Lompat ke isi

Revolusi Abbasiyah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
+300px
A154 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 42: Baris 42:
| [[Suku-suku Arab]]
| [[Suku-suku Arab]]
}}
}}
| commander1 = [[As-Saffah]]<br>[[Al-Mansur]]<br>[[Abu Muslim Al Khurasany|Abu Muslim]]<br>[[Qahthabah bin Syabib]]{{KIA}}<br>[[Al-Hasan bin Qahthabah]]<br>[[Abdullah bin Ali]]
| commander1 = [[As-Saffah|Abu al-Abbas As-Saffah]]<br>[[Al-Mansur|Abu Ja'far Al-Mansur]]<br>[[Abu Muslim Al Khurasany|Abu Muslim]]<br>[[Qahthabah bin Syabib]]{{KIA}}<br>[[Al-Hasan bin Qahthabah]]<br>[[Abdullah bin Ali]]
| commander2 = [[Marwan II]]{{Executed}}<br>[[Nashr bin Sayyar]]{{KIA|Death by natural causes}}<br>[[Yazid bin Umar bin Hubairah|Yazid bin Umar]]{{Executed}}<br>[[Abu'l-Walid Ma'n bin Za'ida al-Shaybani|Ma'n bin Za'ida al-Shaybani]]
| commander2 = [[Marwan bin Muhammad]]{{Executed}}<br>[[Nashr bin Sayyar]]{{KIA|Death by natural causes}}<br>[[Yazid bin Umar bin Hubairah|Yazid bin Umar]]{{Executed}}<br>[[Abu'l-Walid Ma'n bin Za'ida al-Shaybani|Ma'n bin Za'ida al-Shaybani]]
| units1 =
| units1 =
| units2 =
| units2 =

Revisi per 20 Januari 2023 14.58

Revolusi Abbasiyah
Tanggal9 Juni 747 – Juli 750
LokasiKhorasan Raya dan Iran dan Irak saat ini
Hasil

Kemenangan Abbasiyah

  • Pencaplokan sebagian besar bekas wilayah Umayyah oleh Abbasiyah
  • Pembentukan Keamiran Kordoba akhirnya
  • Berakhirnya status istimewa bagi bangsa Arab
  • Berakhirnya diskriminasi resmi terhadap bangsa non-Arab
Pihak terlibat

Kekhalifahan Abbasiyah

Kekhalifahan Umayyah

Didukung
Tokoh dan pemimpin
Abu al-Abbas As-Saffah
Abu Ja'far Al-Mansur
Abu Muslim
Qahthabah bin Syabib 
Al-Hasan bin Qahthabah
Abdullah bin Ali
Marwan bin Muhammad Dihukum mati
Nashr bin Sayyar 
Yazid bin Umar Dihukum mati
Ma'n bin Za'ida al-Shaybani

Revolusi Abbasiyah mengacu kepada penggulingan Kekhalifahan Umayyah (661–750 M), yang kedua dari empat Kekhalifahan utama dalam sejarah Islam awal, oleh kekhalifahan yang ketiga, Kekhalifahan Abbasiyah (750–1258 M). Berkuasa tiga dekade setelah wafatnya Nabi Muhammad dan segera setelah Kekhalifahan Rasyidin, Ummayah merupakan kekaisaran Arab feodal yang memerintah sebuah populasi non-Arab serta terutama non-Muslim yang sangat besar. Penduduk non-Arab diperlakukan sebagai warga negara kelas dua tanpa menghiraukan apakah mereka beralih keyakinan masuk Islam atau tidak, dan ketidakpuasan ini membelah agama dan etnis yang akhirnya mengarah pada penggulingan Umayyah.[1] Keluarga Abbasiyah menyatakan sebagai keturunan dari al-Abbas, seorang paman Nabi.

Revolusi pada dasarnya menandai berakhirnya kekaisaran Arab dan awal dari sebuah negara multietnik yang lebih inklusif di Timur Tengah.[2] Dikenang sebagai salah satu revolusi yang paling terorganisasi dengan baik selama periodenya dalam sejarah, revolusi ini mengubah fokus Dunia Muslim ke timur.[3]

Latar belakang

Pada tahun 740-an, Kekaisaran Umayyah mengetahui dirinya dalam kondisi kritis. Sengketa suksesi pada tahun 744 menyebabkan Perang saudara Islam ketiga (Fitnah Ketiga), yang berkecamuk di Timur Tengah selama dua tahun. Pada tahun berikutnya, Adh-Dhahhak bin Qais asy-Syaibani memulai pemberontakan Khawarij yang akan berlanjut sampai tahun 746. Bersamaan dengan ini, pemberontakan pecah sebagai reaksi terhadap keputusan Marwan II untuk memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Harran, mengakibatkan penghancuran Homs - juga pada tahun 746. Baru pada tahun 747 Marwan II berhasil mendamaikan provinsi-provinsi ini; Revolusi Abbasiyah dimulai dalam beberapa bulan.[4]

Nashr bin Sayyar diangkat menjadi gubernur Khorosan oleh Hisyam bin Abdul-Malik pada tahun 738. Dia memegang jabatannya selama perang saudara ini, yang ditetapkan sebagai gubernur oleh Marwan II setelahnya.[4]

Ukuran luas Khorosan dan kepadatan penduduk yang rendah berarti bahwa penduduk Arab - baik militer maupun sipil - sebagian besar tinggal di luar garnisun yang dibangun selama penyebaran Islam. Ini berbeda dengan provinsi-provinsi Umayyah lainnya, di mana orang-orang Arab cenderung mengasingkan diri mereka dalam benteng-benteng dan menghindari interaksi dengan penduduk setempat.[5] Para pemukim Arab di Khorasan meninggalkan gaya hidup tradisional mereka dan menetap di antara penduduk asli orang Iran.[4] Sementara pernikahan antaretnis dengan orang Arab di tempat lain di Kekaisaran tidak dianjurkan atau bahkan dilarang,[6][7] perlahan-lahan ia menjadi kebiasaan di Khorasan timur; ketika orang-orang Arab mulai mengenakan pakaian Persia dan kedua bahasa saling mempengaruhi satu sama lain, penghalang etnis ini melemah.[8]

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Paul Rivlin, Arab Economies in the Twenty-First Century, p. 86. Cambridge: Cambridge University Press, 2009. ISBN 9780521895002
  2. ^ Saïd Amir Arjomand, Abd Allah Ibn al-Muqaffa and the Abbasid Revolution. Iranian Studies, vol. 27, Nos. 1–4. London: Routledge, 1994.
  3. ^ Hala Mundhir Fattah, A Brief History of Iraq, p. 77. New York: Infobase Publishing, 2009. ISBN 9780816057672
  4. ^ a b c G. R. Hawting, The First Dynasty of Islam: The Umayyad Caliphate AD 661–750, hlm. 105. London: Routledge, 2002. ISBN 9781134550586
  5. ^ Peter Stearns, Michael Adas, Stuart Schwartz and Marc Jason Gilbert."The Umayyad Imperium." Taken from World Civilizations:The Global Experience, combined volume. 7th ed. Zug: Pearson Education, 2014. ISBN 9780205986309
  6. ^ Patrick Clawson, Eternal Iran, p. 17. Basingstoke: Palgrave Macmillan, 2005. ISBN 1-4039-6276-6
  7. ^ Al-Baladzuri, Futuhul Buldan, hlm. 417.
  8. ^ G.R. Hawting, The First Dynasty of Islam, pp. 105 & 113.

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar