Lompat ke isi

Garuda Indonesia Penerbangan 892: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naufal Praw (bicara | kontrib)
tambah detail
Naufal Praw (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 23: Baris 23:
| occupants = 29
| occupants = 29
| passengers = 15
| passengers = 15
| crew = 14 (termasuk empat awak nonaktif)<ref name="kawanua" />
| crew = 14 (termasuk empat awak [[Deadheading (penerbangan)|''deadheading'']])<ref name="kawanua" />
| fatalities = 30:
| fatalities = 30:
* 29 di dalam pesawat
* 29 di dalam pesawat
Baris 44: Baris 44:
Pada segmen penerbangan Bombay–Karachi, Garuda Indonesian Airways Penerbangan 892 membawa 15 penumpang. Dari segi kota keberangkatan penumpang, enam penumpang berangkat dari Jakarta, tiga dari Bangkok, dan enam dari Bombay. Dari segi kota tujuan penumpang, enam penumpang akan turun di Karachi, dua di Kairo, dua di Roma, dan lima di Amsterdam. Sebanyak enam penumpang berasal dari Indonesia, empat dari Pakistan, dua dari Yunani, satu dari Belanda, satu dari India, dan satu berasal dari Jepang. Salah seorang di antara enam penumpang asal Indonesia adalah pejabat [[Badan Tenaga Nuklir Nasional]] yang juga istri dari [[G.A. Siwabessy]], Menteri Kesehatan Indonesia saat itu. Ia sedang dalam perjalanan menuju [[Wina]] untuk menghadiri sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh [[Badan Tenaga Atom Internasional]].<ref>{{Cite book |last=Rachman |first=Erlita |url=https://books.google.com/books?id=9qFLDwAAQBAJ&pg=PA269 |title=Sang Upuleru: Mengenang 100 Tahun Prof. DR. Gerrit Augustinus Siwabessy (1914–2014) |last2=Sotyati |first2=Endah Dwi |last3=Aipassa |first3=Jeanny Arylien |date=22 September 2014 |publisher=[[Gramedia Pustaka Utama]] |isbn=978-602-03-0871-5 |location=Jakarta |page=269 |access-date=31 Oktober 2021}}</ref> Selain itu, satu-satunya penumpang asal Belanda dan India dalam penerbangan tersebut masing-masing adalah seorang pimpinan [[Moral Re-Armament]] dan presiden [[Persatuan Insinyur India]].<ref name="kawanua">{{Cite book |url=https://books.google.com/books?id=E1UoAQAAMAAJ&pg=RA11-PA43 |title=Bulletin Djembatan Kawanua |date=1 Juni 1968 |publisher=Kawanua |volume=50 |location=Jakarta |page=43 (595) |chapter=Pesawat GIA Convair 990 Djatuh dekat Bombay |access-date=31 Oktober 2021}}</ref><ref name="indian68-1" />
Pada segmen penerbangan Bombay–Karachi, Garuda Indonesian Airways Penerbangan 892 membawa 15 penumpang. Dari segi kota keberangkatan penumpang, enam penumpang berangkat dari Jakarta, tiga dari Bangkok, dan enam dari Bombay. Dari segi kota tujuan penumpang, enam penumpang akan turun di Karachi, dua di Kairo, dua di Roma, dan lima di Amsterdam. Sebanyak enam penumpang berasal dari Indonesia, empat dari Pakistan, dua dari Yunani, satu dari Belanda, satu dari India, dan satu berasal dari Jepang. Salah seorang di antara enam penumpang asal Indonesia adalah pejabat [[Badan Tenaga Nuklir Nasional]] yang juga istri dari [[G.A. Siwabessy]], Menteri Kesehatan Indonesia saat itu. Ia sedang dalam perjalanan menuju [[Wina]] untuk menghadiri sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh [[Badan Tenaga Atom Internasional]].<ref>{{Cite book |last=Rachman |first=Erlita |url=https://books.google.com/books?id=9qFLDwAAQBAJ&pg=PA269 |title=Sang Upuleru: Mengenang 100 Tahun Prof. DR. Gerrit Augustinus Siwabessy (1914–2014) |last2=Sotyati |first2=Endah Dwi |last3=Aipassa |first3=Jeanny Arylien |date=22 September 2014 |publisher=[[Gramedia Pustaka Utama]] |isbn=978-602-03-0871-5 |location=Jakarta |page=269 |access-date=31 Oktober 2021}}</ref> Selain itu, satu-satunya penumpang asal Belanda dan India dalam penerbangan tersebut masing-masing adalah seorang pimpinan [[Moral Re-Armament]] dan presiden [[Persatuan Insinyur India]].<ref name="kawanua">{{Cite book |url=https://books.google.com/books?id=E1UoAQAAMAAJ&pg=RA11-PA43 |title=Bulletin Djembatan Kawanua |date=1 Juni 1968 |publisher=Kawanua |volume=50 |location=Jakarta |page=43 (595) |chapter=Pesawat GIA Convair 990 Djatuh dekat Bombay |access-date=31 Oktober 2021}}</ref><ref name="indian68-1" />


