Lompat ke isi

Rengasdengklok Utara, Rengasdengklok, Karawang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: mengubah parameter nama di infobox Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{desa
{{desa
|nama = Rengasdengklok Utara
|nama = Altamis
|peta =
|kelas = 5b
|provinsi = Jawa Barat
|tempat tinggal = Jawa tengah
|dati2 = Kabupaten
|dati2 = Kecamtan
|nama dati2 = Karawang
|nama dati2 =magelang
|kecamatan = Rengasdengklok
|kecamatan = muntilan
|kelurahan = desa
|kelurahan = desa
|nama pemimpin =
|nama pemimpin = jokowi
|luas =-
|luas =-
|penduduk =-
|penduduk =-
Baris 16: Baris 16:
{{Rengasdengklok, Karawang}}
{{Rengasdengklok, Karawang}}


Yang terkenal di desa Rengasdengklok Utara ini adalah rumah tempat beristirahatnya sang Proklamator dan sekaligus Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno dan disini pula terjadi suatu peristiwa penting yang merupakan cikal bakal ϑǻŋ kebulatan tekad akan diproklamasikannya kemerdekaan RI yang disebut dengan Peristiwa Rengasdengklok.
Yang terkenal di desa muntilan ini adalah rumah tempat beristirahatnya sang Proklamator dan sekaligus Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno dan disini pula terjadi suatu peristiwa penting yang merupakan cikal bakal ϑǻŋ kebulatan tekad akan diproklamasikannya kemerdekaan RI yang disebut dengan Peristiwa Rengasdengklok.


Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l.) Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l.) Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Revisi per 8 Desember 2022 07.20

Altamis
Negara Indonesia
Kecamtanmagelang
Kecamatanmuntilan
Kode Kemendagri32.15.06.2002 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 6°9′0″S 107°18′11″E / 6.15000°S 107.30306°E / -6.15000; 107.30306

[[Kategori:Desa di {{{provinsi}}}]]

Rengasdengklok Utara adalah salah satu desa di Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Indonesia.

Yang terkenal di desa muntilan ini adalah rumah tempat beristirahatnya sang Proklamator dan sekaligus Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno dan disini pula terjadi suatu peristiwa penting yang merupakan cikal bakal ϑǻŋ kebulatan tekad akan diproklamasikannya kemerdekaan RI yang disebut dengan Peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l.) Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di Lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi Lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno karena di Lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah seorang Tionghoa, Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia

.

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.

Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[1]