Lompat ke isi

Warkop: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 9: Baris 9:
| genre = [[Komedi]]
| genre = [[Komedi]]
}}
}}
'''Warung Kopi''', lebih dikenal dengan singkatan '''Warkop''' (sebelumnya dikenal juga dengan nama '''Warkop Prambors''' dan '''Warkop DKI'''), adalah sebuah grup [[lawak]] asal Indonesia yang dibentuk oleh Nanu ([[Nanu Moeljono]]), Rudy ([[Rudy Badil]]), Dono ([[Dono (pelawak)|Wahjoe Sardono]]), Kasino ([[Kasino (pelawak)|Kasino Hadiwibowo]]) dan Indro ([[Indro (pelawak)|Indrodjojo Kusumonegoro]]). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa [[Universitas Indonesia]] (UI), [[Jakarta]] sedangkan Indro kuliah di [[Universitas Pancasila]], [[Jakarta]]. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara ''Obrolan Santai di Warung Kopi'' yang merupakan garapan dari [[Temmy Lesanpura]], Kepala Bagian Programming Radio [[Prambors]]. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.
'''Warung Kopi''', lebih dikenal dengan singkatan '''Warkop''' (sebelumnya dikenal juga dengan nama '''Warkop Prambors''' dan '''Warkop DKI'''), adalah sebuah grup [[lawak]] asal Indonesia yang dibentuk oleh Nanu ([[Nanu Moeljono]]), Rudy ([[Rudy Badil]]), Dono ([[Dono (pelawak)|Wahjoe Sardono]]), Kasino ([[Kasino (pelawak)|Kasino Hadiwibowo]]) dan Indro ([[Indro (pelawak)|Indrodjojo Kusumonegoro]]). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa [[Universitas Indonesia]] (UI), [[Jakarta]] sedangkan Indro kuliah di [[Universitas Pancasila]], [[Jakarta]]. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara ''Obrolan Santai di Warung Kopi'' yang merupakan garapan dari [[Temmy Lesanpura]], Kepala Bagian Programming Radio [[Prambors]]. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang berkantor pusat di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.


Dalam acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari [[Purbalingga]] berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori. Kasino yang asli [[Gombong]] perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli [[Madiun]] sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa). Sekarang yang tertinggal sendiri adalah Indro karena yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu adalah Dono dan Kasino.
Dalam acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari [[Purbalingga]] berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori. Kasino yang asli [[Gombong]] perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli [[Madiun]] sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa). Sekarang yang tertinggal sendiri adalah Indro karena yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu adalah Dono dan Kasino.

Revisi per 20 Januari 2023 13.25

Warkop
MediaRadio, film dan televisi
KebangsaanIndonesia
Tahun aktif1974–1985 (sebagai Warkop Prambors)
1986–1997 (sebagai Warkop DKI)
1998–sekarang (sebagai Warkop)
GenreKomedi
Anggota

Warung Kopi, lebih dikenal dengan singkatan Warkop (sebelumnya dikenal juga dengan nama Warkop Prambors dan Warkop DKI), adalah sebuah grup lawak asal Indonesia yang dibentuk oleh Nanu (Nanu Moeljono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang berkantor pusat di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.

Dalam acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori. Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa). Sekarang yang tertinggal sendiri adalah Indro karena yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu adalah Dono dan Kasino.

Sejarah

Awal mula

Grup ini bermula dari sebuah acara radio yang digagas oleh Temmy Lesanpura, seorang produser hiburan radio Prambors di Jakarta. Tahun 1974, Temmy bertemu dengan Kasino, Nanu Moeljono, dan Rudy Badil, mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang memang terkenal suka membuat humor di depan teman-temannya.[1] Temmy yang mengepalai Radio Prambors berhasil meyakinkan ketiganya untuk mengisi acara setiap hari kamis malam pada pukul 20.30 sampai 21.15 WIB. Tak ada persiapan apapun, tetapi karena memang mereka menghibur dengan hati dan otak, ide-ide lawakan selalu muncul sebelum mereka siaran. Acara yang bertajuk “Obrolan Santai di Warung Kopi” tersebut terbukti bisa menarik perhatian para pendengar.[2]

