Arsitektur Indonesia: Perbedaan antara revisi
Tag: kemungkinan spam pranala |
Badak Jawa (bicara | kontrib) Membalikkan revisi 23058921 oleh Soebardjogood (bicara) dilarang melakukan spam pranala Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 30: | Baris 30: | ||
* Schoppert, P., Damais, S., ''Java Style'', 1997, Didier Millet, Paris, 207 pages, ISBN 962-593-232-1 |
* Schoppert, P., Damais, S., ''Java Style'', 1997, Didier Millet, Paris, 207 pages, ISBN 962-593-232-1 |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
* {{id}} [https://sinarinformasi.com/743/penjelasan-lengkap-tentang-arsitektur Penjelasan Lengkap Tentang Arsitektur] |
|||
[[Kategori:Arsitektur Indonesia| ]] |
[[Kategori:Arsitektur Indonesia| ]] |
Revisi per 3 Maret 2023 11.30
Bagian dari seri tentang |
Budaya Indonesia |
---|
Arsitektur Indonesia dipengaruhi oleh keanekaragaman budaya, sejarah dan geografi di Indonesia. Para penyerang, penjajah, dan pedagang membawa perubahan kebudayaan yang sangat memperuhi gaya dan teknik konstruksi bangunan. Pengaruh asing yang paling kental pada zaman arsitektur klasik adalah India, meskipun pengaruh Cina dan Arab juga termasuk penting. Kemudian pengaruh Eropa pada seni arsitektur mulai masuk sejak abad ke-18 dan ke-19.
Arsitektur Keagamaan
Walaupun arsitektur keagamaan tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia, seni arsitektur ini berkembang pesat di Pulau Jawa. Pengaruh sinkretisasi agama di Jawa meluas sampai ke dalam arsitektur, sehingga menghasilkan gaya-gaya arsitektur yang berkhas Jawa untuk bangunan-bangunan ibadah agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.
Sejumlah bangunan agama seperti candi, yang sering kali berukuran besar dan didisain secara kompleks, banyak dibangun di Pulau Jawa pada zaman kejayaan kerajaan Hindu-Buda Indonesia antara abad ke-8 sampai ke-14. Candi-candi Hindu tertua yang masih berdiri di Jawa terletak di Pegunungan Dieng. Diperkirakan dahulu terdapat sekitar empat ratus candi di Dieng yang sekarang hanya tersisa delapan candi. Pada awalnya, struktur bangungan-bangunan di Dieng berukuran kecil dan relatif sederhana. Akan tetapi tingkat kemahiran arsitektur di Jawa semakin meningkat. Dalam kurun waktu seratus tahun saja kerajaan kedua Mataram telah dapat membangun kompleks candi Prambanan di dekat Yogyakarta yang dianggap sebagai contoh arsitektur Hindu terbesar dan terbagus di Jawa.
Candi Borobudur, sebagai monumen umat Buddha yang tercantum di dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO, dibangun oleh wangsa Syailendra antara tahun 750 sampai dengan 850 Masehi, tetapi kemudian ditinggalkan sesaat seketika Borobudur telah siap dibangun, merujuk pada saat mundurnya agama Buddha dan perpindahan kekuasaan ke sebelah timur Jawa. Borobodur memiliki sejumlah besar pahatan-pahatan menarik yang menampilkan cerita yang apabila dicermati mulai dari tingkat bawah sampai ke tingkat atas merupakan metafor peraihan pencerahan. Dengan mundurnya Kerajaan Mataram, sebelah timur Jawa menjadi pusat arsitektur keagamaan dengan gaya yang sangat menarik yang mencerminkan Siwaisme, Buddha dan pengaruh khas Jawa; sebuah fusi yang mencerminkan karakteristik agama di seluruh pulau Jawa.
Pada abad ke-15, Islam sudah jadi agama berkuasa di Jawa dan Sumatra, yaitu pulau-pulau yang paling banyak penduduknya. Seperti agama Hindu dan Buddha sebelumnya, pengaruh asing yang ikut agama baru ini menampung dan menafsirkan sedemikian rupa menghasilkan gaya-gaya arsitektur masjid yang berkhas Jawa.
Arsitektur Adat
Arsitektur adat adalah tempat aktivitas manusia yang berhubungan dengan bangunan atau wadah aktivitas dan lingkungan yang diwarnai oleh budaya dan adat istiadat setempat. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai jenis arsitektur tradisional yang berbeda.[1]
Rumah tradisional Indonesia tidak didesain oleh arsiktek. Orang desa membuat rumahnya sendiri, atau desanya menyatukan sumber untuk membangun struktur di bawah bimbingan pemimpin tukang kayu.[1]
Arsitektur Zaman Sekarang
Arsitektur pada zaman sekarang banyak dipengaruhi oleh arsitektur global. Saat ini, banyak arsitektur Indonesia mulai mengadaptasi gaya kontemporer yang minimalis. Namun, banyak arsitek mulai mendorong gerakan hijau dan keberlanjutan untuk menjaga lingkungan dan juga budaya Indonesia. Maka dari itu, arsitektur Indonesia didominasi oleh gaya Barat dan gaya lokal.
Lihat pula
Sumber
- Schoppert, P., Damais, S., Java Style, 1997, Didier Millet, Paris, 207 pages, ISBN 962-593-232-1