Lompat ke isi

Simpang Susun Semanggi: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 6°13′10″S 106°48′44″E / 6.21943°S 106.81236°E / -6.21943; 106.81236
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Geanard (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RasyaAbhirama13 (bicara | kontrib)
k →‎Sejarah: Perombakan dan penambahan referensi
Tag: referensi YouTube VisualEditor
Baris 1: Baris 1:
<!-- Artikel ini sudah digabungkan dengan Jembatan Semanggi. -->{{More citations needed|date=Juli 2022}}{{Infobox road junction|country=Indonesia|name=Simpang Susun Semanggi|image=Semanggi roundabout, Sekilas Lintas Kepolisian Republik Indonesia, p38.jpg|image_caption=Simpang Susun Semanggi pada tahun 1976|maint=Dinas Binamarga Provinsi DKI Jakarta|location=[[Jakarta]], [[Indonesia]]|coord={{coord|-6.21943|106.81236|display=inline,title}}|roads={{plainlist|
<!-- Artikel ini sudah digabungkan dengan Jembatan Semanggi. -->{{More citations needed|date=Juli 2022}}{{Infobox road junction|country=IDN|name=Simpang Susun Semanggi|image=Semanggi roundabout, Sekilas Lintas Kepolisian Republik Indonesia, p38.jpg|image_caption=Simpang Susun Semanggi pada tahun 1976|maint=Dinas Binamarga Provinsi DKI Jakarta|location=[[Jakarta]], [[Indonesia]]|coord={{coord|-6.21943|106.81236|display=inline,title}}|roads={{plainlist|
*[[Jalan Jenderal Sudirman (Jakarta)]]
*[[Jalan Jenderal Sudirman (Jakarta)]]
*[[Jalan Jenderal Gatot Subroto]]
*[[Jalan Jenderal Gatot Subroto]]
}}|type=[[Persimpangan daun semanggi]]|const=|opened={{start date|1962}}|height=|other_names=Jembatan Semanggi|map=|province=DKI Jakarta}}'''Simpang Susun Semanggi''' atau lebih dikenal dengan nama '''Jembatan Semanggi''' adalah simpang susun yang berbentuk daun semanggi yang berada di persimpangan antara [[Jalan Jenderal Sudirman (Jakarta)|Jalan Sudirman]] dan [[Jalan Jenderal Gatot Subroto (Jakarta)|Jalan Gatot Subroto]].<ref name=":0">{{Cite news|last=Liputan6.com|title=Sejarah Jembatan Semanggi, Buah Pemikiran Filosofis Sukarno|url=http://lifestyle.liputan6.com/read/3038822/sejarah-jembatan-semanggi-buah-pemikiran-filosofis-sukarno|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-08-16}}</ref> Jembatan ini dinamakan "Semanggi" karena bentuknya yang menyerupai daun [[semanggi]] dan juga wilayah pembangunannya dahulu merupakan daerah rawa yang dipenuhi semanggi.<ref name=":0" /> Proyek ini mulai dibangun pada tahun 1961, pada masa pemerintahan [[Soekarno]] dan , [[Daftar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia|Menteri Pekerjaan Umum]] pada saat itu, yakni Ir. [[Sutami]].<ref name=":0" />
}}|type=Persimpangan daun semanggi|const=1961-1962|opened={{start date|1962}}|height=|other_names=Jembatan Semanggi|map=|province=13}}'''Simpang Susun Semanggi''' atau lebih dikenal dengan nama '''Jembatan Semanggi''' adalah simpang susun yang berbentuk daun semanggi yang berada di persimpangan antara [[Jalan Jenderal Sudirman (Jakarta)|Jalan Sudirman]] dan [[Jalan Jenderal Gatot Subroto (Jakarta)|Jalan Gatot Subroto]].<ref name=":0">{{Cite news|last=Liputan6.com|title=Sejarah Jembatan Semanggi, Buah Pemikiran Filosofis Sukarno|url=http://lifestyle.liputan6.com/read/3038822/sejarah-jembatan-semanggi-buah-pemikiran-filosofis-sukarno|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-08-16}}</ref> Jembatan ini dinamakan "Semanggi" karena bentuknya yang menyerupai daun [[semanggi]] dan juga wilayah pembangunannya dahulu merupakan daerah rawa yang dipenuhi semanggi.<ref name=":0" /> Proyek ini mulai dibangun pada tahun 1961, pada masa pemerintahan [[Soekarno]] dan [[Daftar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia|Menteri Pekerjaan Umum]] pada saat itu, yakni Ir. [[Sutami]].<ref name=":0" />