Setahun kemudian, Dono, rekan mereka di UI bergabung bersama grup lawak tersebut.[3][4] Mereka berempat cukup dikenal oleh penggemar radio Prambors dengan lawakannya yang segar dan berisi. Pada tahun 1976, Indro, mahasiswa Universitas Pancasila yang paling muda usianya diajak bergabung. Kelimanya kemudian dikenal sebagai punggawa acara Warkop Prambors yang populer di radio tersebut pada medio 1970-an. Saat itu Warkop beranggotakan lima orang yaitu Kasino, Nanu, Rudy Badil, Dono, dan Indro sangat ramai diperbincangkan oleh publik, hingga akhirnya mereka ditawari untuk tampil di panggung.[1][2] Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP, yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personel mendapat Rp 250.000.

Mereka mendapat banyak tawaran dalam berbagai kesempatan tampil di acara hiburan panggung. Lawakan mereka yang berkelas mahasiswa, tidak kampungan, ataupun pasaran, membuat mereka tampil beda dibanding grup-grup lawak lainnya yang telah lebih dahulu populer di tanah air.[1] Sayang pencapaian grup Warkop hingga kemudian menjadi terkenal dan menjadi legenda tidak dilalui bersama-sama oleh kelima anggotanya. Pada saat sudah naik di atas panggung, Rudy Badil selalu mengalami demam panggung yang tak bisa diatasinya. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Warkop lantaran merasa demam panggung tersebut. Keempat rekannya meneruskan kiprah impian mereka dalam berbagai kesempatan yang mereka peroleh dalam dunia hiburan panggung, yang kemudian berlanjut pada rekaman kaset, dan film. Mundurnya Rudy Badil membuat ia sebagai satu-satunya anggota yang tidak terlibat dalam satupun film yang dibintangi oleh para anggota Warkop.[1]

Era film

Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personel Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Film pertama yang mereka bintangi dalam bendera Warkop Prambors adalah film komedi yang berjudul Mana Tahan. Film tersebut dirilis pada tahun 1979, menampilkan beberapa artis terkenal masa itu seperti Rahayu Effendi, Kusno Sudjarwadi, dan Elvy Sukaesih. Kesuksesan film tersebut menyebabkan berlanjutnya tawaran film-film bergenre komedi berikutnya kepada mereka.[1] Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena tiap tahun mereka membintangi minimal 2 judul film pada dekade 1980 dan 1990-an yang pada masa itu selalu diputar sebagai film menyambut Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya Idul Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.

Pada film-film pertama mereka yang diproduksi oleh Bola Dunia Film, personel Warkop memerankan tokoh Slamet (diperankan oleh Dono), Sanwani (Kasino), dan Paijo (Indro) contohnya dalam Mana Tahan. Namun, dalam film-film selanjutnya, mereka memerankan nama asli mereka (Dono, Kasino, Indro).

Namun perjalan karier itu hanya diikuti oleh Kasino, Dono, dan Indro saja. Nanu Moeljono, setelah sempat membintangi film Mana Tahaaan... bersama mereka, memutuskan mengundurkan diri pada tahun 1979. Ditinggalkan oleh Nanu, Warkop hanya terdiri dari tiga orang dan grup lawak ini masih berjalan seperti biasa. Meskipun hanya bertiga, dipimpin oleh Kasino, mereka masih tetap bisa menghibur para penggemarnya. Ketiganya kemudian bahkan semakin berkibar dengan rentetan film-film komedi yang meledak di pasaran.[1]