Terdapat 14 awak yang berada di dalam penerbangan tersebut; semuanya berasal dari Indonesia. Sepuluh anggota awak merupakan awak yang bertugas, yang terdiri dari empat awak kokpit dan enam awak kabin, sedangkan empat awak lainnya tidak bertugas. Anggota awak kokpit terdiri dari [[Pilot yang bertugas|Kapten]] Abdul Rohim,<ref name="tah" /> Kapten Soedharmono, [[Navigator|Juru navigasi]] Asmoro, dan [[Juru mesin]] Djumadi. Salah seorang kepala [[awak kabin]] dalam penerbangan tersebut adalah adik dari [[Ahmad Yunus Mokoginta]], Duta Besar Indonesia untuk Mesir saat itu. Seluruh awak yang bertugas naik ke penerbangan tersebut di Bombay sebagai pengganti awak yang telah bertugas sejak penerbangan tersebut berangkat dari Jakarta. Seluruh awak yang bertugas tersebut rencananya akan kembali diganti di Kairo. Sementara itu, empat awak yang tidak bertugas dan berangkat bersama dengan para awak yang bertugas dari Jakarta tetap berada di dalam penerbangan tersebut.<ref name="kawanua" />
Terdapat 14 awak yang berada di dalam penerbangan tersebut; semuanya berasal dari Indonesia. Sepuluh anggota awak merupakan awak yang bertugas, yang terdiri dari empat awak kokpit dan enam awak kabin, sedangkan empat awak lainnya [[Deadheading (penerbangan)|''deadheading'']]. Anggota awak kokpit terdiri dari [[Pilot yang bertugas|Kapten]] Abdul Rohim,<ref name="tah" /> Kapten Soedharmono, [[Navigator|Juru navigasi]] Asmoro, dan [[Juru mesin]] Djumadi. Salah seorang kepala [[awak kabin]] dalam penerbangan tersebut adalah adik dari [[Ahmad Yunus Mokoginta]], Duta Besar Indonesia untuk Mesir saat itu. Seluruh awak yang bertugas naik ke penerbangan tersebut di Bombay sebagai pengganti awak yang telah bertugas sejak penerbangan tersebut berangkat dari Jakarta. Seluruh awak yang bertugas tersebut rencananya akan kembali diganti di Kairo. Sementara itu, empat awak yang ''deadheading'' dan berangkat bersama dengan para awak yang bertugas dari Jakarta tetap berada di dalam penerbangan tersebut.<ref name="kawanua" />


