Bahasa Melayu Siak: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 43: | Baris 43: | ||
Senapelan yang merupakan simpang lalu lintas perdagangan itu semakin ramai setelah menjadi ibu kota Kesultanan Siak. Pada masa perkembangannya, baginda sultan membangun sebuah pekan ({{lit}} '[[pasar]]') untuk mengurangi peran Petapahan yang sebelumnya menjadi pekan bagi saudagar-saudagar dari tanah Minangkabau. Selanjutnya, baginda membuka jalur transportasi menghubungkan dengan negeri-negeri (kini [[Daftar provinsi di Indonesia|provinsi-provinsi]]) penghasil lada, damar, kayu, gambir, dan rotan. Perekonomian yang semakin maju di Senapelan tersebut telah memotong jalur perdagangan ke hilir sungai Siak. Akibatnya, Mempura menjadi sepi dan Belanda dirugikan. Dikarenakan hal itulah, daerah Senapelan kemudian lebih dikenali sebagai [[Pekanbaru]] dan masih bertahan hingga saat ini. |
Senapelan yang merupakan simpang lalu lintas perdagangan itu semakin ramai setelah menjadi ibu kota Kesultanan Siak. Pada masa perkembangannya, baginda sultan membangun sebuah pekan ({{lit}} '[[pasar]]') untuk mengurangi peran Petapahan yang sebelumnya menjadi pekan bagi saudagar-saudagar dari tanah Minangkabau. Selanjutnya, baginda membuka jalur transportasi menghubungkan dengan negeri-negeri (kini [[Daftar provinsi di Indonesia|provinsi-provinsi]]) penghasil lada, damar, kayu, gambir, dan rotan. Perekonomian yang semakin maju di Senapelan tersebut telah memotong jalur perdagangan ke hilir sungai Siak. Akibatnya, Mempura menjadi sepi dan Belanda dirugikan. Dikarenakan hal itulah, daerah Senapelan kemudian lebih dikenali sebagai [[Pekanbaru]] dan masih bertahan hingga saat ini. |
||
Rentetan sejarah tersebut lah yang menjadi faktor terbesar mengapa bahasa yang dituturkan di Siak maupun Pekanbaru (dan juga meliputi Kampar, Rokan Hilir, dan sebagainya) memiliki unsur linguistik Minangkabau yang sangat dominan dan kentara. Bagi masyarakat beretnis Minangkabau, variasi bahasa ini masih tetap dianggap sebagai bagian dari bahasa Minangkabau, namun bagi masyarakat Melayu, bahasa ini diklaim sebagai "Melayu" dikarenakan faktor egosentrisme yang cukup dilazimkan dalam tatanan masyarakat Melayu. |
|||
==Referensi== |
==Referensi== |
Revisi per 29 September 2022 18.05
Bahasa Melayu Siak–Pekanbaru
Bahaso Melayu Siak Bahaso Melayu Siak–Pekanbaru بهاس ملايو سياك | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Pengucapan | /bʌ.hʌ.sɔ.mə.lʌ.jʊ.sɪ.ʌʔ/ | ||||||||
Dituturkan di | Indonesia | ||||||||
Wilayah | Riau | ||||||||
Etnis | Melayu Siak | ||||||||
Penutur | |||||||||
| |||||||||
Status resmi | |||||||||
Diakui sebagai bahasa minoritas di | |||||||||
Diatur oleh | Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa | ||||||||
Kode bahasa | |||||||||
ISO 639-3 | – | ||||||||
Glottolog | siak1239 [1] | ||||||||
Portal Bahasa | |||||||||
Bahasa Melayu Siak (Bahaso Melayu Siak; Abjad Jawi: بهاس ملايو سياك) atau secara alternatif juga disebut sebagai Melayu Siak–Pekanbaru adalah sebuah variasi bahasa Melayu yang secara dominan dituturkan di Kabupaten Siak, utara Kota Pekanbaru, maupun Kabupaten Bengkalis.[2] Berdasarkan hasil studi analisis linguistik, diketahui bahwa bahasa ini sejatinya merupakan sebuah bahasa yang berasal atau diturunkan dari bahasa Minangkabau Kuno, dan memiliki persamaan leksikal dengan bahasa Minangkabau sebesar 62%.[3] Walaupun cenderung memiliki unsur linguistik Minangkabau yang sangat kentara, bahasa ini kerap diidentifikasi sebagai 'Melayu' ketimbang 'Minangkabau' dikarenakan penutur bahasa ini mayoritas mengaku diri mereka sebagai masyarakat yang beretnis Melayu. Bahasa ini merupakan lingua franca (bahasa perantara) yang secara umum diakui di Kota Pekanbaru.[4]
Sejarah
Menurut runtutan sejarahnya, bahasa Melayu Siak bukanlah benar-benar "bahasa Melayu", melainkan sejatinya merupakan salah satu dialek dari bahasa Minangkabau yang 'dicap' atau 'dilabeli' sebagai "Melayu". Pada masa klasik, perkembangan bahasa ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura, yang mana para pembesar kesultanan tersebut mayoritas memiliki darah etnis Minangkabau. Pada tatanan pembesar Yang Dipertuan Besar Siak pun sangat jelas bahwa para datuk dalam kesultanan ini merupakan keturunan langsung Minangkabau yang bermigrasi ke wilayah Siak.
