Revised Common Lectionary: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
fix lint
k ~ref
Baris 12: Baris 12:


== Penggunaan ''Revised Common Lectionary'' ==
== Penggunaan ''Revised Common Lectionary'' ==
Beberapa gereja di Indonesia sudah menggunakan ''Revised Common Lectionary'' dalam menyusun bacaan Alkitab untuk ibadah, salah satunya [[GKI]].<ref name="b"> {{id}} BPMS GKI. 2009. ''Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia''. Jakarta: BPMS GKI.</ref> <ref name="c"> {{id}} Komisi Pengadaan Materi Bina Sinode GKI. 2013. ''Dian Penuntun: Rancangan Khotbah Leksionari Edisi 17''. Jakarta: Grafika KreasIndo. </ref> ''Revised Common Lectionary'' juga tidak dapat digunakan begitu saja, terutama ketika seseorang menafsirkan bacaan-bacaan Alkitab yang telah disusun dalam ''Revised Common Lectionary''.<ref name="c"/> Ada dua pola penafsiran yang digunakan yaitu [[Pola Penafsiran Komplementer]] yang mengutamakan bacaan pertama yakni [[Perjanjian Lama]] dan bacaan ketiga yakni [[Injil]] dalam menafsir Alkitab, kemudian dicari hubungannya dengan bacaan kedua.<ref name="c"/> Pola Penafsiran itu menghasilkan sebuah tafsiran yang berdimensi 'lebar'. Pola penafsiran kedua adalah [[Pola Penafsiran Semisinambung]] yang selalu melihat dan mencari hubungan [[teologis]] dari bacaan-bacaan tersebut dalam suati kitab dari satu hari [[Minggu]] ke hari Minggu berikutnya.<ref name="c"/> Pola ini menghasilkan penafsiran dengan dimensi 'tinggi'.<ref name="c"/>
Beberapa gereja di Indonesia sudah menggunakan ''Revised Common Lectionary'' dalam menyusun bacaan Alkitab untuk ibadah, salah satunya [[GKI]].<ref name="b"> {{id}} BPMS GKI. 2009. ''Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia''. Jakarta: BPMS GKI.</ref><ref name="c"> {{id}} Komisi Pengadaan Materi Bina Sinode GKI. 2013. ''Dian Penuntun: Rancangan Khotbah Leksionari Edisi 17''. Jakarta: Grafika KreasIndo. </ref> ''Revised Common Lectionary'' juga tidak dapat digunakan begitu saja, terutama ketika seseorang menafsirkan bacaan-bacaan Alkitab yang telah disusun dalam ''Revised Common Lectionary''.<ref name="c"/> Ada dua pola penafsiran yang digunakan yaitu [[Pola Penafsiran Komplementer]] yang mengutamakan bacaan pertama yakni [[Perjanjian Lama]] dan bacaan ketiga yakni [[Injil]] dalam menafsir Alkitab, kemudian dicari hubungannya dengan bacaan kedua.<ref name="c"/> Pola Penafsiran itu menghasilkan sebuah tafsiran yang berdimensi 'lebar'. Pola penafsiran kedua adalah [[Pola Penafsiran Semisinambung]] yang selalu melihat dan mencari hubungan [[teologis]] dari bacaan-bacaan tersebut dalam suati kitab dari satu hari [[Minggu]] ke hari Minggu berikutnya.<ref name="c"/> Pola ini menghasilkan penafsiran dengan dimensi 'tinggi'.<ref name="c"/>


Beberapa gereja [[Protestan]] lain, baik di [[Indonesia]] maupun di dunia yang menggunakan ''Revised Common Lectionary'' adalah [[Gereja Methodis]], gereja-gereja [[Presbiterian]], gereja-gereja Kristus dan beberapa gereja Protestan lainnya.<ref name="d"/> RCL juga dianggap sebagai sumber bahan bacaan Alkitab yang bersifat [[ekumenis]].<ref name="d"/>
Beberapa gereja [[Protestan]] lain, baik di [[Indonesia]] maupun di dunia yang menggunakan ''Revised Common Lectionary'' adalah [[Gereja Methodis]], gereja-gereja [[Presbiterian]], gereja-gereja Kristus dan beberapa gereja Protestan lainnya.<ref name="d"/> RCL juga dianggap sebagai sumber bahan bacaan Alkitab yang bersifat [[ekumenis]].<ref name="d"/>

