Lompat ke isi

Sri Isyana Tunggawijaya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 13: Baris 13:
'''Sri Isyana Tunggawijaya''' merupakan putri dari [[Mpu Sindok]], yaitu raja yang telah memindahkan istana [[Kerajaan Medang]] dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Kompleks [[Petirtaan Jalatunda]] yang merupakan kawasan petirtaan yang dibangun sejak masa Medang ''periode Jawa Timur'' terletak di kaki barat Bukit Bekel, salah satu "gunung pendamping" [[Gunung Penanggungan]] diduga dibangun pada masa pemerintahan '''Sri Isyana Tunggawijaya''' dan suaminya '''Sri Lokapala''' yang merupakan seorang bangsawan dari [[pulau Bali]].
'''Sri Isyana Tunggawijaya''' merupakan putri dari [[Mpu Sindok]], yaitu raja yang telah memindahkan istana [[Kerajaan Medang]] dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Kompleks [[Petirtaan Jalatunda]] yang merupakan kawasan petirtaan yang dibangun sejak masa Medang ''periode Jawa Timur'' terletak di kaki barat Bukit Bekel, salah satu "gunung pendamping" [[Gunung Penanggungan]] diduga dibangun pada masa pemerintahan '''Sri Isyana Tunggawijaya''' dan suaminya '''Sri Lokapala''' yang merupakan seorang bangsawan dari [[pulau Bali]].


Tidak banyak diketahui tentang masa pemerintahannya, Peninggalan sejarah '''Sri Isyana Tunggawijaya''' dan '''Sri Lokapala''' berupa prasasti Gedangan tahun 950 yang berisi tentang anugerah desa ''Bungur Lor'' dan desa ''Asana'' untuk para pendeta [[Buddha]] di Bodhinimba. Namun, prasasti Gedangan ini adalah prasasti tiruan, prasasti pembaharuan ini disebut dengan istilah ''prasasti tinulad'' yang dikeluarkan pada zaman [[Kerajaan Majapahit]] untuk mengganti prasasti asli yang sudah rusak. prasasti yang ditemukan menyebutkan atas nama suaminya '''Sri Lokapala'''. Tidak diketahui dengan pasti kapan pemerintahan Sri Lokapala dan Sri Isyana Tunggawijaya berakhir. Menurut prasasti Pucangan, yang menjadi raja selanjutnya adalah putra mereka yang bernama [[Sri Makuthawangsawardhana]].
Tidak banyak diketahui tentang masa pemerintahannya, peninggalan sejarah '''Sri Isyana Tunggawijaya''' dan '''Sri Lokapala''' berupa prasasti Gedangan tahun 950 yang berisi tentang anugerah desa ''Bungur Lor'' dan desa ''Asana'' untuk para pendeta [[Buddha]] di ''Bodhinimba''. Namun, prasasti Gedangan ini adalah prasasti tiruan atau prasasti pembaharuan yang disebut dengan istilah ''prasasti tinulad'' yang dikeluarkan pada zaman [[Kerajaan Majapahit]] untuk mengganti prasasti asli yang telah rusak. prasasti yang ditemukan menyebutkan atas nama suaminya '''Sri Lokapala'''. Tidak diketahui dengan pasti kapan pemerintahan Sri Isyana Tunggawijaya dan Sri Lokapala berakhir. Menurut prasasti Pucangan, yang menjadi raja selanjutnya adalah putera mereka yang bernama [[Sri Makuthawangsawardhana]].


=== Kepustakaan ===
=== Kepustakaan ===

Revisi per 12 April 2022 02.27

Sri Isyana Tunggawijaya adalah raja perempuan Kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah berdampingan bersama dengan suaminya yang bernama Sri Lokapala. Namanya menjadi dasar nama wangsa Isyana sebuah dinasti yang didirikan oleh ayahnya Mpu Sindok. Raja pertama Medang periode Jawa Timur Sri Isyana Tunggawijaya adalah raja Kerajaan Medang yang memerintah sejak tahun 947.

Sri Isyana Tunggawijaya
Raja Ratu Penguasa
BerkuasaKerajaan Medang Jawa Timur Indonesia
Keturunan
WangsaIsyana
AgamaHindu

Riwayat Pemerintahan

Sri Isyana Tunggawijaya merupakan putri dari Mpu Sindok, yaitu raja yang telah memindahkan istana Kerajaan Medang dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Kompleks Petirtaan Jalatunda yang merupakan kawasan petirtaan yang dibangun sejak masa Medang periode Jawa Timur terletak di kaki barat Bukit Bekel, salah satu "gunung pendamping" Gunung Penanggungan diduga dibangun pada masa pemerintahan Sri Isyana Tunggawijaya dan suaminya Sri Lokapala yang merupakan seorang bangsawan dari pulau Bali.

Tidak banyak diketahui tentang masa pemerintahannya, peninggalan sejarah Sri Isyana Tunggawijaya dan Sri Lokapala berupa prasasti Gedangan tahun 950 yang berisi tentang anugerah desa Bungur Lor dan desa Asana untuk para pendeta Buddha di Bodhinimba. Namun, prasasti Gedangan ini adalah prasasti tiruan atau prasasti pembaharuan yang disebut dengan istilah prasasti tinulad yang dikeluarkan pada zaman Kerajaan Majapahit untuk mengganti prasasti asli yang telah rusak. prasasti yang ditemukan menyebutkan atas nama suaminya Sri Lokapala. Tidak diketahui dengan pasti kapan pemerintahan Sri Isyana Tunggawijaya dan Sri Lokapala berakhir. Menurut prasasti Pucangan, yang menjadi raja selanjutnya adalah putera mereka yang bernama Sri Makuthawangsawardhana.

Kepustakaan

  • Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
Didahului oleh:
Mpu Sindok
Raja Kerajaan Medang
947 – ?
Diteruskan oleh:
Sri Makuthawangsawardhana