Pada tahun 1760an, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah yang merupakan Sultan Siak ke-4 memiliki terobosan untuk menguasai jalur perdagangan di Sungai Siak dengan mengutus para pembesar dari suku Limopuluah (salah satu suku dalam bangsa Minangkabau) ke daerah Senapelan guna mengadakan musyawarah kerja sama untuk melemahkan pengaruh Belanda yang mendominasi perdagangan di area tersebut pada masa itu. Kemudian setelah ditemukan titik sepakat dengan para warga pribumi daerah Senapelan (kala itu didominasi oleh suku Bonai) dan dipersiapkan segala sesuatunya, sang sultan kemudian membawa serta seluruh perangkat kerajaan dan pindah ke Senapelan.
Senapelan yang merupakan simpang lalu lintas perdagangan itu semakin ramai setelah menjadi ibu kota Kesultanan Siak. Pada masa perkembangannya, baginda sultan membangun sebuah pekan (terj. har. 'pasar') untuk mengurangi peran Petapahan yang sebelumnya menjadi pekan bagi saudagar-saudagar dari tanah Minangkabau. Selanjutnya, baginda membuka jalur transportasi menghubungkan dengan negeri-negeri (kini provinsi-provinsi) penghasil lada, damar, kayu, gambir, dan rotan. Perekonomian yang semakin maju di Senapelan tersebut telah memotong jalur perdagangan ke hilir sungai Siak. Akibatnya, Mempura menjadi sepi dan Belanda dirugikan. Dikarenakan hal itulah, daerah Senapelan kemudian lebih dikenali sebagai Pekanbaru dan masih bertahan hingga saat ini.
Rentetan sejarah tersebut lah yang menjadi faktor terbesar mengapa bahasa yang dituturkan di Siak maupun Pekanbaru (dan juga meliputi Kampar, Rokan Hilir, dan sebagainya) memiliki unsur linguistik Minangkabau yang sangat dominan dan kentara. Bagi masyarakat beretnis Minangkabau, variasi bahasa ini masih tetap dianggap sebagai bagian dari bahasa Minangkabau, namun bagi masyarakat Melayu, bahasa ini diklaim sebagai "Melayu" dikarenakan faktor egosentrisme yang cukup dilazimkan dalam tatanan masyarakat Melayu.
Referensi
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Siak Malay". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ Reva (13 Mei 2019). "Bahasa Melayu, Gerbang Memasuki Riau". bahanamahasiswa.co. Diakses tanggal 1 Juni 2022.
- ^ Rahma, Siti (2019). "Kekerabatan Antara Bahasa Melayu Siak dengan Bahasa Minangkabau: Analisis Leksikostatistik".
- ^ Alzal (12 Maret 2017). "Bahasa Melayu Logat Siak Diusulkan Jadi Bahasa Persatuan Pekanbaru". www.cakaplah.com. Diakses tanggal 1 Juni 2022.