Untuk mengisi peran yang ditinggalkan Nanu, Warkop Prambors pada beberapa film mereka di awal tahun 1980-an sempat beberapa kali menggunakan beberapa pemain pembantu yang bisa mengimbangi mereka bertiga sebagai tokoh sentral komedi. Diantaranya adalah Dorman Borisman dan Mat Solar. Namun dalam perkembangannya mereka akhirnya lebih memilih tampil bertiga saja sebagai pemeran utama dan tokoh sentral dalam film-film berikutnya. Popularitas mereka bertiga semakin populer lewat film-filmnya yang semakin dikenal dan dicintai masyarakat.[1]

Di luar Warkop, Nanu sempat membintangi sebuah film lain berjudul Kisah Cinta Rojali dan Zuleha pada tahun yang sama. Setelah membintangi film tersebut, Nanu kemudian menghilang dari dunia hiburan. Ia menderita sakit yang cukup parah hingga akhirnya meninggal pada 22 Maret 1983 di usia 30 tahun karena penyakit kanker ginjal. Nanu dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir.[1]

Selanjutnya perjalanan grup ini dikenal dengan Trio Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan plesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus membayar royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu. Nama "DKI" sendiri mulai digunakan pada tahun 1986.[1][2]

Era televisi

Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, Warkop DKI pun mulai menyapa masyarakat lewat sinetron. Warkop DKI mempunyai sinetron komedi di Indosiar pada tanggal 11 Mei 1995 hingga 31 Mei 2003 televisi garapan Soraya Intercine Films yang menampilkan Warkop bersama Karina Suwandi dan Roweina Umboh.

Sinetron ini sempat laris ditonton masyarakat. Namun, di tengah episode, Kasino mulai jarang terlihat. Hal ini disebabkan karena Kasino jatuh sakit dan tidak bisa melanjutkan syuting hingga akhirnya meninggal.

Setelah Kasino meninggal, tersisa Dono dan Indro. Mereka tak bisa membawa nama Warkop DKI karena DKI merupakan kepanjangan dari Dono, Kasino, dan Indro. Maka dari itu, Indro mengubah nama grup menjadi hanya Warkop saja dan kemudian judul sinetron yang mereka bintangi pun dirombak total dengan format miniseri televisi dengan judul Warkop Millenium. Kejayaan kedua sisa personil terakhir Warkop DKI tersebut tidak bertahan lama. Pada 30 Desember 2001 Dono meninggal dunia akibat penyakit sesak napas yang sudah lama diidapnya. Dunia hiburan tanah air dikejutkan oleh berita komedian yang sangat populer dengan wajah khas bemo nya ini. Sepeninggal Dono pembuatan sinetron yang masih dibintanginya bersama Indro itu pun terhenti. Sebelum wafat, Dono juga sempat berpesan kepada Indro agar tetap meneruskan nama besar Warkop hingga akhir hayatnya.

Personil

Dari semua personel Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.

No. Nama Potret Aktif di Warkop
1 Kasino Hadiwibowo
(1950–1997)
1974–1997
2 Nanu Moeljono
(1952–1983)
1974–1979
3 Rudy Badil
(1945–2019)
1974–1979
4 Wahjoe Sardono
(1951–2001)
Berkas:Dono Warkop Liputan 6.jpg 1975–2001
5 Indrodjojo Kusumonegoro
(lahir 1958)
1976–sekarang

Proses kreatif

Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.

Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.

Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu sekalipun seperti menyetrika kostum para personel Warkop. Ini dilakukan Miing dengan serius, karena ia sadar di sinilah pembelajaran profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak sendiri bersama Didin (saudaranya) dan Hadi Prabowo alias Unang yang diberi nama Bagito (alias Bagi Roto).

