Selupu Rejang, Rejang Lebong: Perbedaan antara revisi
Baris 18: | Baris 18: | ||
== Kondisi wilayah == |
== Kondisi wilayah == |
||
=== Geografi === |
=== Geografi === |
||
Wilayah |
Wilayah Kecamatan Selupu Rejang umumnya berupa perbukitan dan dataran tinggi, dengan ketinggian rata-rata 964 mdpl. Kondisi wilayahnya ini memungkinkan Selupu Rejang menjadi sentra pertanian khas dataran tinggi, yang komoditas utamanya adalah sayur-sayuran.{{sfn|McLellan|2017|pp=22}} Daerah dengan ketinggian wilayah terendah di Selupu Rejang adalah Cawang Lama dan Kayu Manis, masing-masing berada pada ketinggian 750 dan 798 mdpl. Ada pun daerah dengan ketinggian wilayah tertinggi adalah Sumber Urip (1.154 mdpl) dan Karang Jaya (1.108 mdpl).{{sfn|BPS Kabupaten Rejang Lebong|2021|pp=6}} |
||
[[Gunung Kaba|Bukit Kaba]], salah satu puncak yang paling populer bagi kegiatan pendakian di Provinsi Bengkulu terletak di kecamatan ini, dengan |
[[Gunung Kaba|Bukit Kaba]], salah satu puncak yang paling populer bagi kegiatan pendakian di Provinsi Bengkulu terletak di kecamatan ini, dengan Desa Sumber Urip sebagai desa terakhir sekaligus pos masuk pertama jalur resmi pendakian.<ref>{{cite news |last=Enyeng |first=Novri |title=BKSDA Buka Jalur Baru Masuk TWA Bukit Kaba |url=https://bengkuluekspress.rakyatbengkulu.com/bksda-buka-jalur-baru-masuk-twa-bukit-kaba/ |work=Bengkulu Ekspress |date=7 Agustus 2021 |access-date=12 Maret 2022}}</ref> Pendaki yang menyambangi Bukit Kaba tidak hanya berasal dari Selupu Rejang saja, melainkan dari kecamatan-kecamatan lain di Rejang Lebong, kabupaten-kabupaten se-provinsi Bengkulu, bahkan hingga kabupaten tetangga di Sumatra Selatan seperti Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas.<ref>{{cite news |editor-last=Kustiani |editor-first=Rini |title=Wisata ke Bukit Kaba Bengkulu, Ini Detail Tarif Tiket Masuk dan Aksesnya |url=https://travel.tempo.co/read/1405681/wisata-ke-bukit-kaba-bengkulu-ini-detail-tarif-tiket-masuk-dan-aksesnya/full&view=ok |work=Tempo.co |date=16 November 2020 |access-date=12 Maret 2022}}</ref> |
||
=== Batas-batas === |
=== Batas-batas === |
Revisi per 7 April 2022 10.13
Selupu Rejang | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Bengkulu |
Kabupaten | Rejang Lebong |
Pemerintahan | |
• Camat | Muh Arif Mulyadi[1][2] |
Populasi | |
• Total | 28.683 jiwa (tahun 2.014) jiwa |
Kode Kemendagri | 17.02.11 |
Kode BPS | 1702042 |
Selupu Rejang atau disingkat SR, dalam bahasa Rejang dikenal sebagai Sêlopoak Jang, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, Indonesia. Kecamatan ini mengambil namanya dari salah satu empat petulai Rejang, Selupu. Kecamatan ini mewarisi nama dan sebagian wilayah salah satu marga Rejang yang berada di Luak Ulu Musi, yaitu marga Selupu Rejang. Daerah ini merupakan sentra produksi sayur-sayuran di Provinsi Bengkulu.[4]
Sejarah
Sebelum dikenalnya pemerintahan kecamatan dalam sistem administrasi Indonesia di Rejang Lebong, baik masyarakat Rejang maupun Lembak selaku dua suku tuan rumah telah mengenai sistem pemerintahan marga yang mereka warisi dari Pemerintah Kolonial. Marga dipimpin oleh para pesirah.[5] Khususnya masyarakat Rejang yang berada di hulu Sungai Musi (Rejang Ulu Musi) yang oleh Belanda ditetapkan sebagai Onderafdeeling Rejang, terdiri dari tiga marga, yaitu marga Selupu, marga Bermani, dan Merigi. Nantinya setelah Indonesia merdeka, onderafdeeling yang dimaksud dibagi menjadi dua kecamatan, Curup dan Kepahiang. Marga Selupu dan Bermani di hulu Musi (Bermani Ulu) wilayahnya menjadi Kecamatan Curup, sedangkan marga Merigi dan Bermani di hilir Musi (Bermani Ilir) wilayahnya menjadi Kecamatan Kepahiang.[6]
Kondisi wilayah
Geografi
Wilayah Kecamatan Selupu Rejang umumnya berupa perbukitan dan dataran tinggi, dengan ketinggian rata-rata 964 mdpl. Kondisi wilayahnya ini memungkinkan Selupu Rejang menjadi sentra pertanian khas dataran tinggi, yang komoditas utamanya adalah sayur-sayuran.[7] Daerah dengan ketinggian wilayah terendah di Selupu Rejang adalah Cawang Lama dan Kayu Manis, masing-masing berada pada ketinggian 750 dan 798 mdpl. Ada pun daerah dengan ketinggian wilayah tertinggi adalah Sumber Urip (1.154 mdpl) dan Karang Jaya (1.108 mdpl).[8]