== Penyelidikan ==
== Penyelidikan ==

Revisi per 20 Mei 2022 06.20

Garuda Indonesian Airways Penerbangan 892
Pajajaran, pesawat Garuda Indonesian Airways yang mengalami kecelakaan.
Ringkasan kecelakaan
Tanggal28 Mei 1968
RingkasanJatuh setelah lepas landas; diduga akibat kesalahan pengisian bahan bakar pesawat
LokasiDesa Bilalpada, dekat Nala Sopara, India[1]
Orang dalam pesawat29
Penumpang15
Awak14 (termasuk empat awak deadheading)[2]
Tewas30:
  • 29 di dalam pesawat
  • Satu di darat
Selamat0
Jenis pesawatConvair CV-990-30A-5
Nama pesawatPajajaran
OperatorGaruda Indonesian Airways
RegistrasiPK-GJA
AsalBandar Udara Kemayoran, Jakarta, Indonesia
Perhentian ke-1Bandar Udara Internasional Singapura, Singapura
Perhentian ke-2Bandar Udara Internasional Bangkok, Bangkok, Thailand
Perhentian ke-3Bandar Udara Bombay–Santacruz, Bombay, India
Perhentian ke-4Bandar Udara Internasional Karachi, Karachi, Pakistan
Perhentian ke-5Bandar Udara Internasional Kairo, Kairo, Mesir
Perhentian terakhirBandar Udara Leonardo da Vinci–Fiumicino, Roma, Italia
TujuanBandar Udara Schiphol Amsterdam, Amsterdam, Belanda

Garuda Indonesian Airways Penerbangan 892 adalah penerbangan penumpang internasional terjadwal Garuda Indonesian Airways (sekarang Garuda Indonesia) dari Jakarta, Indonesia, menuju Amsterdam, Belanda, dengan perhentian di Singapura, Bangkok, Bombay (sekarang Mumbai), Karachi, Kairo, dan Roma. Pada tanggal 28 Mei 1968, pesawat jet Convair CV-990-30A-5 yang mengoperasikan penerbangan tersebut jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandar Udara Bombay–Santacruz (sekarang Bandar Udara Internasional Chhatrapati Shivaji Maharaj) dalam segmen keempat penerbangan tersebut dari Bombay menuju Karachi. Pesawat jatuh di Desa Bilalpada yang terletak di dekat kota Nala Sopara dan menewaskan seluruh 15 penumpang dan 14 awak pesawat, ditambah satu orang di darat. Meskipun penyebab dari kecelakaan tersebut tidak diketahui secara jelas, kecelakaan tersebut diduga berawal dari kesalahan pengisian bahan bakar pesawat ketika pesawat melakukan perhentian di Bombay, yang menyebabkan pesawat mengalami kegagalan mesin, dan mengakibatkan pilot kehilangan kendali atas pesawat.[3] Kecelakaan tersebut menjadi kecelakaan kedua yang melibatkan pesawat Convair 990 dan juga menjadi kecelakaan pertama jenis pesawat tersebut yang menimbulkan korban jiwa.[4]

Pesawat

Pesawat yang mengalami kecelakaan adalah pesawat jet Convair CV-990-30A-5 dengan registrasi PK-GJA. Pesawat yang ditenagai oleh empat mesin turbofan General Electric CJ805-23B tersebut adalah Convair 990 ketiga yang diproduksi, dengan nomor seri 30-10-3, dan awalnya ditujukan kepada American Airlines. Pesawat berkapasitas 99 tempat duduk penumpang tersebut diberi nama Pajajaran, nama yang berasal dari bekas ibu kota Kerajaan Sunda.[5][6] Pesawat tersebut sebelumnya digunakan sebagai salah satu pesawat uji untuk mensertifikasi jenis pesawat Convair 990; pesawat kemudian dikonversi ke varian "990A". Garuda Indonesian Airways menerima pengiriman pesawat tersebut pada tanggal 24 Januari 1964 sebagai pesawat terakhir dari tiga pesawat yang dipesan.[7] Pesawat tersebut diasuransikan dengan nilai US$5.000.000 (setara dengan US$38.961.722 pada tahun 2021).[8]

