre Sitepu
91 MF Indonesia IDN Anis Nabar
92 MF Indonesia IDN Elina Soka
99 MF Indonesia IDN Rachmad Hidayat

Mantan Pemain

Pranala luar