Lompat ke isi

Melkias Agustinus Pellaupessy: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kankungrebus (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kankungrebus (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: mengubah parameter nama di infobox VisualEditor-alih
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox officeholder
{{Infobox officeholder
|name = Melkias Agustinus Pellupessy
|name = Melkias Agustinus Pelupessy
|image = Melkias Augustinus Pellaupessy, Kami Perkenalkan (1954), p109.jpg
|image = Melkias Augustinus Pellaupessy, Kami Perkenalkan (1954), p109.jpg
|caption =
|caption =
Baris 30: Baris 30:
|
|
}}
}}
'''Melkias Agustinus Pellupessy''' atau '''M. A. Pellupessy'''{{refn |group=note |Beberapa sumber seperti [[Pramoedya Ananta Toer]] menulis sebagai Pelupessy, sedangkan [[Herbeth Feith]] dan [[Richard Chauvel]] tetap menulis Pellaupessy.}} adalah seorang tokoh pergerakan dari [[Indonesia Timur]] yang dikenal sebagai salah satu perancang lambang negara Garuda Indonesia bersama dengan [[Muhammad Yamin]] sebagai ketua, [[Ki Hadjar Dewantara]], [[Mohammad Natsir]], dan [[Poerbatjaraka]].<ref>http://unilubis.com/2018/06/01/garuda-pancasila-kepalanya-pernah-gundul/</ref> Dalam perancangan tersebut, jumlah ekor Garuda awalnya berjumlah 7, namun kemudian ditentang oleh Poerbatjaraka. M.A. Pellaupessy mengusulkan agar jumlahnya menjadi 8 yaitu simbolisasi dari bulan [[Agustus]], bulan kemerdekaan.
'''Melkias Agustinus Pelupessy''' atau '''M. A. Pelupessy'''{{refn |group=note |Beberapa sumber seperti [[Pramoedya Ananta Toer]] menulis sebagai Pelupessy, sedangkan [[Herbeth Feith]] dan [[Richard Chauvel]] tetap menulis Pelupessy.}} adalah seorang tokoh pergerakan dari [[Indonesia Timur]] yang dikenal sebagai salah satu perancang lambang negara Garuda Indonesia bersama dengan [[Muhammad Yamin]] sebagai ketua, [[Ki Hadjar Dewantara]], [[Mohammad Natsir]], dan [[Poerbatjaraka]].<ref>http://unilubis.com/2018/06/01/garuda-pancasila-kepalanya-pernah-gundul/</ref> Dalam perancangan tersebut, jumlah ekor Garuda awalnya berjumlah 7, namun kemudian ditentang oleh Poerbatjaraka. M.A. Pelupessy mengusulkan agar jumlahnya menjadi 8 yaitu simbolisasi dari bulan [[Agustus]], bulan kemerdekaan.


Ia pernah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia]] dan [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]].<ref>{{Citation | first = P. N. H. | last = Simanjuntak | title = Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi | publisher = Djambatan | place = Jakarta | year = 2003 | language = Indonesian | pages = 116–124 | isbn = 979-428-499-8 | postscript = .}}</ref>
Ia pernah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia]] dan [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]].<ref>{{Citation | first = P. N. H. | last = Simanjuntak | title = Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi | publisher = Djambatan | place = Jakarta | year = 2003 | language = Indonesian | pages = 116–124 | isbn = 979-428-499-8 | postscript = .}}</ref>
Baris 41: Baris 41:
Setelah Perang Dunia II, ia menjabat sebagai Sekretaris Komisaris Residen [[Sulawesi Selatan]]. Pada bulan Agustus 1946, ia menjadi Komisaris Perdagangan dan memegang posisi ini hingga pencalonannya sebagai wakil [[Negara Indonesia Timur]] ke Jakarta pada bulan April 1948.<ref name=p25/> Pada Agustus 1948, ia diangkat sebagai Residen Maluku Selatan. Pada September 1949, ia ikut serta dalam [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]] sebagai anggota [[Majelis Permusyawaratan Federal]], mewakili faksi pro-federal.
Setelah Perang Dunia II, ia menjabat sebagai Sekretaris Komisaris Residen [[Sulawesi Selatan]]. Pada bulan Agustus 1946, ia menjadi Komisaris Perdagangan dan memegang posisi ini hingga pencalonannya sebagai wakil [[Negara Indonesia Timur]] ke Jakarta pada bulan April 1948.<ref name=p25/> Pada Agustus 1948, ia diangkat sebagai Residen Maluku Selatan. Pada September 1949, ia ikut serta dalam [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]] sebagai anggota [[Majelis Permusyawaratan Federal]], mewakili faksi pro-federal.