Kecelakaan

Garuda Indonesian Airways Penerbangan 892 tiba di Bandar Udara Bombay–Santacruz pada pukul 01.45 waktu setempat (03.15 WIB). Penerbangan tersebut berasal dari Jakarta dengan perhentian di Singapura dan Bangkok sebelum menuju Bombay. Penerbangan tersebut merupakan bagian dari rute penerbangan Jakarta–Singapura–Bangkok–Bombay–Karachi–Kairo–Roma–Amsterdam yang dioperasikan oleh Garuda Indonesian Airways saat itu.[9] Penerbangan tersebut melakukan perhentian ketiga di Bombay untuk menaikkan penumpang tambahan, mengganti awak yang bertugas, dan mengisi ulang bahan bakar pesawat sebelum bertolak menuju Karachi, perhentian selanjutnya dari penerbangan tersebut. Sebelas penumpang seharusnya naik ke penerbangan tersebut di Bombay, tetapi lima calon penumpang membatalkan tiketnya di saat-saat terakhir, sehingga hanya enam penumpang yang naik ke penerbangan tersebut, dan pesawat berangkat dengan membawa 15 penumpang dan 14 awak. Kondisi cuaca di Bandar Udara Bombay–Santacruz dilaporkan normal dan tanpa angin kencang ketika pesawat meninggalkan Bombay.[10]

Pesawat lepas landas dari Bombay pada pukul 02.32 waktu setempat (04.02 WIB). Pada pukul 02.39 (04.09 WIB), pemandu lalu lintas udara di Bandar Udara Bombay–Santacruz kehilangan kontak dengan pesawat; tidak ada panggilan darurat yang diterima dari pesawat sebelum pesawat hilang kontak.[8] Pesawat kemudian dilaporkan telah jatuh pada pukul 02.44 (04.14 WIB), dengan lokasi jatuhnya pesawat berada di sekitar 1–1,5 mil (1,6–2,4 km) sebelah timur Stasiun kereta api Nalla Sopara di dekat Desa Bilalpada. Ledakan yang ditimbulkan ketika pesawat jatuh menghunjam daratan membuat sedikitnya sebuah puing berukuran besar dari pesawat membentuk kawah sedalam 20 ft (6,1 m) di lokasi jatuhnya pesawat, sedangkan sebagian besar puing-puing lainnya jatuh berserakan di area seluas tiga mil2 (7,8 km2).[10]

Seluruh 15 penumpang dan 14 awak pesawat tewas dalam kecelakaan tersebut. Tujuh belas orang di Desa Bilalpada dilaporkan cedera, di mana dua di antaranya dalam kondisi serius. Tiga penduduk desa harus dirawat di rumah sakit, dan salah seorang di antaranya kemudian dinyatakan meninggal dunia.[11] Di samping menelan korban manusia, kecelakaan tersebut menghancurkan sejumlah rumah pondok penduduk desa dan satu rumah gudang milik sebuah sekolah. Selain itu, sejumlah puing-puing dari pesawat yang terbakar menghantam dan membakar sebuah kandang yang kemudian menewaskan 19 ekor kerbau di dalam kandang tersebut.[10]

Penumpang dan awak

Pada segmen penerbangan Bombay–Karachi, Garuda Indonesian Airways Penerbangan 892 membawa 15 penumpang. Dari segi kota keberangkatan penumpang, enam penumpang berangkat dari Jakarta, tiga dari Bangkok, dan enam dari Bombay. Dari segi kota tujuan penumpang, enam penumpang akan turun di Karachi, dua di Kairo, dua di Roma, dan lima di Amsterdam. Sebanyak enam penumpang berasal dari Indonesia, empat dari Pakistan, dua dari Yunani, satu dari Belanda, satu dari India, dan satu berasal dari Jepang. Salah seorang di antara enam penumpang asal Indonesia adalah pejabat Badan Tenaga Nuklir Nasional yang juga istri dari G.A. Siwabessy, Menteri Kesehatan Indonesia saat itu. Ia sedang dalam perjalanan menuju Wina untuk menghadiri sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Badan Tenaga Atom Internasional.[12] Selain itu, satu-satunya penumpang asal Belanda dan India dalam penerbangan tersebut masing-masing adalah seorang pimpinan Moral Re-Armament dan presiden Persatuan Insinyur India.[2][10]

