Lompat ke isi

Injil Yohanes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Injil Yohanes adalah salah satu kitab yang terdapat di Perjanjian Baru. Kitab yang termasuk dalam rangkaian Injil kanonik ini memiliki gaya dan struktur yang membuatnya unik dan berbeda dengan ketiga Injil yang lain (Injil Markus, Injil Matius, Injil Lukas),[1] meskipun begitu Injil ini tetap memuat wawasan peristiwa yang sama dengan ketiga Injil lainnya.[2] Injil Yohanes menekankan tentang keilahian Yesus Kristus, Anak Allah.[2] Tidak ada Injil lain yang menekankan sifat kemanusiawian sekaligus keilahianNya dengan tegas dan jelas selain Injil ini.[2] Waktu penulisannya diperkirakan terjadi pada tahun 40-140 M.[2] Memang tidak disebutkan dengan jelas siapa yang menulis Injil ini, tetapi Yohanes anak Zebedeus adalah orang yang diperkirakan menulisnya.[2]

Konteks Surat

[sunting | sunting sumber]

Surat ini ditujukan bagi kelompok pembaca yang menyendiri.[3] Kelompok ini merupakan cabang dari persekutuan umat purba yang tradisinya berpusat pada Yesus dan murid-muridNya.[3] Bahasa yang digunakan oleh kelompok pembaca adalah bahasa Yunani, karena itu penulis menerjemahkan beberapa istilah Yahudi ke dalam bahasa Yunani (misal: Mesias, Rabuni, Rabi, dll).[3] Kelompok pembaca ini bertikai dengan beberapa pihak.[3] Pertama dengan pengikut Yohanes Pembaptis, kedua dengan orang Yahudi.[3] Terlepas dari itu, tulisan-tulisan Yohanes dilatarbelakangi oleh pemikiran filsafat Gnostikisme untuk melawan pengaruh aliran tersebut dalam tubuh jemaat.[4] Hal ini ditegaskan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam tulisan Yohanes, seperti kosmos, maut, hidup, anak-anak Allah, dll.[4]

Menurut tradisi yang berkembang pada zaman Ireneus, seorang bapak gereja pada abad ke-2, penulis Injil ini adalah Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus.[3] Tradisi yang dianut oleh gereja hingga sekarang juga menyamakan penulis Injil dengan "murid yang dikasihi Yesus".[3] Dalam seluruh Injil ini, nama Yohanes bin Zebedeus tidak disebutkan sama sekali, padahal menurut Injil Sinoptik, murid-murid yang paling akrab dengan Yesus adalah Petrus, Yohanes bin Zebedeus, dan Yakobus bin Zebedeus (Matius 17:1;Markus 5:37;14:33); hal ini menunjukkan bahwa Yohanes sendirilah yang menuturkan kisah-kisah dalam Injil tersebut.[3] Penguatan pendapat bahwa Yohanes bin Zebedeus sebagai penulis Injil ini terdapat dalam Yohanes 21:22–23 karena ia murid yang hidup cukup lama dibandingkan Yakobus yang mati terbunuh pada 41 M.[3] Kanon Muratori mengindikasikan bahwa Yohanes menyusun Injil ini dengan sepengetahuan bahkan atas dorongan rasul-rasul yang lain, antara lain Andreas. Bukan juga Petrus karena Yohanes 13:23; 20:2; 21:20 menjelaskan kalau ia adalah murid yang dipertentangkan.[3]

Waktu dan Tempat Penulisan

[sunting | sunting sumber]

Waktu penulisannya diperkirakan terjadi pada tahun 40-140 M.[2] Menurut Irenaeus, Injil Yohanes ditulis di Asia Kecil, yaitu di Efesus ketika pertumbuhan gereja mulai matang dan timbul kebutuhan akan ajaran yang lebih lanjut tentang kaidah iman.[2] Penemuan-penemuan arkeologi mengindikasikan Injil Yohanes memuat detail akurat mengenai Bait Allah di Yerusalem dan lingkungannya sebelum tahun 70 M (misalnya Yohanes 9:7; 10:22–23; 19:13) yang mendukung bahwa Injil ini ditulis sebelum tahun 70 M, yaitu ketika Bait Allah dihancurkan.[5]

Maksud Penulisan

[sunting | sunting sumber]

Maksud Injil ini ditulis adalah untuk melawan Gnostikisme dengan mempertahankan suatu keyakinan (apologetic).[2] Yohanes menyatakan tujuan untuk tulisannya dalam 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya", yaitu aorist subjunctive ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan present subjunctive ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bandingkan 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama. Injil ini juga ditujukan bagi mereka yang memiliki minat terhadap filsafat.[2] Kisah-kisah yang terkandung dalam Injil Yohanes juga sengaja ditulis untuk melengkapi berita tentang kehidupan dan pekerjaan Yesus yang sudah ada pada masa itu dan yang sudah dinyatakan secara tertulis di dalam Injil-injil Sinoptis.[2] Walaupun ada pakar yang meragukan adanya ketergantungan Injil ini dengan Injil Sinoptik, kebanyakan pakar menerima bahwa Injil ini memang mempunyai ketergantungan dengan Injil-injil yang lain, paling tidak, penulisnya mengetahui isi ketiga Injil yang lain.[5]

Ayat-ayat terkenal

[sunting | sunting sumber]
  • Yohanes 1:1: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
  • Yohanes 1:14: Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
  • Yohanes 3:16: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
  • Yohanes 14:6: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak Ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.

Struktur dan Isi

[sunting | sunting sumber]

Struktur dan isi Injil Yohanes, dapat dijabarkan sebagai berikut:[2]

  • Pembukaan Surat (1:1-18)
  • Periode Renungan (1:19-4:54)
    • Kesaksian Yohanes (1:19-51)
    • Kesaksian Pekerjaan Yesus (2:1-22)
    • Kesaksian Perkataan Yesus (2:23--4:54)
  • Periode Perdebatan antara Orang yang Percaya dan Tidak Percaya (5:1-6:71)
    • Dinyatakan dalam Perbuatan (5:1-18)
    • Dinyatakan dalam Argumentasi (5:19-47)
    • Dinyatakan dalam Peragaan (6:1-21)
    • Dinyatakan dalam Ajaran (6:22-71)
  • Periode Pertentangan antara Orang yang Percaya dan Tidak Percaya (7:1-11:53)
    • Pertentangan dijelaskan pada:
      • Sanak Keluarga Yesus (7:1-9)
      • Pada Orang Banyak (7:10-52)
      • Wanita yang berzinah (7:53-8:11)
      • Kaum Farisi dan Orang Yahudi (8:12-59)
    • Pertentangan digambarkan dalam:
      • Peristiwa Orang Buta (9:1-41)
      • Ajaran Gembala yang baik (10:1-21)
      • Argumentasi (10:22-42)
      • Kebangkitan Lazarus (11:1-53)
  • Periode Genting (11:54-12:36a)
  • Periode Pertemuan (12:36b-17:26)
    • Peneguhan Iman
      • Peralihan (12:36b-13:30)
      • Pertemuan dengan Para Murid (13:31-16:33)
      • Pertemuan dengan Bapa (17:1-26)
  • Periode Pelaksanaan (18:1-20:31)
    • Kemenangan atas Ketidakpercayaan
      • Pengkhianatan (18:1-27)
      • Pengadilan di Hadapan Pilatus (18:28-19:16)
      • Penyaliban (19:38-42)
      • Penguburan (19:38-42)
      • Kebangkitan (20:1-29)
  • Kata Penutup (21:1-25)
    • Tanggung Jawab Kepercayaan

Beberapa Tema Teologis

[sunting | sunting sumber]

Logos atau Firman

[sunting | sunting sumber]

Gagasan tentang logos memiliki latar belakang yang luas, baik dalam dunia Yahudi maupun Yunani.[3] Tetapi gagasan logos dalam Injil Yohanes memiliki maksud-maksud tertentu, diantaranya: pertama, Yohanes merujuk kepada keadaan sebelum penciptaan untuk menggambarkan hubungan Yesus dengan Bapa (1:1).[3] Hal ini dikaitkan dengan Kejadian 1:1 "pada mulanya" yang ingin menekankan tentang keberadaan firman sebelum segala sesuatu ada.[3] Yohanes 1:1 secara jelas juga ingin menyatakan keilahian firman itu, bahwa firman itu memiliki sifat Allah.[3] Kedua, Yohanes menyatakan kalau firman itu berperan dalam penciptaan dunia (1:3), ia tidak membedakan antara kuasa penciptaan yang dimiliki Logos dan Allah. Logos juga dibedakan dari hasil ciptaan dengan menggunakan kata "ada" sedangkan untuk menciptakan ia menggunakan kata "diciptakan".[3] Ketiga, Yohanes mengaitkan Logos dengan manusia (Yohanes 1:14), Logos itu menjadi manusia melalui nubuatan nabi dimana firman Tuhan memberikan kekuatan dan pemenuhan hidup.[6] Bagi Yohanes, "daging" menandakan bahwa Logos menjadi manusia secara utuh.[3]

Kesatuan Bapa dan Anak

[sunting | sunting sumber]