Setelah kembali ke Indonesia dari Den Haag, Pellupessy dicantumkan sebagai ahli dalam urusan federal untuk kantor Perdana Menteri Indonesia Timur. Pada 25 Februari 1950, ia terpilih sebagai Ketua [[Senat Republik Indonesia Serikat]] dan secara resmi dilantik pada 27 Februari 1950.<ref>{{harvnb|Tim Penyusun Sejarah|1970|p=98-99}}</ref><ref name=p25>{{harvnb|Bastiaans|1950|p=25}}</ref><ref name=p109>{{harvnb|Ministry of Information|1954|p=109}}</ref>
Setelah kembali ke Indonesia dari Den Haag, Pelupessy dicantumkan sebagai ahli dalam urusan federal untuk kantor Perdana Menteri Indonesia Timur. Pada 25 Februari 1950, ia terpilih sebagai Ketua [[Senat Republik Indonesia Serikat]] dan secara resmi dilantik pada 27 Februari 1950.<ref>{{harvnb|Tim Penyusun Sejarah|1970|p=98-99}}</ref><ref name=p25>{{harvnb|Bastiaans|1950|p=25}}</ref><ref name=p109>{{harvnb|Ministry of Information|1954|p=109}}</ref>


Selama masa jabatannya, Pellaupessy dikirim ke luar negeri beberapa kali untuk mewakili Indonesia dalam konferensi internasional. Pada Oktober 1947, ia pergi ke Belanda untuk berunding dengan instansi pemerintah dan swasta di sana mengenai masalah ekonomi sehubungan dengan rekonstruksi Indonesia. Pada 1947, ia diangkat sebagai Wakil Ketua Delegasi Belanda untuk Konferensi Perdagangan Internasional di [[Havana]].<ref name=p25/>
Selama masa jabatannya, Pelupessy dikirim ke luar negeri beberapa kali untuk mewakili Indonesia dalam konferensi internasional. Pada Oktober 1947, ia pergi ke Belanda untuk berunding dengan instansi pemerintah dan swasta di sana mengenai masalah ekonomi sehubungan dengan rekonstruksi Indonesia. Pada 1947, ia diangkat sebagai Wakil Ketua Delegasi Belanda untuk Konferensi Perdagangan Internasional di [[Havana]].<ref name=p25/>


Setelah pembentukan [[Kabinet Natsir]], kabinet pertama setelah pengakuan Indonesia, ia diangkat sebagai [[Menteri Penerangan]]. Ia juga ditunjuk sebagai Menteri Negara dalam [[Kabinet Sukiman-Suwirjo]].<ref name=p109/>
Setelah pembentukan [[Kabinet Natsir]], kabinet pertama setelah pengakuan Indonesia, ia diangkat sebagai [[Menteri Penerangan]]. Ia juga ditunjuk sebagai Menteri Negara dalam [[Kabinet Sukiman-Suwirjo]].<ref name=p109/>
Baris 54: Baris 54:


[[Kategori:Tokoh Maluku]]
[[Kategori:Tokoh Maluku]]
[[Kategori:Marga Pellupessy]]
[[Kategori:Marga Pelupessy]]
[[Kategori:Tokoh dari Saparua]]
[[Kategori:Tokoh dari Saparua]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]