Bukit Kaba, salah satu puncak yang paling populer bagi kegiatan pendakian di Provinsi Bengkulu terletak di kecamatan ini, dengan Desa Sumber Urip sebagai desa terakhir sekaligus pos masuk pertama jalur resmi pendakian.[9] Pendaki yang menyambangi Bukit Kaba tidak hanya berasal dari Selupu Rejang saja, melainkan dari kecamatan-kecamatan lain di Rejang Lebong, kabupaten-kabupaten se-provinsi Bengkulu, bahkan hingga kabupaten tetangga di Sumatra Selatan seperti Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas.[10]
Batas-batas
Kecamatan ini memiliki batas-batas administratif sebagai berikut.[3]
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan TNKS dan wilayah Musi Rawas, Sumatra Selatan
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Ulak Tanding, Sindang Kelingi dan Sindang Dataran, Rejang Lebong
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabawetan, Kepahiang
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Curup Timur dan Curup Utara, Rejang Lebong
Administrasi
Pusat pemerintahan kecamatan terletak di Kelurahan Air Duku.[11][12]
Ekonomi
Selupu Rejang adalah kecamatan agraris. Pertanian merupakan soko guru kehidupan masyarakat di daerah ini. Dikarenakan lokasinya yang berada di perbukitan, dengan suhu udara yang relatif sejuk, curah hujan yang cukup, dan sumber air yang melimpah, kecamatan ini sejak lama fokus pada penanaman sayur-sayuran. Besarnya volume hasil produksi berbagai jenis sayur di Selupu Rejang telah menjadikan daerah ini sebagai salah satu lumbung sayur terbesar di Rejang Lebong, bahkan Provinsi Bengkulu.
Menurut salah satu catatan dari Ekspedisi Jelajah Musi, Selupu Rejang setiap hari mampu memasok hingga 40 ton sayuran segar,[13] yang dikirim hingga keluar Rejang Lebong, terutama ke Kota Bengkulu, serta provinsi-provinsi tetangga seperti Sumatra Selatan, Lampung, Jambi, dan Bangka Belitung. Truk sayur dengan tujuan pengiriman ke Jambi, Lampung, dan Bangka Belitung umumnya berangkat dari Selupu Rejang pada pukul 17.00 atau 18.00. Sementara truk tujuan Sumatra Selatan umumnya berangkat pada pukul 12.00.[13]
Referensi
- ^ Apriyanti, Sari (27 Agustus 2021). "Camat Lantik 84 Anggota BPD Kecamatan Selupu Rejang". Curup Ekspress. Diakses tanggal 12 Maret 2022.
- ^ Mardani, Rizki (11 November 2021). "Kejari Rejang Lebong Gerakan Serbuan Vaksin". Curup Ekspress. Diakses tanggal 12 Maret 2022.
- ^ a b BPS Kabupaten Rejang Lebong 2021, hlm. 3.
- ^ Wijaya 2013, hlm. 188.
- ^ Melalatoa 1995, hlm. 463.
- ^ Sarwit Sarwono & Pusat Bahasa 2001, hlm. 80.
- ^ McLellan 2017, hlm. 22.
- ^ BPS Kabupaten Rejang Lebong 2021, hlm. 6.
- ^ Enyeng, Novri (7 Agustus 2021). "BKSDA Buka Jalur Baru Masuk TWA Bukit Kaba". Bengkulu Ekspress. Diakses tanggal 12 Maret 2022.
- ^ Kustiani, Rini, ed. (16 November 2020). "Wisata ke Bukit Kaba Bengkulu, Ini Detail Tarif Tiket Masuk dan Aksesnya". Tempo.co. Diakses tanggal 12 Maret 2022.
- ^ "Gambaran Umum Kondisi Daerah". Situs Web Resmi Kabupaten Rejang Lebong. Diakses tanggal 1 Maret 2022.
- ^ "Kecamatan". Situs Web Resmi Kabupaten Rejang Lebong. Diakses tanggal 11 Maret 2022.
- ^ a b 2010, hlm. 92.
Daftar pustaka
Buku
- BPS Kabupaten Rejang Lebong (24 September 2021). Kecamatan Kota Padang dalam Angka 2021. Curup: BPS Kabupaten Rejang Lebong. hlm. viii + 50. ISSN 2715-1433.
- McLellan, Benjamin, ed. (24 Oktober 2017). Sustainable Future for Human Security, Environment and Resources. Singapura: Springer. hlm. 22. ISBN 9789811054303.
- Melalatoa, M. Junus (1995). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 463.
- Sarwit Sarwono & Pusat Bahasa (2001). Kisah Kejadian Manusia dan Semesta dari Masyarakat Rejang di Propinsi Bengkulu: Analisis Struktur dan Fungsi. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 80. ISBN 9789796851805.
- Wijaya, Christofora Hanny (Juli 2013). Indonesian Vegetables. Jakarta: Elex Media Computindo. hlm. 188. ISBN 9786020212722.
- Jelajah Musi, Eksotika Sungai di Ujung Senja : Laporan Jurnalistik Kompas. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2010. hlm. 92. ISBN 9789797094850.