Haruku, Pulau Haruku, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 13: | Baris 13: | ||
}} |
}} |
||
'''Haruku''' adalah sebuah [[negeri (Maluku Tengah)|negeri]] di [[kecamatan]], [[Pulau Haruku, Maluku Tengah|Pulau Haruku]], [[Kabupaten Maluku Tengah]], Provinsi [[Maluku]], [[Indonesia]]. |
'''Haruku''' adalah sebuah [[negeri (Maluku Tengah)|negeri]] di [[kecamatan]], [[Pulau Haruku, Maluku Tengah|Pulau Haruku]], [[Kabupaten Maluku Tengah]], Provinsi [[Maluku]], [[Indonesia]]. |
||
==Sejarah== |
|||
Sejarah negeri Haruku berawal dari kedatangan kelompok-kelompok penduduk dari Nusa Ina ([[Pulau Seram]]) pada awal abad ke-14 akibat perang saudara antara pengikut Patasiwa dan Patalima. Saat kedatangan masyarakat dari Nusa Ina, ternyata sudah ada penduduk yang menghuni pulau Haruku. Mereka inilah penduduk asli Pulau Haruku yang dalam bahasa daerah disebut “Ma’a Tupa Umea”. |
|||
Di Pulau Haruku bagian utara kehidupan penduduk asli ini sudah tertata secara baik bahkan telah mempunyai pemerintahan yaitu Kerajaan Alaka (Hatuhaha Amarima). Di Pulau Haruku bagian selatan, penduduk hidup solider (sendiri-sendiri ) dan belum terorganisir. Kedatangan para leluhur dari Nusa Ina ini diterima dengan baik oleh penduduk asli dan mereka diorganisir untuk dipersatukan dibawah satu kepemimpinan walaupun mereka masih berdiri pada tempatnya yang berpencar-pencar pada 7 Aman (Negeri/Kampung). Adapun 7 Aman tersebut adalah Aman Heratu, Aman Hendatu, Aman Huin, Aman Wei, Aman Sipauw, Aman Hatu dan Aman Toumoi |
|||
Pada abad ke-XIV bangsa-bangsa Eropa mulai mendatangi Maluku untuk mencari rempah-rempah. Bangsa Eropa yang pertama kali menginjakan kakinya di Pulau Haruku adalah Portugis yang juga membawakan misi agama. Agama Kristen Roma adalah agama yang pertama kali dibawakan oleh Bangsa Portugis sehingga penduduk waktu itu memeluk agama Kristen Roma. Untuk malancarkan misi mereka maka mereka mendirikan benteng di Negeri Haruku dan diberi nama Zeelandia. |
|||
Kemudian datang Bangsa Belanda dengan tujuan yang sama yaitu monopoli perdagangan rempah-rempah sehingga terjadi persaingan yang berwujud pada peperangan antara Portugis dan Belanda dan berakhir dengan kemenangan di pihak Belanda. Dengan adanya peperangan ini mengakibatkan kerusakan besar pada benteng Zeelandia sehingga belanda memugarkan benteng tersebut dan memberi nama Nieuw Zeelandia (Zelandia Baru) untuk benteng tersebut. |
|||
Pada waktu pertama kali kapal Portugis berlabuh di Pelabuahan Haruku , maka Raja Haruku yang saat itu dijabat oleh Raja Hatubesy Rijausaukotta yang berdiam di Aman Heratu (letak negeri diatas gunung). Raja Hatubesy Rijausaukotta mendatangi kapal tersebut dan bertemu pimpinan ekpedisi yang bernama Victor. Sesampainya Raja bertanyalah pimpinana ekspedisi itu kepada raja dengan Pertanyaan berikut: |
|||
Victor: Pohon apakah yang kelihatan sangat indah yang ada dipesisir pantai itu….????? |
|||
Raja: Itu adalah HARU-UKUI yang artinya Pucuk Pohon Baru (Waru)…..!!!! |
|||
Karena saat itu Bangsa Portugis datang ke Haruku sekitar bulan Desember yang biasanya Bunga Pohon Baru itu mekar, sehingga pesisir Pantai Negeri Pelasona Nanuroko kelihatan sangat indah karena dihiasi oleh bunga pohon baru yang berwarna kuning keemasan yang sangat kontras dengan pasir putih. Maka dari situlah tempat itu diberi nama Haru-ukui oleh bangsa Portugis dan labuang (Tempat perhentian kapal) dimana kapal itu meletakan jangkarnya dinamakan labuang Vector sampai sekarang. |
|||
Kemudian Bangsa Portugis mengajak semua Aman yang berada di gunung untuk turun ke daerah pesisir untuk disatukan menjadi satu Negeri dan diberi nama Negeri Haruku. Dalam menjalankan sistem pemerintahan di Negeri Haruku, mereka membentuk SOA yang terbentuk sesuai dengan kedatangan nenek moyang kita ke negeri Haruku yaitu Soa Raja, Soa Moni, Soa Lesirohi, Soa Suneth, dan Soa Rumalessi. |
|||
Selain itu untuk memperkuat sistem pemerintahan dalam mengambil keputusan serta melaksanakan kegiatan-kegiatan ritual adat maka dibangunlah Rumah Adat /Baileo (Asari Amano Pelasona Nanuroko) yang berbentuk Patalima. |
|||
==Referensi== |
|||
{{Reflist}} |
|||
{{Pulau Haruku, Maluku Tengah}} |
{{Pulau Haruku, Maluku Tengah}} |
Revisi per 28 Januari 2022 04.15
Haruku Pelasona Nanuroko | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Maluku |
Kabupaten | Maluku Tengah |
Kecamatan | Pulau Haruku |
Luas | ... km² |
Jumlah penduduk | ... jiwa |
Kepadatan | ... jiwa/km² |
Haruku adalah sebuah negeri di kecamatan, Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia.