Revisi per 27 September 2022 02.35

Kalender Liturgi, yang menjadi acuan dalam menyusun Revised Common Lectionary

Revised Common Lectionary atau yang disingkat dengan RCL adalah sumber pembacaan Alkitab secara leksionaris dalam gereja-gereja Protestan [1] RCL ini disusun pada tahun 1992 dan merupakan revisi dari Common Lectionary (CL) yang sebelumnya disusun pada tahun 1982.[1] Melalui penerbitan RCL ini, maka tahun liturgi Gereja Protestan pun menerima hari-hari raya yang sebelumnya lebih dikenal sebagai milik Gereja Katolik Roma seperti Yesus diberi nama (1 Januari), Epifani (6 Januari), Rabu Abu, Pekan Suci dan sebagainya.[1] RCL juga memberikan tempat yang lebih banyak bagi pembacaan Perjanjian Lama untuk memperkenalkan penyingkapan narasi-narasi panjang Perjanjian Lama pada masa setelah Pentakosta.[1][2]

Penyusunan Daftar Pembacaan Alkitab

Tidak berbeda jauh dangn Common Lectionary, ada tiga bacaan Alkitab yang dibaca setiap minggunya dan juga pada hari-hari tertentu selama lingkaran tiga tahun liturgi.[3] Bacaan pertama diambil dari Perjanjian Lama, bacaan kedua selalu diambil dari surat-surat Rasuli serta bacaan ketiga diambil dari Injil.[3] Selain ketiga bacaan di atas, ada Mazmur yang menjadi bacaan atau nyanyian di antara pembacaan-pembacaan bahan Alkitab tersebut, yang juga sudah disusun dalam lingkaran tiga tahun liturgi.[3] Tiga tahun liturgi yang dimaksud adalah:

  1. Tahun A yang memiliki tema pembacaan Injil berdasarkan Matius. Bacaan Perjanjian Lama setelah Pentakosta diambil dari Taurat, Kitab Rut dan kitab para Nabi yang membicarakan eskatologi.[3]
  2. Tahun B yang mendasarkan pembacaan Injil berdasarkan Markus. Bacaan Perjanjian Lama setelah Pentakosta diambil dari bacaan-bacaan yang menampilkan narasi tentang Daud, kitab-kitab hikmat serta delapan minggu terakhir dari tahun ini mengambil bacaan yang sama dengan Leksionari yang disusun Gereja Katolik Roma.[3]
  3. Tahun C yang mendasarkan pembacaan Injil berdasarkan Injil Lukas.[3] Bacaan Perjanjian Lama setelah Pentakosta diambil dari bacaan-bacaan yang menceritakan kisah para Nabi, dimulai dari Elia.[3]

Injil Yohanes sendiri digunakan di dalam tiga tahun liturgi tersebut, terutama dalam Masa Raya Paskah.[3]

Penggunaan Revised Common Lectionary

Beberapa gereja di Indonesia sudah menggunakan Revised Common Lectionary dalam menyusun bacaan Alkitab untuk ibadah, salah satunya GKI.[4][5] Revised Common Lectionary juga tidak dapat digunakan begitu saja, terutama ketika seseorang menafsirkan bacaan-bacaan Alkitab yang telah disusun dalam Revised Common Lectionary.[5] Ada dua pola penafsiran yang digunakan yaitu Pola Penafsiran Komplementer yang mengutamakan bacaan pertama yakni Perjanjian Lama dan bacaan ketiga yakni Injil dalam menafsir Alkitab, kemudian dicari hubungannya dengan bacaan kedua.[5] Pola Penafsiran itu menghasilkan sebuah tafsiran yang berdimensi 'lebar'. Pola penafsiran kedua adalah Pola Penafsiran Semisinambung yang selalu melihat dan mencari hubungan teologis dari bacaan-bacaan tersebut dalam suati kitab dari satu hari Minggu ke hari Minggu berikutnya.[5] Pola ini menghasilkan penafsiran dengan dimensi 'tinggi'.[5]

Beberapa gereja Protestan lain, baik di Indonesia maupun di dunia yang menggunakan Revised Common Lectionary adalah Gereja Methodis, gereja-gereja Presbiterian, gereja-gereja Kristus dan beberapa gereja Protestan lainnya.[2] RCL juga dianggap sebagai sumber bahan bacaan Alkitab yang bersifat ekumenis.[2]

Referensi

  1. ^ a b c d (Indonesia) Rachman, Rasid. 2011. Hari Raya Liturgi: Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  2. ^ a b c (Indonesia) White, James. 2011. Pengantar Ibadah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  3. ^ a b c d e f g h (Inggris) Hickman, Hoyt L. dkk. 1992. The New Handbook of The Christian Year. Nashville: Abingdon Press.
  4. ^ (Indonesia) BPMS GKI. 2009. Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia. Jakarta: BPMS GKI.
  5. ^ a b c d e (Indonesia) Komisi Pengadaan Materi Bina Sinode GKI. 2013. Dian Penuntun: Rancangan Khotbah Leksionari Edisi 17. Jakarta: Grafika KreasIndo.