Lompat ke isi

Depresi (psikologi): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Lia Basyaiban (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Lia Basyaiban (bicara | kontrib)
Baris 98: Baris 98:
Orang dengan penyakit kronis, seperti sakit jantung, kanker, diabetes, HIV/AIDS dapat mengalami stres atau depresi. Peradangan terkait penyakit juga berperan dalam timbulnya depresi. Peradangan menyebabkan pelepasan bahan kimia tertentu oleh sistem kekebalan yang masuk ke otak, menyebabkan perubahan otak yang dapat memicu atau memperburuk depresi pada beberapa orang.<ref name=":0" />
Orang dengan penyakit kronis, seperti sakit jantung, kanker, diabetes, HIV/AIDS dapat mengalami stres atau depresi. Peradangan terkait penyakit juga berperan dalam timbulnya depresi. Peradangan menyebabkan pelepasan bahan kimia tertentu oleh sistem kekebalan yang masuk ke otak, menyebabkan perubahan otak yang dapat memicu atau memperburuk depresi pada beberapa orang.<ref name=":0" />


== Ciri-Ciri Depresi ==
== Ciri dan Gejala Depresi ==
Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and Statistical manual IV – ''Text Revision'' (DSM IV - TR) ''(American Psychiatric Association'', 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut:<ref>{{Cite journal|last=Dirgayunita|first=Aries|date=2016|title=Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya|url=https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/psikologi/article/download/235/447/|journal=Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi|volume=1|issue=1}}</ref>
Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and Statistical manual IV – ''Text Revision'' (DSM IV - TR) ''(American Psychiatric Association'', 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut:<ref name=":1">{{Cite journal|last=Dirgayunita|first=Aries|date=2016|title=Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya|url=https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/psikologi/article/download/235/447/|journal=Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi|volume=1|issue=1}}</ref>

=== Gejala Fisik<ref name=":1" /> ===

* Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
* Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai.
* Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
* Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
* Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
* Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
* Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan

=== Gejala Psikis<ref name=":1" /> ===

* Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
* Rasa putus asa dan pesimis
* Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna
* Tidak tenang dan gampang tersinggung
* Berpikir ingin mati atau bunuh diri
* Sensitive
* Kehilangan rasa percaya diri


== Lihat juga ==
== Lihat juga ==

Revisi per 28 Februari 2023 02.39

Depresi adalah suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang.[1] Kondisi depresi adalah reaksi normal sementara terhadap peristiwa-peristiwa hidup seperti kehilangan orang tercinta. Depresi juga dapat merupakan gejala dari sebuah penyakit fisik dan efek samping dari penggunaan obat dan perawatan medis tertentu. Dalam kaitannya dengan gangguan mental lain, depresi dapat juga menjadi gejala dari gangguan kejiwaan seperti gangguan depresi mayor dan distimia.[2]

Secara global, diperkirakan 264 juta orang terkena depresi. 1% Lebih banyak wanita yang terkena daripada pria.

Seseorang dalam kondisi depresi umumnya mengalami perasaan sedih, cemas, atau kosong; mereka juga cenderung merasa terjebak dalam kondisi yang tidak ada harapan, tidak ada pertolongan, penuh penolakan, atau perasaan tidak berharga. Gejala-gejala lain yang mungkin muncul adalah perasaan bersalah, mudah tersinggung, atau kemarahan.[3][4] Lebih jauh, individu yang mengalami depresi dapat juga merasa malu atau gelisah.

Selain perubahan suasana hati, individu dengan gejala depresi cenderung kehilangan minat untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang sebelumnya ia anggap menyenangkan; kehilangan nafsu makan atau sebaliknya, makan dengan porsi berlebih. Penderita juga akan kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat detail-detail umum, membuat keputusan, ataupun mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Pengalaman-pengalaman ini dapat mendorong individu untuk mencoba bunuh diri.

Gejala insomnia, hipersomnia, kelelahan, kesakitan, gangguan pencernaan, dan stamina yang menurun juga kerap ditemukan pada individu dalam kondisi depresi.[5]

Faktor penyebab

Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:

  • Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin
  • Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial
  • Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya

Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika: A. Lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.