Diskografi (kaset)

  • Kaset 01 Cangkir Kopi (Warkop Live di Palembang/Plaju, masih ada Nanu)
  • Kaset 02 Warung Tenda (masih ada Nanu)
  • Kaset 03 Mana Tahan
  • Kaset 04 Gerhana Asmara (bersama Srimulat)
  • Kaset 05 Pengen Melek Hukum (Indro sebagai mahasiswa penyuluh hukum, Kasino, Dono sebagai warga)
  • Kaset 06 Pokoknya Betul - Ke Bali (Dono dan Indro pengen ke Bali, tanya ke Kasino yang orang Bali)
  • Kaset 07 Semua Bisa Diatur - Lurah Indro (Indro sebagai Lurah, Dono dan Kasino sebagai warga, featuring Mi'ing sebagai rakyat / petugas RSJ)
  • Kaset 08 Dokter Masuk Desa (Indro sebagai dokter baru masuk desa, Dono dan Kasino sebagai warga)
  • Kaset 09 Makin Tipis Makin Asyik (Indro sebagai Pak Guru, Kasino dan Dono sebagai murid-murid)

Filmografi

Beberapa Poster Film Warkop DKI

Dari tahun 1979 sampai dengan tahun 1994, Warkop telah membintangi 35 judul film dengan 34 film diantaranya bertemakan drama komedi.[N 1] Tetapi kebanyakan film Warkop tidak dapat diedarkan secara internasional karena masalah pelanggaran hak cipta, yaitu digunakannya lagu tema The Pink Panther karya komponis Henry Mancini tanpa izin atau tanpa mencantumkan namanya dalam film, meskipun alunan simponinya dalam beberapa judul film sudah diubah supaya tidak terlalu mirip.

Setiap tahunnya, Warkop hanya merilis maksimal dua sampai tiga judul film dengan masa tayang awal yang disesuaikan dengan liburan Hari Raya Idul Fitri dan liburan Natal dan Tahun Baru.

Di tahun 2021, Netflix mengumumkan beberapa judul film Warkop akan dirilis secara global dan dilengkapi teks Bahasa Inggris.

Tahun Judul Pemeran pendukung Ref.
1979 Mana Tahaaan... Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi dan Kusno Sudjarwadi [5]
1980 Gengsi Dong Camelia Malik, Zainal Abidin dan M. Pandji Anom [6]
GeEr - Gede Rasa Dorman Borisman, Ita Mustafa dan Itje Trisnawati [7]
Pintar Pintar Bodoh Eva Arnaz, Debby Cynthia Dewi dan Dorman Borisman [8]
Untukmu Indonesiaku Swara Maharddhika dan Trio Bebek [9]
1981 Manusia 6.000.000 Dollar Eva Arnaz, Dorman Borisman dan Abdul Hamid Arief [10]
IQ Jongkok Enny Haryono, Marissa Haque, dan Bokir [11]
1982 Setan Kredit Minati Atmanegara, Nasir dan Alicia Djohar [12]
Chips Sherly Malinton, Tetty Liz Indriati dan M. Pandji Anom [13]
1983 Dongkrak Antik Meriam Bellina, Mat Solar dan Pietrajaya Burnama [14]
Maju Kena Mundur Kena Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us [15]
Pokoknya Beres Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us [16]
1984 Tahu Diri Dong Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us [17]
Itu Bisa Diatur Ira Wibowo, Lia Warokka dan Aminah Cendrakasih [18]
1985 Kesempatan Dalam Kesempitan Lydia Kandou, Nena Rosier, Lia Warokka, dan Kaharuddin Syah [19]
Gantian Dong Ira Wibowo, Lia Warokka, Leily Sagita dan Advent Bangun [20]
1986 Sama Juga Bohong Ayu Azhari, Nia Zulkarnaen, dan Chintami Atmanegara [21]
Atas Boleh Bawah Boleh Eva Arnaz, Dian Nitami dan Wolly Sutinah [22]
Depan Bisa Belakang Bisa Eva Arnaz dan HIM Damsyik [23]
1987 Makin Lama Makin Asyik Meriam Bellina, Susy Bolle dan Timbul [24]
Saya Suka Kamu Punya Doyok dan Didik Mangkuprojo [25]
1988 Jodoh Boleh Diatur Raja Ema, Silvana Herman dan Nia Zulkarnaen [26]
Malu-Malu Mau Nurul Arifin, Suyadi dan Sherly Malinton [27]
1989 Godain Kita Dong Lisa Patsy, Ida Kusumah, Tarsan, dan Diding Boneng [28]
Sabar Dulu Doong...! Anna Shirley, Pak Tile dan Eva Arnaz [29]
1990 Mana Bisa Tahan Nurul Arifin, Zainal Abidin, Sally Marcellina, dan Diding Boneng [30]
1991 Lupa Aturan Main Eva Arnaz, Fortunella, Hengky Solaiman, dan Diding Boneng [31]
Sudah Pasti Tahan Nurul Arifin dan Sherly Malinton [32]
1992 Bisa Naik Bisa Turun Kiki Fatmala, Fortunella, Fritz G. Schadt, Gitty Srinita, dan Diding Boneng [33]
Masuk Kena Keluar Kena Kiki Fatmala, Fortunella, Sally Marcellina, dan Diding Boneng [34]
Salah Masuk Fortunella, Gitty Srinita, Tarida Gloria dan Angel Ibrahim [35]
1993 Bagi-Bagi Dong Kiki Fatmala dan Inneke Koesherawati [36]
Bebas Aturan Main Lella Anggraini, Gitty Srinita dan Diah Permatasari [37]
1994 Saya Duluan Dong Diah Permatasari, Gitty Srinita dan HIM Damsyik [38]
Pencet Sana Pencet Sini Sally Marcellina, Pak Tile, Taffana Dewi, dan Diding Boneng [39]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Film Untukmu Indonesiaku yang dirilis pada 1980 menjadi film non-komedi satu-satunya grup Warkop.