Revisi per 4 November 2022 16.32

Melkias Agustinus Pelupessy
Ketua Senat Republik Indonesia Serikat
Masa jabatan
25 Februari 1950 – 16 Agustus 1950
PresidenSukarno
Menteri Penerangan
Masa jabatan
6 September 1950 – 6 September 1950
PresidenSukarno
Sebelum
Pendahulu
Wiwoho Purbohadidjojo
Sebelum
Menteri Kehakiman
(ad interim)
Masa jabatan
14 Juni 1951 – 20 November 1951
PresidenSukarno
Menteri Negara
Masa jabatan
27 April 1951 – 3 April 1952
PresidenSukarno
Informasi pribadi
Lahir(1906-05-15)15 Mei 1906
Ihamahu, Maluku, Celebes Belanda, Hindia Belanda
Suami/istri
Susanna Elisabeth Judith Metekohy
(m. 1939)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Melkias Agustinus Pelupessy atau M. A. Pelupessy[note 1] adalah seorang tokoh pergerakan dari Indonesia Timur yang dikenal sebagai salah satu perancang lambang negara Garuda Indonesia bersama dengan Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hadjar Dewantara, Mohammad Natsir, dan Poerbatjaraka.[1] Dalam perancangan tersebut, jumlah ekor Garuda awalnya berjumlah 7, namun kemudian ditentang oleh Poerbatjaraka. M.A. Pelupessy mengusulkan agar jumlahnya menjadi 8 yaitu simbolisasi dari bulan Agustus, bulan kemerdekaan.

Ia pernah menjabat sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Menteri Penerangan.[2]

Ia menikah dengan Susanna Elisabeth Judith (Deetje) Metekohy di Bandung pada 17 Desember 1936. Susanna Elisabeth Judith (Deetje) Metekohy lahir di Batavia pada 6 Oktober 1914. M.A. Pellaupessy pernah menjadi Presiden Rotary Club Jakarta pada tahun 1970 - 1972.[3]

Karier politik

Pada usia 19, ia memasuki layanan publik sebagai pejabat Departemen Dalam Negeri Hindia Belanda. Dari tahun 1937 hingga pecahnya Perang Dunia II, ia memegang posisi Kepala Divisi Administrasi Departemen itu.

Setelah Perang Dunia II, ia menjabat sebagai Sekretaris Komisaris Residen Sulawesi Selatan. Pada bulan Agustus 1946, ia menjadi Komisaris Perdagangan dan memegang posisi ini hingga pencalonannya sebagai wakil Negara Indonesia Timur ke Jakarta pada bulan April 1948.[4] Pada Agustus 1948, ia diangkat sebagai Residen Maluku Selatan. Pada September 1949, ia ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Federal, mewakili faksi pro-federal.

Setelah kembali ke Indonesia dari Den Haag, Pelupessy dicantumkan sebagai ahli dalam urusan federal untuk kantor Perdana Menteri Indonesia Timur. Pada 25 Februari 1950, ia terpilih sebagai Ketua Senat Republik Indonesia Serikat dan secara resmi dilantik pada 27 Februari 1950.[5][4][6]

Selama masa jabatannya, Pelupessy dikirim ke luar negeri beberapa kali untuk mewakili Indonesia dalam konferensi internasional. Pada Oktober 1947, ia pergi ke Belanda untuk berunding dengan instansi pemerintah dan swasta di sana mengenai masalah ekonomi sehubungan dengan rekonstruksi Indonesia. Pada 1947, ia diangkat sebagai Wakil Ketua Delegasi Belanda untuk Konferensi Perdagangan Internasional di Havana.[4]

Setelah pembentukan Kabinet Natsir, kabinet pertama setelah pengakuan Indonesia, ia diangkat sebagai Menteri Penerangan. Ia juga ditunjuk sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo.[6]

Catatan

  1. ^ Beberapa sumber seperti Pramoedya Ananta Toer menulis sebagai Pelupessy, sedangkan Herbeth Feith dan Richard Chauvel tetap menulis Pelupessy.

Referensi

  1. ^ http://unilubis.com/2018/06/01/garuda-pancasila-kepalanya-pernah-gundul/
  2. ^ Simanjuntak, P. N. H. (2003), Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi (dalam bahasa Indonesian), Jakarta: Djambatan, hlm. 116–124, ISBN 979-428-499-8. 
  3. ^ Nationalist, Soldier and Separatist, 1990
  4. ^ a b c Bastiaans 1950, hlm. 25
  5. ^ Tim Penyusun Sejarah 1970, hlm. 98-99
  6. ^ a b Ministry of Information 1954, hlm. 109