Pada tahun 2016, dua jembatan layang [[persimpangan]] tambahan yang merupakan hasil rancangan [[Jodi Firmansyah]] dibangun. Dua jembatan layang tambahan tersebut memiliki panjang 796 meter yang menghubungkan arus lalu lintas dari arah [[Grogol]] menuju ke [[Senayan]] dan dari arah Cawang menuju ke Jalan Sudirman, sehingga jika dilihat dari atas, maka akan membentuk lingkaran. Pembangunan dua jembatan layang baru tersebut diresmikan oleh [[Presiden]] [[Joko Widodo]] pada tanggal [[17 Agustus]] [[2017]], bertepatan pada HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI.<ref name=":1">Nasional Kompas: [http://nasional.kompas.com/read/2017/08/17/20032541/resmikan-simpang-susun-semanggi-jokowi-puji-ahok-djarot Resmikan Simpang Susun Semanggi, Jokowi Puji Ahok-Djarot] diakses 18 Agustus 2017</ref>
Pada tahun 2016, dua jembatan layang [[persimpangan]] tambahan yang merupakan hasil rancangan [[Jodi Firmansyah]] dibangun. Dua jembatan layang tambahan tersebut memiliki panjang 796 meter yang menghubungkan arus lalu lintas dari arah [[Grogol]] menuju ke [[Senayan]] dan dari arah Cawang menuju ke Jalan Sudirman, sehingga jika dilihat dari atas, maka akan membentuk lingkaran. Pembangunan dua jembatan layang baru tersebut diresmikan oleh [[Presiden]] [[Joko Widodo]] pada tanggal [[17 Agustus]] [[2017]], bertepatan pada HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI.<ref name=":1">Nasional Kompas: [http://nasional.kompas.com/read/2017/08/17/20032541/resmikan-simpang-susun-semanggi-jokowi-puji-ahok-djarot Resmikan Simpang Susun Semanggi, Jokowi Puji Ahok-Djarot] diakses 18 Agustus 2017</ref>
Baris 8: Baris 8:
== Sejarah ==
== Sejarah ==


=== '''1960-an''' ===
=== '''1961-1962''' ===
Kawasan Simpang Susun Semanggi sebelumnya merupakan daerah rawa-rawa yang dipenuhi oleh pohon semanggi. Sejak awal 1960-an, sejalan dengan persiapan penyelenggaraan [[Pesta Olahraga Asia 1962]] dan visi [[Soekarno]] untuk menjadikan Jakarta sebagai "mercusuar" dari bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang baru dan kuat, maka dibangunlah Jalan Jendral Sudirman yang menghubungkan kawasan Medan Merdeka dengan kawasan [[Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Kebayoran Baru]] sebagai kota mandiri modern pertama di Indonesia. Selain Jalan Sudirman, Jalan Gatot Subroto juga dibangun untuk menghubungkan kawasan Cawang di sebelah timur dengan Grogol di sebelah Barat.
Kawasan Simpang Susun Semanggi sebelumnya merupakan daerah rawa-rawa yang dipenuhi oleh pohon semanggi. Sejak awal 1960-an, sejalan dengan persiapan penyelenggaraan [[Pesta Olahraga Asia 1962]] dan visi [[Soekarno]] untuk menjadikan Jakarta sebagai "mercusuar" dari bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang baru dan kuat, maka dibangunlah Jalan Jendral Sudirman yang menghubungkan kawasan Medan Merdeka dengan kawasan [[Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Kebayoran Baru]] sebagai kota mandiri modern pertama di Indonesia.{{Citation-needed}}Selain Jalan Sudirman, Jalan Gatot Subroto juga dibangun untuk menghubungkan kawasan Cawang di sebelah timur dengan Grogol di sebelah Barat.


