Tahun Gajah: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tag: kemungkinan perlu dirapikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 4: | Baris 4: | ||
Penemuan arkeologi di [[Arab Selatan]] menunjukkan bahwa Tahun Gajah mungkin 569 atau 568, karena [[Kekaisaran Sasaniyah]] menggulingkan penguasa yang berafiliasi dengan [[Kerajaan Aksum]] di Yaman sekitar tahun 570.<ref name=" Watt"/> Tahun Gajah juga dicatat sebagai tahun kelahiran '[[Ammar bin Yasir]].<ref>{{Cite book|title=New Researchers on the Quran: Why and how two versions of Islam entered the history of mankind|last=Azmayesh|first=Seyed Mostafa|publisher=Mehraby Publishing House|year=2015|isbn=9780955811760|location=United Kingdom|pages=262}}</ref> |
Penemuan arkeologi di [[Arab Selatan]] menunjukkan bahwa Tahun Gajah mungkin 569 atau 568, karena [[Kekaisaran Sasaniyah]] menggulingkan penguasa yang berafiliasi dengan [[Kerajaan Aksum]] di Yaman sekitar tahun 570.<ref name=" Watt"/> Tahun Gajah juga dicatat sebagai tahun kelahiran '[[Ammar bin Yasir]].<ref>{{Cite book|title=New Researchers on the Quran: Why and how two versions of Islam entered the history of mankind|last=Azmayesh|first=Seyed Mostafa|publisher=Mehraby Publishing House|year=2015|isbn=9780955811760|location=United Kingdom|pages=262}}</ref> |
||
== |
== Kejadian == |
||
Menurut sejarawan Islam awal seperti [[Ibnu Ishaq]], untuk menghormati sekutunya, Abrahah membangun [[Gereja (bangunan)|gereja]] besar di [[Sana'a]] yang dikenal sebagai ''[[Gereja al-Qalis, Sana'a|al-Qullays]]'', sebuah [[kata pinjaman]] dipinjam dari [[Wiktionary:εκκλησία|εκκλησία]] "gereja". |
|||
=== Abrahah === |
|||
Menurut sejarawan Islam awal seperti [[Ibnu Ishaq]], [[Abrahah]] yang menjabat sebagai Gubernur [[Yaman]] yang berasal dari [[Habsyah]] atau [[Ethiopia]] sekarang, membangun [[gereja]] yang besar di [[Sana'a]], dengan tujuan memikat [[bangsa Arab]] dari [[Ka'bah]]. Salah seorang anggota suku [[Quraisy]] marah akan hal ini dan ia pergi ke Sana'a, ke [[gereja]] tersebut pada malam hari dan mengotorinya. |
|||
Al-Qullays mendapatkan ketenaran yang meluas, bahkan mendapat perhatian dari [[Kekaisaran Bizantium]].<ref name="Hajjah" /> Sementara [[Orang-orang Arab]] pada masa itu memiliki pusat ibadah dan [[Haji|ziarah]] mereka sendiri di Makkah, yaitu Ka'bah.<ref name="Hajjah" /> Abraha berusaha mengalihkan ziarah mereka ke al-Qullays dan menunjuk seorang pria bernama Ibnu Khuza'i ke Mekkah dan [[Tihamah]] sebagai raja dengan pesan bahwa al-Qullays jauh lebih baik daripada rumah ibadah lainnya dan lebih murni, karena tidak dikotori oleh perumahan berhala.<ref name="Hajjah" /><ref name=":0">{{Cite book |last=b. Ishaq |title=The Life of Muhammad |publisher=Oxford University Press |year= 1967|isbn=0-19-636033-1 |editor-last=Guillaume |location=New York |pages=22 |language=English}}</ref> |
|||
Abrahah kemudian mengeluarkan perintah ekspedisi penyerangan terhadap [[Mekkah]], dipimpin oleh seekor [[gajah]] (kemungkinan juga dengan gajah-gajah lainnya) untuk menghancurkan [[Ka'bah]]. Beberapa suku [[Bangsa Arab|Arab]] menghadang pasukan Abrahah, tetapi dapat dikalahkan. |
|||
Ibnu Ishaq menyatakan dalam [[Sirah]]-nya,<ref name=":0" /> |
|||