Terdapat 14 awak yang berada di dalam penerbangan tersebut; semuanya berasal dari Indonesia. Sepuluh anggota awak merupakan awak yang bertugas, yang terdiri dari empat awak kokpit dan enam awak kabin, sedangkan empat awak lainnya deadheading. Anggota awak kokpit terdiri dari Kapten Abdul Rohim,[6] Kapten Soedharmono, Juru navigasi Asmoro, dan Juru mesin Djumadi. Salah seorang kepala awak kabin dalam penerbangan tersebut adalah adik dari Ahmad Yunus Mokoginta, Duta Besar Indonesia untuk Mesir saat itu. Seluruh awak yang bertugas naik ke penerbangan tersebut di Bombay sebagai pengganti awak yang telah bertugas sejak penerbangan tersebut berangkat dari Jakarta. Seluruh awak yang bertugas tersebut rencananya akan kembali diganti di Kairo. Sementara itu, empat awak yang deadheading dan berangkat bersama dengan para awak yang bertugas dari Jakarta tetap berada di dalam penerbangan tersebut.[2]

Penyelidikan

Beberapa jam setelah kecelakaan tersebut, sejumlah perwakilan dari Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil India tiba di lokasi kecelakaan pesawat dan kemudian melakukan sebuah penyelidikan awal.[10] Sebuah tim gabungan dari Indonesia, yang terdiri dari Direktorat Penerbangan Sipil, Garuda Indonesian Airways, dan Lufthansa, diterjunkan ke Bombay untuk bergabung dalam penyelidikan.[2] Tim gabungan tersebut tiba di Bombay pada pagi keesokan harinya. Pencarian terhadap alat perekam data penerbangan pesawat dimulai satu hari setelah tim dari Indonesia tiba di lokasi kecelakaan pesawat.[8]

Penyebab dari kecelakaan tersebut tidak diketahui secara jelas, meskipun terdapat penyelidikan dari pengadilan yang dilakukan terhadap kecelakaan tersebut. Penyelidikan tersebut dipimpin oleh seorang mantan ketua mahkamah di Mahkamah Tinggi Bombay, dan laporan akhir dari kecelakaan tersebut dilaporkan akan selesai pada bulan Januari 1970.[1] Namun, kecelakaan tersebut diduga disebabkan oleh kelalaian petugas darat Bandar Udara Bombay–Santacruz ketika pesawat mengisi ulang bahan bakar di Bombay. Alih-alih diisi ulang dengan avtur, pesawat jet tersebut diduga diisi ulang dengan avgas. Akibatnya, pesawat diduga mengalami kegagalan mesin yang mengakibatkan pilot kehilangan kendali atas pesawat. Pesawat kemudian menukik turun hingga akhirnya jatuh dengan posisi hampir vertikal.[3][4] Sebuah sumber menyebutkan bahwa pesawat dilaporkan mendekati kecepatan suara ketika jatuh menabrak daratan. Sumber tersebut juga mengutip sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa sabotase kemungkinan berperan dalam kecelakaan tersebut; tidak diketahui apakah kesalahan pengisian bahan bakar pesawat di Bandar Udara Bombay–Santacruz berkaitan dengan sabotase tersebut atau tidak.[7]

Pasca kecelakaan

Presiden Soeharto mengirimkan sebuah pesawat milik Garuda Indonesian Airways untuk memulangkan seluruh jenazah korban asal Indonesia. Di dalam setiap peti jenazah korban asal Indonesia, dimasukkan batu-batu yang telah dikumpulkan dari lokasi kecelakaan pesawat. Sebagian besar jenazah korban penumpang asal Indonesia dimakamkan di tempat pemakaman umum, sedangkan istri menteri kesehatan dan seluruh awak pesawat dimakamkan di sebuah taman makam pahlawan.[13]

Pasca kecelakaan tersebut, Garuda Indonesian Airways menghentikan sementara operasional rute penerbangan Jakarta–Amsterdam berikut dua pesawat Convair 990A yang tersisa. Rute penerbangan Jakarta–Amsterdam kemudian dilanjutkan kembali, tetapi pesawat yang digunakan berganti menjadi Douglas DC-8 yang disewa dari KLM. Garuda Indonesian Airways kemudian mengalihkan operasional pesawat Convair 990A ke rute penerbangan domestik dan Asia hingga akhirnya jenis pesawat tersebut dipensiunkan pada tahun 1973.[6]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Garuda crash report by Jan." The Indian Express (dalam bahasa Inggris). 38 (13). Bombay. 28 November 1969. hlm. 13. Diakses tanggal 23 Februari 2022. 
  2. ^ a b c d "Pesawat GIA Convair 990 Djatuh dekat Bombay". Bulletin Djembatan Kawanua. 50. Jakarta: Kawanua. 1 Juni 1968. hlm. 43 (595). Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  3. ^ a b Hubert, Ronan. "Crash of a Convair CV-990-30A-5 near Bombay: 30 killed". Bureau of Aircraft Accidents Archives (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 Juli 2021. 
  4. ^ a b Ranter, Harro. "ASN Aircraft accident Convair CV-990-30A-5 Coronado PK-GJA Mumbai Airport (BOM)". Aviation Safety Network (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 Juli 2021. 
  5. ^ Almanak Sumatera. Komando Antar Daerah Sumatera. 1969. hlm. 517. Diakses tanggal 31 Januari 2022. 
  6. ^ a b c Sumbodo, Sudiro (15 April 2018). Stroud, Nick, ed. "The Convair 990 and Garuda Indonesian Airways". The Aviation Historian (dalam bahasa Inggris). Horsham, Britania Raya (23): 69, 74. ISSN 2051-1930. OCLC 1035942238. 
  7. ^ a b Proctor, Jon (1996). Convair 880 & 990. Great Airliners Series (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). Miami, Florida: World Transport Press. hlm. 64, 87, 112. ISBN 0-9626730-4-8. 
  8. ^ a b c "Garuda aircraft grounded". The Indian Express (dalam bahasa Inggris). 36 (169). Jakarta. 29 Mei 1968. hlm. 3. Diakses tanggal 5 Maret 2022. 
  9. ^ "Garuda Indonesian Airways International Timetable". Airline Timetable Images (dalam bahasa Inggris). 1 April 1968. hlm. 3. Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  10. ^ a b c d e "29 killed in a plane crash near Bombay". The Indian Express (dalam bahasa Inggris). 36 (168). Bombay. 28 Mei 1968. hlm. 1, 5. Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  11. ^ "Air Crash of Indonesian Garuda Airlines Jet Plane". Lok Sabha Debates (Fifth Session) (PDF). Lok Sabha. 4 (dalam bahasa Inggris). 18. New Delhi: Lok Sabha. 26 Juli 1968. hlm. 1808–1809 (73–74). Diakses tanggal 23 Februari 2022. 
  12. ^ Rachman, Erlita; Sotyati, Endah Dwi; Aipassa, Jeanny Arylien (22 September 2014). Sang Upuleru: Mengenang 100 Tahun Prof. DR. Gerrit Augustinus Siwabessy (1914–2014). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 269. ISBN 978-602-03-0871-5. Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  13. ^ Isnaeni, Hendri F. (6 April 2019). "Kecelakaan Pesawat Garuda di Mumbai India". Historia. Diakses tanggal 31 Oktober 2021.