Agar arus lalu lintas di persimpangan Jalan Sudirman dan Gatot Subroto dapat ditampung dengan baik, maka dibangunlah sebuah simpang susun yang berbentuk daun semanggi, sesuai dengan kondisi kawasan persimpangan yang sebelumnya merupakan rawa-rawa yang ditumbuhi pohon semanggi. Pembangunan simpang susun tersebut selesai dan diresmikan pada tahun 1962, dan dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Jakarta sebagai "Jembatan Semanggi".
Agar arus lalu lintas di persimpangan Jalan Sudirman dan Gatot Subroto dapat ditampung dengan baik, maka dibangunlah sebuah simpang susun yang berbentuk daun semanggi, sesuai dengan kondisi kawasan persimpangan yang sebelumnya merupakan rawa-rawa yang ditumbuhi pohon semanggi. Pembangunan simpang susun tersebut selesai dan diresmikan pada tahun 1962, dan dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Jakarta sebagai "Jembatan Semanggi". Biaya pembangunan Jembatan Semanggi pada saat itu mencapai Rp16,9 Miliar, yang berasal dari pinjaman dari [[Jepang]]. Pekerjaan konstruksi melibatkan 120 orang dan menyertakan 4 tenaga konsultan dari Jepang serta seorang insinyur dari [[Britania Raya|Inggris]]. Pada saat itu Jembatan Semanggi mampu menampung volume kendaraan hingga 20 ribu mobil penumpang per harinya.<ref name=":2" />


=== '''1980-an hingga 1990-an''' ===
=== '''1987-1989''' ===
Pada tahun 1987, Jembatan Semanggi mengalami modifikasi untuk menampung arus lalu lintas yang semakin padat. Dilakukan pembangunan dua struktur jembatan baru yang digunakan untuk arus lalu lintas Jalan Gatot Subroto, menggantikan struktur jembatan eksisting yang dialih fungsi menjadi jalan utama ''(Main Road)'' [[Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta]] ruas [[Jalan Tol Cawang–Pluit|Cawang-Grogol]], sehingga empat jalan lingkaran yang berada di simpang ini harus dibongkar dan diperkecil. Jembatan Semanggi yang telah dimodifikasi ini diresmikan oleh Presiden [[Soeharto]] pada 10 November 1989.<ref>{{Cite web|last=Sudrajat|title=Tiga Upaya Mengurai Kemacetan di Semanggi|url=https://news.detik.com/x/detail/investigasi/20160418/Semanggi-Infog/|website=Detik.com|access-date=2022-07-11}}</ref>
Pada tahun 1987, Jembatan Semanggi mengalami modifikasi untuk menampung arus lalu lintas yang semakin padat. Dilakukan pembangunan dua struktur jembatan baru yang digunakan untuk arus lalu lintas Jalan Gatot Subroto, menggantikan struktur jembatan eksisting yang dialih fungsi menjadi jalan utama ''(Main Road)'' [[Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta]] ruas [[Jalan Tol Cawang–Pluit|Cawang-Grogol]], sehingga empat jalan lingkaran yang berada di simpang ini harus dibongkar dan diperkecil. Jembatan Semanggi yang telah dimodifikasi ini diresmikan oleh Presiden [[Soeharto]] pada 10 November 1989.<ref name=":2">{{Cite web|last=Sudrajat|title=Tiga Upaya Mengurai Kemacetan di Semanggi|url=https://news.detik.com/x/detail/investigasi/20160418/Semanggi-Infog/|website=Detik.com|access-date=2022-07-11}}</ref>