Begitu mereka berada di dekat Mekkah, Abrahah mengirim utusan yang mengatakan kepada penduduk kota Mekkah bahwa mereka tidak akan bertempur dengan mereka jika mereka tidak menghalangi penghancuran Ka'bah. [[Abdul Muthalib]], kepala suku Quraisyi, mengatakan bahwa ia akan mempertahankan hak-hak miliknya, tetapi Tuhan akan mempertahankan rumah-Nya, [[Ka'bah]], dan ia mundur ke luar kota dengan penduduk [[Mekkah]] lainnya. |
|||
{{cquote|Bersama Abrahah ada beberapa orang Arab yang datang untuk mencari hadiahnya, di antaranya Muhammad bin Khuza`i bin Khuzaba adz-Dzakwani as-Sulami, dengan sejumlah sukunya termasuk saudara laki-lakinya yang bernama Qais. Saat mereka bersamanya, Abrahah sedang menyelenggarakan pesta dan dia mengirim untuk mengundang mereka ke pesta itu. Sekarang dia biasa memakan buah zakar binatang, jadi ketika undangan dibawa mereka berkata, "Demi Tuhan, jika kami memakan ini, orang Arab akan menentang kami selama kami hidup." |
|||
Setelah itu Ibnu Khuza'i bangun dan pergi ke Abrahah dan berkata, "Wahai Raja, ini adalah festival kami di mana kami hanya makan pinggang dan bahu." Abraha menjawab bahwa dia akan mengirimkan apa yang mereka suka karena satu-satunya tujuan dia mengundang mereka adalah untuk menunjukkan bahwa dia menghormati mereka. |
|||
Hari berikutnya, ketika Abrahah bersiap untuk masuk ke dalam kota, terlihat burung-burung yang membawa batu-batu kecil dan melemparkannya ke pasukan Ethiopia; setiap orang yang terkena langsung terbunuh, mereka lari dengan panik dan Abrahah terbunuh dengan mengenaskan. |
|||
Kemudian dia menobatkan Ibnu Khuza'i, dan menjadikannya [[amir]] dari [[Bani Adnan|Mudhar]], dan memerintahkannya untuk pergi ke antara orang-orang untuk mengundang mereka berziarah ke katedralnya yang telah dia bangun. Ketika Ibnu Khuza'i sampai di tanah [[Bani Kinanah|Kinanah]], orang-orang di dataran rendah mengetahui tujuannya. Mereka mengirim seorang pria dari [[Bani Hudzail|Hudzail]] bernama ʿUrwa bin Hayyad al-Milasi, yang menembaknya dengan panah, membunuhnya. Saudaranya Qais yang bersamanya melarikan diri menuju Abrahah dan memberitahunya berita itu, yang meningkatkan kemarahan dan amarahnya dan dia bersumpah untuk menyerang suku Kinanah dan menghancurkan kuil tersebut.}} |
|||
=== Ayat Al-Qur'an tentang kejadian ini === |
|||
Allah menerangkan kejadian ini dalam surah [[Surat Al Fiil|Al-Fiil]], yaitu: |
|||
Abrahah yang marah, melancarkan ekspedisi enam puluh ribu orang melawan Ka'bah di Mekah, dipimpin oleh seekor gajah putih bernama "Mahmud"<ref>{{cite book|last=Kistler|first=John M. ; foreword by Richard Lair|title=War elephants|year=2007|publisher=University of Nebraska Press|location=Lincoln|isbn=978-0803260047|page=177|chapter-url=https://books.google.com/books?id=-5RHK4Ol15QC&pg=PA177|chapter=The Year of The Elephant|quote=The lead elephant, named [[White elephant|'''Mahmud''']], stopped and knelt down, refusing to go further.|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20160109135635/https://books.google.com/books?id=-5RHK4Ol15QC&lpg=PA177&pg=PA177|archive-date=2016-01-09}}</ref> (dan mungkin dengan gajah lain - beberapa akun menyatakan ada beberapa gajah, atau bahkan sebanyak delapan gajah) untuk menghancurkan Ka'bah. Beberapa suku Arab berusaha melawannya di jalan, tetapi dikalahkan.<ref name="Hajjah" /><ref name="Watt">William Montgomery Watt (1961). [https://archive.org/details/in.gov.ignca.29762 ''Muhammad: Prophet and Statesman''], Oxford: Oxford University Press, p. 7.</ref> [[Ibnu Katsir]] melaporkan bahwa saat sampai di daerah al-Mughammas, sebelah timur Makkah, Abrahah dan pasukannya merampok harta milik penduduk Makkah.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=711}} |