  1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
  2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
  3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
  4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
  5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
  6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
  7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi), dan mengganggap bahwa sumber dari setiap masalah adalah dirinya
  8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
  9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri

Gejala-gejala tersebut juga dapat menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau area penting dalam kehidupan seseorang.

Cara menanggulangi depresi berbeda-beda sesuai dengan keadaan pasien, namun biasanya merupakan gabungan dari farmakoterapi dan psikoterapi atau konseling. Dukungan dari orang-orang terdekat serta dukungan spiritual juga sangat membantu dalam penyembuhan.

Faktor lain penyebab seseorang bisa mengalami depresi

  1. Kurangnya edukasi tentang gangguan mental (depresi).
  2. Merasa bahwa depresi adalah hal yang sepele.
  3. Sering melakukakan self diagnosa terhadap diri sendiri tanpa bertanya ke pada ahlinya yang menyebabkan terbawa ke dalam alam bawah sadar sehingga tersugesti hingga akhirnya terkena depresi yang nyata.

Jenis-Jenis Depresi

Gangguan Depresi Mayor

Gangguan depresi mayor dibagi menjadi dua tipe yaitu depresi atipikal dan depresi melankolis. Orang dengan depresi mayor atipikal cenderung banyak tidur dan makan. Mereka juga mudah emosi dan sering dirundung rasa cemas berlebihan. Sementara itu, depresi mayor melankolis biasanya mengalami susah tidur dan lebih sering menyerang orang dewasa. Gejala gangguan depresi mayor yang perlu Anda ketahui, antara lain[6]:

  • Perasaan sedih, hampa, tak berharga, putus asa, dan bersalah.
  • Kehilangan energi, nafsu makan, atau minat pada aktivitas yang menyenangkan
  • Perubahan kebiasaan tidur
  • Ada keinginan untuk bunuh diri

Menurut jurnal StatPearls yang ditayangkan di National Library of Medicine pada April 2022, sebagian besar kasus depresi mayor dapat ditangani dengan obat-obatan, terapi, atau perubahan gaya hidup[6].

Depresi Subsindromal

Depresi subsindromal adalah kondisi saat seseorang meunjukkan beberapa gejala depresi. Kondisi depresi biasanya bertahan hingga dua minggu. Penanganan orang dengan kondisi ini dilihat berdasarkan kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja atau mengurus diri sendiri.[6]

Gangguan Depresi Persisten

Orang dengan gangguan depresi persisten (PDD) atau disebut juga distimia, memiliki suasana hati yang kalut sepanjang hari. Mereka sering merenung, bersedih, hingga menangis hampir setiap hari. Selain itu ada gejala lain yaitu:[6]

  • Masalah tidur (bisa terlalu sering atau jarang)
  • Kurang energi atau kelelahan
  • Kurang percaya diri
  • Nafsu makan yang buruk atau berlebihan
  • Sulit membuat keputusan
  • Sering merasa putus asa

Pada anak-anak dan remaja, PDD dapat didiagnosis jika gejala lekas marah atau depresi bertahan selama satu tahun atau lebih.[6]

Gangguan Disforia Pramenstruasi

Sebanyak 10 persen wanita di usia produktif mengalami gangguan disforia pramenstruasi. Bentuk PMS yang parah dapat memicu depresi, kesedihan, kecemasan, atau mudah marah. Salah satu penyebab gangguan disforia pramenstruasi adalah sensitivitas terhadap perubahan hormon selama siklus menstruasi. Obat antidepresan khususnya inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) dapat mencegah gangguan disforia pramenstruasi, apabila diminum dua minggu sebelum PMS. Obat pereda nyeri juga dapat mengatasi kondisi ini. Namun, Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.[6]

Bipolar

Perubahan suasana hati dan energi yang ekstrem, misalnya dari gembira ke putus asa adalah tanda-tanda episode depresi pada gangguan bipolar. Bipolar juga disebut dengan gangguan manik-depresif. Saat menderita depresi, seseorang akan merasa sedih, putus asa, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai. Sementara itu, saat berubah menjadi mania atau hipomania (tidak terlalu seekstrem mania), seseorang akan merasa euforia, penuh energi, atau sangat mudah tersinggung. Gangguan bipolar biasanya memburuk tanpa pengobatan tetapi dapat dikelola dengan penstabil mood, obat antipsikotik, dan terapi bicara. Pada beberapa kasus, gejala bipolar dapat diobati dengan antidepresan.[6]

Disruptive Mood Dysregulation Disorder

Kondisi ini ditandai dengan kebiasaan berteriak, menjerit, dan mengamuk. Gangguan ini sering terlihat pada anak-anak yang kesulitan mengatur emosi mereka. Mudah tersinggung, marah setiap hari, sulit bergaul di sekolah, lingkungan, dan teman sebaya juga merupakan gejala Disruptive Mood Dysregulation Disorder. Kondisi ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan, terapi, dan pola asuh orang tua.[6]

Depresi Pascapersalinan

Kelahiran anak memang membuahkan kebahagiaan bagi para orangtua. Namun, persalinan juga menyebabkan ibu dan ayah mengalami depresi pascapersalinan. Pada seorang ibu, kondisi ini dapat dipicu karena perubahan hormon, kelelahan, dan beberapa faktor lainnya. Sementara itu depresi pascapersalinan pada seorang pria atau ayah dipicu karena lingkungan, pergeseran peran, perubahan gaya hidup saat mengasuh anak.[6]

Seasonal Affective Disorder atau Depresi musiman

Depresi musiman adalah jenis gangguan berulang karena perubahan cuaca atau musim yang mengakibatkan perubahan suasana hati. Individu dengan depresi musiman cenderung memiliki energi yang rendah, makan berlebian, sering tidur, ngidam makanan berkarbohidrat, lonjakan berat badan, atau menarik diri dari lingkungan sosial.[6]

Depresi psikotik

Orang dengan depresi psikotik mengalami depresi berat yang ditandai dengan halusinasi (melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata) atau delusi (keyakinan akan hal-hal yang tidak benar-benar ada). Penyedia layanan kesehatan biasanya meresepkan antidepresan dan obat antipsikotik bersama-sama untuk mengobati depresi psikotik.[6]

Depresi karena penyakit tertentu

Orang dengan penyakit kronis, seperti sakit jantung, kanker, diabetes, HIV/AIDS dapat mengalami stres atau depresi. Peradangan terkait penyakit juga berperan dalam timbulnya depresi. Peradangan menyebabkan pelepasan bahan kimia tertentu oleh sistem kekebalan yang masuk ke otak, menyebabkan perubahan otak yang dapat memicu atau memperburuk depresi pada beberapa orang.[6]

Ciri dan Gejala Depresi

Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and Statistical manual IV – Text Revision (DSM IV - TR) (American Psychiatric Association, 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut:[7]

Gejala Fisik[7]

  • Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
  • Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai.
  • Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
  • Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
  • Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
  • Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
  • Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan

Gejala Psikis[7]

  • Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
  • Rasa putus asa dan pesimis
  • Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna
  • Tidak tenang dan gampang tersinggung
  • Berpikir ingin mati atau bunuh diri
  • Sensitive
  • Kehilangan rasa percaya diri

Lihat juga

Referensi

  1. ^ "What Is Depression?". www.psychiatry.org. 
  2. ^ Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). American Psychiatric Association. 2013. 
  3. ^ "Irritability, Anger Indicators of Complex, Severe Depression". Medscape. 
  4. ^ "Depression (major depressive disorder)". Angry outbursts, irritability or frustration, even over small matters 
  5. ^ "NIMH · Depression". nimh.nih.gov. National Institute of Mental Health. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-11. Diakses tanggal 15 October 2012. 
  6. ^ a b c d e f g h i j k l Rininta, Elizabeth Ayudya Ratna (2022-07-03). "Ketahui 10 Jenis Depresi, Salah Satunya karena Melahirkan". Kompas.com. Diakses tanggal 2023-02-27. 
  7. ^ a b c Dirgayunita, Aries (2016). "Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya". Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi. 1 (1). 

6. "Mental helt" https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/depression