=== '''2016-sekarang''' ===
=== '''2016-sekarang''' ===
Pada Agustus 2016, [[Daftar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Gubernur DKI Jakarta]] pada saat itu, [[Basuki Tjahaja Purnama]] mencanangkan proyek "Revitalisasi Jembatan Semanggi". Proyek tersebut merupakan modifikasi ketiga dari Jembatan Semanggi setelah modifikasi pertama dan kedua pada tahun 1980-an hingga 1990-an. Modifikasi tersebut adalah pembangunan dua jembatan layang atau ''ramp'' baru yang membentuk lingkaran. Dua ''ramp'' tersebut adalah dari arah Cawang menuju ke arah Bundaran HI dan dari arah Grogol menuju Senayan dan Kebayoran Baru. Pembangunan dua jembatan layang baru tersebut mulai dibangun pada tahun 2016 dan selesai sekitar tahun 2017{{Citation-needed}}, dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp360 miliar, dibiayai dari dana kompensasi atas kelebihan koefisien luas bangunan (KLB) dari PT Mitra Panca Persada, salah satu anak perusahaan asal Jepang, Mori Building Company.<ref name="news.liputan6.com_IniAlurLajuKend">{{Cite web|last=Prastiwi|first=Devira|date=|title=Ini Alur Laju Kendaraan di Simpang Susun Semanggi|url=http://news.liputan6.com/read/3038776/ini-alur-laju-kendaraan-di-simpang-susun-semanggi|work=liputan6.com|language=|archiveurl=|archivedate=|dead-url=no|accessdate={{date|2017-07-30}}|quote=}}</ref><ref name="news.liputan6.com_Djarot:SimpangS">{{Cite web|last=Prastiwi|first=Devira|date=|title=Djarot: Simpang Susun Semanggi Mahal Pernah Bikin Ahok Marah|url=http://news.liputan6.com/read/3038851/djarot-simpang-susun-semanggi-mahal-pernah-bikin-ahok-marah|work=liputan6.com|language=|archiveurl=|archivedate=|dead-url=no|accessdate={{date|2017-07-30}}|quote=}}</ref><ref name="cnnindonesia.com_Djarot:JanganSe">{{Cite web|last=Olyvia|first=Filani|date=|title=Djarot: Jangan Selfie di Simpang Susun Semanggi|url=http://www.cnnindonesia.com/nasional/20170728111300-20-230911/djarot-jangan-selfie-di-simpang-susun-semanggi/|work=CNN Indonesia|language=|archiveurl=|archivedate=|dead-url=no|accessdate={{date|2017-07-30}}|quote=}}</ref> Pembangunan dua ''ramp'' baru tersebut selesai pada tahun 2017 dan diresmikan oleh Presiden [[Joko Widodo]] pada tanggal 17 Agustus 2017, bertepatan pada HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI.<ref name=":1" /> Sejak itulah, istilah '''Simpang Susun Semanggi''' mulai digunakan.
Pada Agustus 2016, [[Daftar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Gubernur DKI Jakarta]] pada saat itu, [[Basuki Tjahaja Purnama]] mencanangkan proyek "Revitalisasi Jembatan Semanggi". Proyek tersebut merupakan modifikasi kedua dari Jembatan Semanggi setelah modifikasi pertama pada tahun 1987. Modifikasi tersebut adalah pembangunan dua jembatan layang atau ''ramp'' baru yang membentuk lingkaran. Dua ''ramp'' tersebut adalah dari arah Cawang menuju ke arah Bundaran HI dan dari arah Grogol menuju Senayan dan Kebayoran Baru. Pembangunan dua jembatan layang baru tersebut mulai dibangun pada tahun 2016 dan selesai sekitar tahun 2017{{Citation-needed}}, dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp360 miliar, dibiayai dari dana kompensasi atas kelebihan koefisien luas bangunan (KLB) dari PT Mitra Panca Persada, salah satu anak perusahaan asal Jepang, Mori Building Company.<ref name="news.liputan6.com_IniAlurLajuKend">{{Cite web|last=Prastiwi|first=Devira|date=|title=Ini Alur Laju Kendaraan di Simpang Susun Semanggi|url=http://news.liputan6.com/read/3038776/ini-alur-laju-kendaraan-di-simpang-susun-semanggi|work=liputan6.com|language=|archiveurl=|archivedate=|dead-url=no|accessdate={{date|2017-07-30}}|quote=}}</ref><ref name="news.liputan6.com_Djarot:SimpangS">{{Cite web|last=Prastiwi|first=Devira|date=|title=Djarot: Simpang Susun Semanggi Mahal Pernah Bikin Ahok Marah|url=http://news.liputan6.com/read/3038851/djarot-simpang-susun-semanggi-mahal-pernah-bikin-ahok-marah|work=liputan6.com|language=|archiveurl=|archivedate=|dead-url=no|accessdate={{date|2017-07-30}}|quote=}}</ref><ref name="cnnindonesia.com_Djarot:JanganSe">{{Cite web|last=Olyvia|first=Filani|date=|title=Djarot: Jangan Selfie di Simpang Susun Semanggi|url=http://www.cnnindonesia.com/nasional/20170728111300-20-230911/djarot-jangan-selfie-di-simpang-susun-semanggi/|work=CNN Indonesia|language=|archiveurl=|archivedate=|dead-url=no|accessdate={{date|2017-07-30}}|quote=}}</ref> Pembangunan dua ''ramp'' baru tersebut selesai pada tahun 2017 dan diresmikan oleh Presiden [[Joko Widodo]] pada tanggal 17 Agustus 2017, bertepatan pada HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI.<ref name=":1" /> Sejak itulah, istilah '''Simpang Susun Semanggi''' mulai digunakan.