Injil Yohanes menekankan kesatuan yang kuat antara Bapa dan Anak (Yohanes 10:30), hal ini juga tampak dalam Yohanes 1:1 bahwa pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.[3] Penekanan ini jelas terlihat dari ungkapan "Aku dan Bapa adalah satu", atau "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau (Bapa)".[3]

Kata-kata: "Aku adalah" atau "Akulah"

[sunting | sunting sumber]

Ini merupakan ungkapan yang bersifat pernyataan kepada para pendengar dan pembaca, dan dalam Injil Yohanes ungkapan ini sering kali digunakan, seperti 'Akulah Roti Hidup" (6:35, 48), "Akulah terang dunia" (8:12), 'Akulah pintu bagi domba-dombaKu" (10:7), dll.[3] Kata seperti roti, terang, pintu, merupakan unsur yang penting bagi orang-orang pada zaman itu, dengan demikian ingin menunjukkan betapa pentingnya Yesus dalam kehidupan mereka.[3] Penggunaan ungkapan "Aku adalah...." ingin menekankan keilahian Yesus sebagai Tuhan yang datang ke dalam dunia untuk memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya padaNya.[3]

  • Tidak pernah menyebut nama "Yohanes" bin Zebedeus, saudara Yakobus, yang merupakan salah satu 3 murid terkemuka Yesus Kristus
  • Menyebut "Yohanes Pembaptis" hanya dengan nama "Yohanes", padahal istilah "Pembaptis" dipakai di Injil-injil lain (justru untuk membedakan dengan Yohanes, murid Yesus).
  • Tidak pernah menyebut nama "Maria", yang melahirkan Yesus, tetapi selalu menggunakan istilah "ibu-Nya".
  • Menggunakan sekitar 90 istilah bahasa Yunani yang tidak dijumpai di Injil-injil lain.[7]

Beberapa Judul Perikop dalam Injil

[sunting | sunting sumber]

Menurut judul perikop LAI Terjemahan Baru:[8]

Tujuh Hal Terkait

[sunting | sunting sumber]

Injil keempat ini ingin menekankan bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma.[2] Ada tujuh hal yang secara khusus terkait dengan tanda, ajaran, pernyataan, termasuk kebangkitan Yesus yang dapat dijadikan dasar bagi pengakuan tentang keilahian Yesus:

  1. Tujuh tanda
    1. Mengubah air menjadi anggur (Perkawinan di Kana) (2:1-11)
    2. Menyembuhkan anak pegawai istana (4:46-54)
    3. Menyembuhkan orang lumpuh di kolam Betesda (5:1-18)
    4. Memberi makan lima ribu orang (6:1-15)
    5. Berjalan di atas air (6:16-21)
    6. Menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya (9:1-41)
    7. Membangkitkan Lazarus (11:1-44)
  2. Tujuh ajaran
    1. Kelahiran kembali (3:1-21)
    2. Menyembah Allah Bapa dalam roh dan kebenaran (4:4-42)
    3. Bersaksi tentang diri sendiri (5:19-47)
    4. Roti hidup (6:22-59)
    5. Air hidup (7:37-44)
    6. Terang dunia (8:12-30)
    7. Gembala yang baik (10:1-21)
  3. Tujuh pernyataan "Aku adalah"
    1. Roti hidup (6:35)
    2. Terang dunia (8:12)
    3. Pintu (10:7)
    4. Gembala yang baik (10:11)
    5. Kebangkitan dan hidup (11:25)
    6. Jalan dan kebenaran dan hidup (14:6)
    7. Pokok anggur yang benar (15:1)
  4. Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (20:31).

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ David L. Bartlett. 2003. Pelayanan dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 114-142.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l Merrill C. Tenney. 1995. Survei Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas. Hlm 231-245.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Samuel Benyamin Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm 302-310.
  4. ^ a b Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Peranjian Baru 2.Bandung: Bina Media Informasi. Hlm 82-84.
  5. ^ a b The New Oxford Annotated Bible. 4th ed. New York: Oxford Press, 2010.
  6. ^ Graham N. Stanton. 1989. The Gospels and Jesus. New York: Oxford University Press. Hlm 114.
  7. ^ May, Herbert G. and Bruce G. Metzger, The New Oxford Annotated Bible with the Apocrypha, Revised Standard Version, New York: Oxford University Press, 1977, p. 1286
  8. ^ Judul perikop menurut TB LAI[pranala nonaktif permanen]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Injil Yohanes
Didahului oleh:
Injil Lukas
Perjanjian Baru
Alkitab
Diteruskan oleh:
Kisah Para Rasul