Tuanku Nan Renceh: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: mengubah tempat lahir Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Ego.arianto (bicara | kontrib) k Copy-edit, pranala dalam, penambahan referensi baru |
||
Baris 20: | Baris 20: | ||
}} |
}} |
||
'''Tuanku Nan Renceh''' (1762–1832)<ref>{{cite journal|url=http://diakronika.ppj.unp.ac.id/index.php/diakronika/article/view/24|title=TUANKU NAN RENCEH (1762-1832)|first=Irwan|last=Setiawan|publisher=Jurnal Diakronika Universitas Negeri Padang|date=1 Agustus 2018|access-date=10 Juni 2020}}</ref> adalah salah seorang [[ulama]], [[pemimpin]] dan [[pejuang]] yang berperang melawan |
'''Tuanku Nan Renceh''' (1762–1832)<ref>{{cite journal|url=http://diakronika.ppj.unp.ac.id/index.php/diakronika/article/view/24|title=TUANKU NAN RENCEH (1762-1832)|first=Irwan|last=Setiawan|publisher=Jurnal Diakronika Universitas Negeri Padang|date=1 Agustus 2018|access-date=10 Juni 2020}}</ref> adalah salah seorang [[ulama]], [[pemimpin]] dan [[pejuang]] yang berperang melawan [[Belanda]] dalam [[Perang Padri]] dari tahun [[1803]]-[[1838]]. Tidak banyak diketahui data mengenai [[tokoh]] ini, selain seorang [[figur]] [[karismatik]], ia juga dikenal komitmen dalam menegakkan syariat [[Islam]]. Sedangkan dari catatan [[Belanda]], tokoh ini merupakan sosok [[antagonis]], dan dianggap bertanggung jawab atas adanya tindakan kekerasan di [[Dataran Tinggi Padang]]. |
||
Nama asli dari Tuanku Nan Renceh adalah '''Abdullah'''. Ia lahir di Nagari [[Kamang]] pada tahun [[1762]] dan meninggal dunia dalam [[perang Padri]]. Ia merupakan murid dari [[Tuanku Nan Tuo]].<ref name="Azra">Azra, A., (2004), ''The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern 'Ulamā' in the Seventeenth and Eighteenth Centuries'', University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2848-8.</ref> Ia kemudian menjadi [[guru]] yang banyak melahirkan pejuang perang Padri. |
Nama asli dari Tuanku Nan Renceh adalah '''Abdullah'''. Ia lahir di Nagari [[Kamang]] pada tahun [[1762]] dan meninggal dunia dalam [[perang Padri]]. Ia merupakan murid dari [[Tuanku Nan Tuo]].<ref name="Azra">Azra, A., (2004), ''The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern 'Ulamā' in the Seventeenth and Eighteenth Centuries'', University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2848-8.</ref> Ia kemudian menjadi [[guru]] yang banyak melahirkan pejuang perang Padri. Menurut sebuah laporan Belanda, Tuanku Nan Renceh bertubuh kecil dan agak kurus, namun memiliki pandangan yang luar biasa. Pusat gerakan Tuanku Nan Renceh adalah di desa pegunungan [[Bukik Batabuah, Candung, Agam|Bukit Batabuah]], [[Kabupaten Agam|Agam]].<ref>{{Cite book|last=Dobbin|first=Christine|date=2008|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Padri|location=Depok|publisher=Komunitas Bambu|isbn=979-3731-26-5|pages=208-209|url-status=live}}</ref> |
||
Kedatangan tiga orang [[haji]] dari [[Mekah]] tahun 1803 telah mengilhami Tuanku Nan Renceh, dan kemudian mulai mengumandangan "[[jihad]]" atas segala [[bid'ah]] di [[Minangkabau]], yakni dengan menggalakkan dakwah menyebarkan Sunnah.<ref name="Azra"/> Ide-ide pembaharuan yang diterapkan Tuanku Nan Renceh terhadap perubahan kebiasaan masyarakat termasuk model [[sistem adat]] [[matrilineal]] mendapat tantangan dari para [[penghulu]] pada beberapa [[nagari]] di Minangkabau yang bersikeras ingin memperjuangkan tradisi turun temurun Minangkabau, sehingga kemudian melahirkan gerakan Paderi dengan pendekatan konflik.<ref name="Susanto">Susanto, B., ''Ge(mer)lap Nasionalitas Postkolonial'', Kanisius, ISBN 979-21-1981-7.</ref> |