Pada tahun 2019, seiring dengan proyek revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Jendral Sudirman, dibangun sebuah spot budaya di kolong Simpang Susun Semanggi, tepatnya di area jalan kecil yang merupakan hasil modifikasi kedua pada tahun 1990-an.{{Citation-needed}}
Pada tahun 2019, seiring dengan proyek revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Jendral Sudirman, dibangun sebuah spot budaya di kolong Simpang Susun Semanggi, tepatnya di area jalan kecil yang diperuntukan untuk Sepeda Motor.<ref>{{Citation|title=Piknik di Semanggi|url=https://www.youtube.com/watch?v=SJIojpi29a8|accessdate=2022-08-20|language=id-ID}}</ref>


== Filosofi ==
== Filosofi ==
Baris 44: Baris 44:
== Tragedi Semanggi ==
== Tragedi Semanggi ==
{{Main|Tragedi Semanggi}}
{{Main|Tragedi Semanggi}}
Tragedi Semanggi adalah aksi unjuk rasa mahasiswa dan masyarakat terhadap pelaksanaan Sidang Istimewa [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR RI]] yang dilakukan di kawasan Simpang Susun Semanggi. Peristiwa tersebut berakhir ricuh dan memakan korban jiwa. Peristiwa tersebut terjadi dua kali, yakni '''Tragedi Semanggi 1''' yang terjadi pada 11-13 November 1998 dan '''Tragedi Semanggi 2''' 24 September 1999.
[[Berkas:Semanggi 01.jpg|jmpl|Penanganan Salah satu korban dari Tragedi Semanggi]]Tragedi Semanggi adalah aksi unjuk rasa mahasiswa dan masyarakat terhadap pelaksanaan Sidang Istimewa [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR RI]] yang dilakukan di kawasan Simpang Susun Semanggi. Peristiwa tersebut berakhir ricuh dan memakan korban jiwa. Peristiwa tersebut terjadi dua kali, yakni '''Tragedi Semanggi 1''' yang terjadi pada 11-13 November 1998 dan '''Tragedi Semanggi 2''' 24 September 1999.


=== Tragedi Semanggi 1 ===
=== Tragedi Semanggi 1 ===
Pada 11-13 November 1998, [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|Majelis Permusyawaratan Rakyat RI]] mengadakan sidang Istimewa untuk menentukan [[Pemilu]] berikutnya dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] dan tidak percaya dengan para anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]]/[[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR]] Orde Baru. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang [[Orde Baru]].
Pada 11-13 November 1998, [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|Majelis Permusyawaratan Rakyat RI]] mengadakan sidang Istimewa untuk menentukan [[Pemilu]] berikutnya dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan [[B. J. Habibie|Bacharuddin Jusuf Habibie]] dan tidak percaya dengan para anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]]/[[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR]] Orde Baru. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang [[Orde Baru]].


Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa MPR 1998 dan juga menentang [[Dwifungsi|dwifungsi ABRI]]/[[Tentara Nasional Indonesia|TNI]]. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh [[Indonesia]] dan dunia internasional. Hampir seluruh [[sekolah]] dan [[universitas]] di [[Jakarta]], tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa.
Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa MPR 1998 dan juga menentang [[Dwifungsi|dwifungsi ABRI]]/[[Tentara Nasional Indonesia|TNI]]. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh [[Indonesia]] dan dunia internasional. Hampir seluruh [[sekolah]] dan [[universitas]] di [[Jakarta]], tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa.
Baris 57: Baris 57:


Mahasiswa dari [[Universitas Indonesia]], Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan [[Universitas Atma Jaya Jakarta|Universitas Atma Jaya]]. Selain itu, Tragedi Semanggi 2 juga menyebabkan 11 orang lainnya tewas dan 217 orang mengalami luka-luka.
Mahasiswa dari [[Universitas Indonesia]], Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan [[Universitas Atma Jaya Jakarta|Universitas Atma Jaya]]. Selain itu, Tragedi Semanggi 2 juga menyebabkan 11 orang lainnya tewas dan 217 orang mengalami luka-luka.
[[Berkas:Semanggi 01.jpg|jmpl|Penanganan Salah satu korban dari Tragedi Semanggi]]

== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Basuki Tjahaja Purnama]]
* [[Basuki Tjahaja Purnama]]

Revisi per 20 Agustus 2022 10.41

Simpang Susun Semanggi
Jembatan Semanggi
Simpang Susun Semanggi pada tahun 1976
Lokasi
Jakarta, Indonesia
Koordinat6°13′10″S 106°48′44″E / 6.21943°S 106.81236°E / -6.21943; 106.81236
Jalan yang
bersimpangan
Pembangunan
JenisPersimpangan daun semanggi
Dibangun1961-1962
Dibuka1962 (1962)
PengelolaDinas Binamarga Provinsi DKI Jakarta

Simpang Susun Semanggi atau lebih dikenal dengan nama Jembatan Semanggi adalah simpang susun yang berbentuk daun semanggi yang berada di persimpangan antara Jalan Sudirman dan Jalan Gatot Subroto.[1] Jembatan ini dinamakan "Semanggi" karena bentuknya yang menyerupai daun semanggi dan juga wilayah pembangunannya dahulu merupakan daerah rawa yang dipenuhi semanggi.[1] Proyek ini mulai dibangun pada tahun 1961, pada masa pemerintahan Soekarno dan Menteri Pekerjaan Umum pada saat itu, yakni Ir. Sutami.[1]

Pada tahun 2016, dua jembatan layang persimpangan tambahan yang merupakan hasil rancangan Jodi Firmansyah dibangun. Dua jembatan layang tambahan tersebut memiliki panjang 796 meter yang menghubungkan arus lalu lintas dari arah Grogol menuju ke Senayan dan dari arah Cawang menuju ke Jalan Sudirman, sehingga jika dilihat dari atas, maka akan membentuk lingkaran. Pembangunan dua jembatan layang baru tersebut diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 17 Agustus 2017, bertepatan pada HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI.[2]

Sejarah

1961-1962

Kawasan Simpang Susun Semanggi sebelumnya merupakan daerah rawa-rawa yang dipenuhi oleh pohon semanggi. Sejak awal 1960-an, sejalan dengan persiapan penyelenggaraan Pesta Olahraga Asia 1962 dan visi Soekarno untuk menjadikan Jakarta sebagai "mercusuar" dari bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang baru dan kuat, maka dibangunlah Jalan Jendral Sudirman yang menghubungkan kawasan Medan Merdeka dengan kawasan Kebayoran Baru sebagai kota mandiri modern pertama di Indonesia.[butuh rujukan]Selain Jalan Sudirman, Jalan Gatot Subroto juga dibangun untuk menghubungkan kawasan Cawang di sebelah timur dengan Grogol di sebelah Barat.

Agar arus lalu lintas di persimpangan Jalan Sudirman dan Gatot Subroto dapat ditampung dengan baik, maka dibangunlah sebuah simpang susun yang berbentuk daun semanggi, sesuai dengan kondisi kawasan persimpangan yang sebelumnya merupakan rawa-rawa yang ditumbuhi pohon semanggi. Pembangunan simpang susun tersebut selesai dan diresmikan pada tahun 1962, dan dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Jakarta sebagai "Jembatan Semanggi". Biaya pembangunan Jembatan Semanggi pada saat itu mencapai Rp16,9 Miliar, yang berasal dari pinjaman dari Jepang. Pekerjaan konstruksi melibatkan 120 orang dan menyertakan 4 tenaga konsultan dari Jepang serta seorang insinyur dari Inggris. Pada saat itu Jembatan Semanggi mampu menampung volume kendaraan hingga 20 ribu mobil penumpang per harinya.[3]

1987-1989

Pada tahun 1987, Jembatan Semanggi mengalami modifikasi untuk menampung arus lalu lintas yang semakin padat. Dilakukan pembangunan dua struktur jembatan baru yang digunakan untuk arus lalu lintas Jalan Gatot Subroto, menggantikan struktur jembatan eksisting yang dialih fungsi menjadi jalan utama (Main Road) Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta ruas Cawang-Grogol, sehingga empat jalan lingkaran yang berada di simpang ini harus dibongkar dan diperkecil. Jembatan Semanggi yang telah dimodifikasi ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 10 November 1989.[3]

2016-sekarang

Pada Agustus 2016, Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Basuki Tjahaja Purnama mencanangkan proyek "Revitalisasi Jembatan Semanggi". Proyek tersebut merupakan modifikasi kedua dari Jembatan Semanggi setelah modifikasi pertama pada tahun 1987. Modifikasi tersebut adalah pembangunan dua jembatan layang atau ramp baru yang membentuk lingkaran. Dua ramp tersebut adalah dari arah Cawang menuju ke arah Bundaran HI dan dari arah Grogol menuju Senayan dan Kebayoran Baru. Pembangunan dua jembatan layang baru tersebut mulai dibangun pada tahun 2016 dan selesai sekitar tahun 2017[butuh rujukan], dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp360 miliar, dibiayai dari dana kompensasi atas kelebihan koefisien luas bangunan (KLB) dari PT Mitra Panca Persada, salah satu anak perusahaan asal Jepang, Mori Building Company.[4][5][6] Pembangunan dua ramp baru tersebut selesai pada tahun 2017 dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 17 Agustus 2017, bertepatan pada HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI.[2] Sejak itulah, istilah Simpang Susun Semanggi mulai digunakan.

Pada tahun 2019, seiring dengan proyek revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Jendral Sudirman, dibangun sebuah spot budaya di kolong Simpang Susun Semanggi, tepatnya di area jalan kecil yang diperuntukan untuk Sepeda Motor.[7]

Filosofi

Penampakan Simpang Susun Semanggi pada malam hari (2012)

Bentuk daun semanggi dipilih oleh Soekarno karena dianggap sebagai simbol persatuan bangsa. Empat bagian daun menyerupai suku-suku yang ada di Indonesia, kemudian disatukan menjadi satu kesatuan daun yang utuh. Daun semanggi juga diibaratkan “suh” atau pengikat sapu lidi. Batang lidi yang disatukan oleh “suh” akan menjadi kokoh.[8]

Alur

Simpang Susun Semanggi terdiri dari sepuluh ramp, terdiri dari delapan ramp eksisting dan dua ramp tambahan. Delapan ramp eksisiting tersebut terdiri dari empat ramp lurus dan empat ramp melengkung yang membentuk daun semanggi. Empat garis tersebut menghubungkan:

