Lompat ke isi

Lokomotif B22: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bulandari27 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Bulandari27 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 3: Baris 3:
|caption=Lokomotif B2220 di [[Museum Kereta Api Ambarawa]], 2008
|caption=Lokomotif B2220 di [[Museum Kereta Api Ambarawa]], 2008
|powertype=[[Uap]]
|powertype=[[Uap]]
|serialnumber=[[B22]]
|serialnumber=B22
|fueltype=Kayu / batubara
|fueltype=Kayu / batubara
|gauge=1.067 mm
|gauge=1.067 mm

Revisi per 18 Februari 2023 23.36

Lokomotif B22
Lokomotif B22
Lokomotif B2220 di Museum Kereta Api Ambarawa, 2008
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenHartmann, Jerman
Nomor seriB22
Tanggal dibuat1898–1901
Jumlah dibuat20 unit
Spesifikasi roda
Notasi Whyte0-4-2
Susunan roda AARB-1
Klasifikasi UICB1
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Panjang7.850 mm
Berat
Berat kosong25,1 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarKayu / batubara
Sistem mesin
Kinerja
Kecepatan maksimum60 km/h
Lain-lain


Lokomotif B2220 di Museum Kereta Api Ambarawa, 1991


Lokomotif B22 adalah lokomotif yang memiliki panjang 7850 mm dan berat 25,1 ton. Lokomotif B22 dapat melaju hingga kecepatan 55 km/jam. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara. Lokomotif ini memiliki dua roda penggerak (susunan roda 0-4-2T) dengan dua silinder compound. Pada lokomotif uap dengan dua silinder compound, uap dari silinder tekanan tinggi disalurkan ke silinder tekanan rendah yang lebih besar volumenya dari silinder tekanan tinggi (agar uap dapat berkembang memuai lebih lanjut dan menghasilkan tenaga penggerak lagi). Baru dari silinder tekanan rendah uap yang sudah terpakai dibuang melalui cerobong. Meskipun lokomotif uap dengan dua silinder compound dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi namun perawatannya lebih rumit. Setelah ditemukannya superheater maka jenis lokomotif uap seperti ini tidak pernah dibuat lagi.[1]

Selain kaya dengan sumber daya alam, seperti kayu jati, kawasan pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur juga terdapat minyak bumi dan gas bumi, baik di Cepu (Jawa Tengah) maupun di Bojonegoro (Jawa Timur). Untuk mendukung percepatan arus perdagangan hasil bumi dan hasil industri perkebunan kemudian dibangun jalan rel. Setelah perusahaan kereta api swasta Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) berhasil membangun jalur kereta api rute SemarangGundih - SurakartaYogyakarta (166 km) pada tahun 1867–1872, NIS kemudian melanjutkan pembangunan jalur kereta api rute Surabaya PasarturiBabat (69 km) selesai dibangun pada tahun 1900, rute BabatBojonegoroCepu (72 km) selesai dibangun pada tahun 1903 dan rute Gundih–Gambringan–Cepu (89 km) selesai dibangun pada tahun 1902. Jalur kereta api ini telah menjadi jalur perdagangan penting, yaitu lembah Bengawa Solo yang terletak di Jawa Timur bagian utara. NIS mendatangkan lokomotif uap B22 dari pabrik Hartmann (Jerman) sebanyak 20 unit lokomotif pada tahun 1889–1901. Lokomotif ini dipergunakan untuk menarik rangkaian kereta yang mengangkut hasil bumi, hasil perkebunan, hasil tambang atau penumpang.

Setelah Perang Dunia II berakhir, 1 unit lokomotif B22 dipindah dari Jawa ke Sumatra Selatan dan sisanya tersebar di Solo, Gundih, Kudus dan Purwodadi.

Dari 20 unit lokomotif B22, saat ini tersisa 3 unit B22, yaitu B22 07, B22 09 dan B22 20. B22 07 (mulai beroperasi tahun 1898) di Bumi Perkemahan Cibubur (Jakarta), B22 09 (mulai beroperasi tahun 1898) dipajang di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta) dan B22 20 (mulai beroperasi tahun 1900) dipajang di Museum KA Ambarawa (Jawa Tengah).

Lihat pula

Daftar Referensi

  1. ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 42. ISBN 978-602-0818-55-9.