Kedatangan tiga orang [[haji]] dari [[Mekah]] tahun 1803 telah mengilhami Tuanku Nan Renceh, dan kemudian mulai mengumandangan "[[jihad]]" atas segala [[bid'ah]] di [[Minangkabau]], yakni dengan menggalakkan dakwah menyebarkan Sunnah.<ref name="Azra"/> Ide-ide pembaharuan yang diterapkan Tuanku Nan Renceh terhadap perubahan kebiasaan masyarakat termasuk model [[sistem adat]] [[matrilineal]] mendapat tantangan dari para [[penghulu]] pada beberapa [[nagari]] di Minangkabau yang bersikeras ingin memperjuangkan tradisi turun temurun Minangkabau, sehingga kemudian melahirkan gerakan Paderi dengan pendekatan konflik.<ref name="Susanto">Susanto, B., ''Ge(mer)lap Nasionalitas Postkolonial'', Kanisius, ISBN 979-21-1981-7.</ref> |
Revisi per 22 Oktober 2022 08.48
Tuanku Nan Renceh | |
---|---|
Lahir | Abdullah 1762 Mejan, Jorong Bansa, Nagari Kamang (sekarang Nagari Kamang Mudik, Kamang Magek), Luhak Agam, Minangkabau |
Meninggal | 1832 (umur 72) Mejan, Jorong Bansa, Nagari Kamang, Minangkabau |
Kebangsaan | Minangkabau - ( Indonesia sekarang) |
Pekerjaan | Ulama |
Dikenal atas | - Pejuang anti penjajahan - Pemimpin kaum Padri |
Tuanku Nan Renceh (1762–1832)[1] adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam Perang Padri dari tahun 1803-1838. Tidak banyak diketahui data mengenai tokoh ini, selain seorang figur karismatik, ia juga dikenal komitmen dalam menegakkan syariat Islam. Sedangkan dari catatan Belanda, tokoh ini merupakan sosok antagonis, dan dianggap bertanggung jawab atas adanya tindakan kekerasan di Dataran Tinggi Padang.
Nama asli dari Tuanku Nan Renceh adalah Abdullah. Ia lahir di Nagari Kamang pada tahun 1762 dan meninggal dunia dalam perang Padri. Ia merupakan murid dari Tuanku Nan Tuo.[2] Ia kemudian menjadi guru yang banyak melahirkan pejuang perang Padri. Menurut sebuah laporan Belanda, Tuanku Nan Renceh bertubuh kecil dan agak kurus, namun memiliki pandangan yang luar biasa. Pusat gerakan Tuanku Nan Renceh adalah di desa pegunungan Bukit Batabuah, Agam.[3]
Kedatangan tiga orang haji dari Mekah tahun 1803 telah mengilhami Tuanku Nan Renceh, dan kemudian mulai mengumandangan "jihad" atas segala bid'ah di Minangkabau, yakni dengan menggalakkan dakwah menyebarkan Sunnah.[2] Ide-ide pembaharuan yang diterapkan Tuanku Nan Renceh terhadap perubahan kebiasaan masyarakat termasuk model sistem adat matrilineal mendapat tantangan dari para penghulu pada beberapa nagari di Minangkabau yang bersikeras ingin memperjuangkan tradisi turun temurun Minangkabau, sehingga kemudian melahirkan gerakan Paderi dengan pendekatan konflik.[4]
Rujukan
- ^ Setiawan, Irwan (1 Agustus 2018). "TUANKU NAN RENCEH (1762-1832)". Jurnal Diakronika Universitas Negeri Padang. Diakses tanggal 10 Juni 2020.
- ^ a b Azra, A., (2004), The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern 'Ulamā' in the Seventeenth and Eighteenth Centuries, University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2848-8.
- ^ Dobbin, Christine (2008). Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Padri. Depok: Komunitas Bambu. hlm. 208–209. ISBN 979-3731-26-5.
- ^ Susanto, B., Ge(mer)lap Nasionalitas Postkolonial, Kanisius, ISBN 979-21-1981-7.