  • Dari arah Senayan/Kebayoran Baru menuju Grogol
  • Dari arah Grogol menuju Bundaran HI/Monas
  • Dari arah Bundaran HI/Monas menuju Cawang
  • Dari arah Cawang menuju Senayan/Kebayoran Baru

Selain garis lurus, terdapat empat ramp lainnya yang membentuk daun semanggi, yakni:

  • Dari arah Cawang menuju ke Bundaran HI/Monas
  • Dari arah Bundaran HI/Monas menuju Grogol
  • Dari arah Senayan/Kebayoran Baru menuju Cawang
  • Dari arah Grogol menuju Senayan/Kebayoran Baru

Sementara dua ramp tambahan menghubungkan dari arah Cawang menuju Bundaran HI/Monas dan dari arah Tomang Grogol menuju Senayan/Kebayoran Baru, sehingga empat ramp eksisting yang membentuk daun Semanggi hanya dapat digunakan untuk kendaraan berputar dari arah Slipi/Grogol kembali ke arah Slipi/Grogol dan dari arah Cawang kembali ke Cawang serta gerakan belok kanan dari Senayan/Kebayoran Baru menuju Cawang dan dari Bundaran HI/Monas menuju Slipi-Tomang.[4]

Tragedi Semanggi

Penanganan Salah satu korban dari Tragedi Semanggi

Tragedi Semanggi adalah aksi unjuk rasa mahasiswa dan masyarakat terhadap pelaksanaan Sidang Istimewa MPR RI yang dilakukan di kawasan Simpang Susun Semanggi. Peristiwa tersebut berakhir ricuh dan memakan korban jiwa. Peristiwa tersebut terjadi dua kali, yakni Tragedi Semanggi 1 yang terjadi pada 11-13 November 1998 dan Tragedi Semanggi 2 24 September 1999.

Tragedi Semanggi 1

Pada 11-13 November 1998, Majelis Permusyawaratan Rakyat RI mengadakan sidang Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan Bacharuddin Jusuf Habibie dan tidak percaya dengan para anggota DPR/MPR Orde Baru. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.

Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa MPR 1998 dan juga menentang dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa.

Tragedi Semanggi 1 telah menewaskan sekitar 17 warga spil.

Tragedi Semanggi 2

Pada tanggal 24 September 1999, untuk yang kesekian kalinya tentara melakukan tindak kekerasan kepada aksi-aksi mahasiswa. Pada saat itu ada pihak yang mendesak pemerintahan B. J. Habibie untuk mengeluarkan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak kalangan sangat memberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah besar untuk bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.

Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan Universitas Atma Jaya. Selain itu, Tragedi Semanggi 2 juga menyebabkan 11 orang lainnya tewas dan 217 orang mengalami luka-luka.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c Liputan6.com. "Sejarah Jembatan Semanggi, Buah Pemikiran Filosofis Sukarno". liputan6.com. Diakses tanggal 2017-08-16. 
  2. ^ a b Nasional Kompas: Resmikan Simpang Susun Semanggi, Jokowi Puji Ahok-Djarot diakses 18 Agustus 2017
  3. ^ a b Sudrajat. "Tiga Upaya Mengurai Kemacetan di Semanggi". Detik.com. Diakses tanggal 2022-07-11. 
  4. ^ a b Prastiwi, Devira. "Ini Alur Laju Kendaraan di Simpang Susun Semanggi". liputan6.com. Diakses tanggal 30 Juli 2017. 
  5. ^ Prastiwi, Devira. "Djarot: Simpang Susun Semanggi Mahal Pernah Bikin Ahok Marah". liputan6.com. Diakses tanggal 30 Juli 2017. 
  6. ^ Olyvia, Filani. "Djarot: Jangan Selfie di Simpang Susun Semanggi". CNN Indonesia. Diakses tanggal 30 Juli 2017. 
  7. ^ Piknik di Semanggi, diakses tanggal 2022-08-20 
  8. ^ Liputan6.com. "Sejarah Jembatan Semanggi, Buah Pemikiran Filosofis Sukarno". liputan6.com. Diakses tanggal 2017-08-16.