Sejarah
Sejarah negeri Haruku berawal dari kedatangan kelompok-kelompok penduduk dari Nusa Ina (Pulau Seram) pada awal abad ke-14 akibat perang saudara antara pengikut Patasiwa dan Patalima. Saat kedatangan masyarakat dari Nusa Ina, ternyata sudah ada penduduk yang menghuni pulau Haruku. Mereka inilah penduduk asli Pulau Haruku yang dalam bahasa daerah disebut “Ma’a Tupa Umea”.
Di Pulau Haruku bagian utara kehidupan penduduk asli ini sudah tertata secara baik bahkan telah mempunyai pemerintahan yaitu Kerajaan Alaka (Hatuhaha Amarima). Di Pulau Haruku bagian selatan, penduduk hidup solider (sendiri-sendiri ) dan belum terorganisir. Kedatangan para leluhur dari Nusa Ina ini diterima dengan baik oleh penduduk asli dan mereka diorganisir untuk dipersatukan dibawah satu kepemimpinan walaupun mereka masih berdiri pada tempatnya yang berpencar-pencar pada 7 Aman (Negeri/Kampung). Adapun 7 Aman tersebut adalah Aman Heratu, Aman Hendatu, Aman Huin, Aman Wei, Aman Sipauw, Aman Hatu dan Aman Toumoi
Pada abad ke-XIV bangsa-bangsa Eropa mulai mendatangi Maluku untuk mencari rempah-rempah. Bangsa Eropa yang pertama kali menginjakan kakinya di Pulau Haruku adalah Portugis yang juga membawakan misi agama. Agama Kristen Roma adalah agama yang pertama kali dibawakan oleh Bangsa Portugis sehingga penduduk waktu itu memeluk agama Kristen Roma. Untuk malancarkan misi mereka maka mereka mendirikan benteng di Negeri Haruku dan diberi nama Zeelandia.
Kemudian datang Bangsa Belanda dengan tujuan yang sama yaitu monopoli perdagangan rempah-rempah sehingga terjadi persaingan yang berwujud pada peperangan antara Portugis dan Belanda dan berakhir dengan kemenangan di pihak Belanda. Dengan adanya peperangan ini mengakibatkan kerusakan besar pada benteng Zeelandia sehingga belanda memugarkan benteng tersebut dan memberi nama Nieuw Zeelandia (Zelandia Baru) untuk benteng tersebut.
Pada waktu pertama kali kapal Portugis berlabuh di Pelabuahan Haruku , maka Raja Haruku yang saat itu dijabat oleh Raja Hatubesy Rijausaukotta yang berdiam di Aman Heratu (letak negeri diatas gunung). Raja Hatubesy Rijausaukotta mendatangi kapal tersebut dan bertemu pimpinan ekpedisi yang bernama Victor. Sesampainya Raja bertanyalah pimpinana ekspedisi itu kepada raja dengan Pertanyaan berikut:
Victor: Pohon apakah yang kelihatan sangat indah yang ada dipesisir pantai itu….????? Raja: Itu adalah HARU-UKUI yang artinya Pucuk Pohon Baru (Waru)…..!!!!
Karena saat itu Bangsa Portugis datang ke Haruku sekitar bulan Desember yang biasanya Bunga Pohon Baru itu mekar, sehingga pesisir Pantai Negeri Pelasona Nanuroko kelihatan sangat indah karena dihiasi oleh bunga pohon baru yang berwarna kuning keemasan yang sangat kontras dengan pasir putih. Maka dari situlah tempat itu diberi nama Haru-ukui oleh bangsa Portugis dan labuang (Tempat perhentian kapal) dimana kapal itu meletakan jangkarnya dinamakan labuang Vector sampai sekarang.
Kemudian Bangsa Portugis mengajak semua Aman yang berada di gunung untuk turun ke daerah pesisir untuk disatukan menjadi satu Negeri dan diberi nama Negeri Haruku. Dalam menjalankan sistem pemerintahan di Negeri Haruku, mereka membentuk SOA yang terbentuk sesuai dengan kedatangan nenek moyang kita ke negeri Haruku yaitu Soa Raja, Soa Moni, Soa Lesirohi, Soa Suneth, dan Soa Rumalessi.
Selain itu untuk memperkuat sistem pemerintahan dalam mengambil keputusan serta melaksanakan kegiatan-kegiatan ritual adat maka dibangunlah Rumah Adat /Baileo (Asari Amano Pelasona Nanuroko) yang berbentuk Patalima.