Situs web dan jurnal lainnya

  1. ^ a b c d e f g h i Badil, Rudi (2010). Warkop: main-main jadi bukan main. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799102881. 
  2. ^ a b c "Sumber Inspirasi Grup Lawak Warkop DKI". Narasi.tv. Diakses tanggal 21 Februari 2021. 
  3. ^ "Bukan Solo, Ini Sebenarnya Daerah Asal Dono". Republika Online. Diakses tanggal 24 Agustus 2018. 
  4. ^ "Wahjoe Sardono". Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-05. Diakses tanggal 30 Oktober 2013. 
  5. ^ "Mana Tahan". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  6. ^ "Gengsi Dong". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  7. ^ "Geer - Gede Rasa". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  8. ^ "Pintar Pintar Bodoh". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  9. ^ "Untukmu Indonesiaku". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  10. ^ "Manusia 6.000.000 Dollar". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  11. ^ "IQ Jongkok". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  12. ^ "Setan Kredit". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  13. ^ "CHIPS (Cara Hebat Ikut Penanggulangan Masalah Sosial)". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  14. ^ "Dongkrak Antik". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  15. ^ "Maju Kena Mundur Kena". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  16. ^ "Pokoknya Beres". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  17. ^ "Tahu Diri Dong". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  18. ^ "Itu Bisa Diatur". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  19. ^ "Kesempatan Dalam Kesempitan". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  20. ^ "Gantian Dong". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  21. ^ "Sama Juga Bohong". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  22. ^ "Atas Boleh Bawah Boleh". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  23. ^ "Depan Bisa Belakang Bisa". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  24. ^ "Makin Lama Makin Asyik". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  25. ^ "Saya Suka Kamu Punya". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  26. ^ "Jodoh Boleh Diatur". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  27. ^ "Malu-Malu Mau". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  28. ^ "Godain Kita Dong". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  29. ^ "Sabar Dulu Dong". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  30. ^ "Mana Bisa Tahan". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  31. ^ "Lupa Aturan Main". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  32. ^ "Sudah Pasti Tahan". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  33. ^ "Bisa Naik Bisa Turun". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  34. ^ "Masuk Kena Keluar Kena". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  35. ^ "Salah Masuk". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  36. ^ "Bagi-Bagi Dong". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  37. ^ "Bebas Aturan Main". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  38. ^ "Saya Duluan Dong". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  39. ^ "Pencet Sana Pencet Sini". Film Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 

Pranala luar