|||
:''Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).'' ([[Surat Al Fiil|Al-Fiil]]:1-5) |
|||
Ketika berita kemajuan pasukan Abrahah datang, suku-suku Arab Quraisy, Bani Kinanah, [[Bani Khuza'ah]] dan Bani Hudzail bersatu mempertahankan Ka'bah. Seorang pria dari [[Kerajaan Himyar|Himyar]] dikirim oleh Abrahah untuk memberi tahu mereka bahwa Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah dan jika mereka melawan, mereka akan dihancurkan. [[Abdul Muthalib]] menyuruh orang-orang Makkah untuk berlindung di perbukitan sementara dia bersama beberapa anggota terkemuka Quraisy tetap berada di dalam lingkungan Ka'bah.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712}} Abrahah mengirim utusan mengundang Abdul Muthalib untuk bertemu dengan Abrahah dan mendiskusikan berbagai hal.{{sfn|Mubarakfuri|2006|hlm=711}} |
|||
Abdul Muthalib berdiri dan menemui Abrahah. Abdul Muthalib menuntut Abrahah untuk mengembalikan dua ratus untanya yang sebelumnya telah dirampok oleh Abrahah di al-Mughammas. Abrahah dilaporkan mengatakan, "Kamu hanya membicarakan mengenai dua ratus unta milikmu yang telah diambil oleh pasukanku, mengapa kamu tidak membicarakan Ka'bah yang menjadi simbol agama dan nenek moyangmu? Padahal aku datang ke sini untuk menghancurkannya".{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712}} Abdul Muthalib hanya menjawab, ''"Sesungguhnya aku ini adalah pemilik unta, sementara Ka'bah itu memiliki pemiliknya sendiri [Tuhan], biarlah pemiliknya yang akan menjaganya"''. Maka Abrahah mengembalikan unta milik Abdul Muthalib.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712–713}} |
|||
Referensi cerita di [[Qur'an]] agak pendek. Menurut [[Surah Al-Fil|Surah al-Fīl]], keesokan harinya [saat Abraha bersiap untuk memasuki kota], sekawanan [[Sikatan Gelisah|burung kecil]] bernama ''[[Ababil]]'' ({{lang-ar|أَبـابـيـل}}) tiba-tiba muncul. Burung-burung membawa [[Lava|batu kecil]] di paruh mereka, dan membombardir pasukan Etiopia dan menghancurkan mereka seperti "daun yang dimakan ulat".<ref>Lihat {{Qref|102|3|b=yl}} sampai {{Qref|102|5|b=yl}}</ref> |
|||
Menurut [[Mohammad Asad]], kata-kata yang digunakan dalam ayat ini, yaitu "batu sijjil", menunjukkan "tulisan dan sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]".<ref>{{Cite book|title=Ibid M. Asad, Commentary on Surah 102, see note 2|quote=Lit., "with stones of sijjil". As explained in note [114] on 11:82, this latter term is synonymous with ''[[sijill]]'', which signifies "a writing" and, tropically, "something that has been decreed [by God]": hence, the phrase hijarah min sijjil is a metaphor for "stone-hard blows of chastisement pre-ordained", i.e., in God's decree (Zamakhshari and Razi, with analogous comments on the same expression in 11:82). ''["dengan batu sijjil". Sebagaimana dijelaskan dalam catatan [114] pada 11:82, istilah terakhir ini sinonim dengan ''[[sijill]]'', yang berarti "tulisan" dan, secara tropis, "sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]": karenanya, frase hijarah min sijjil adalah metafora untuk "hukuman sekeras batu yang telah ditentukan sebelumnya", yakni dalam ketetapan Tuhan (Zamakhshari dan Razi, dengan komentar analogi pada ungkapan yang sama dalam 11:82).]''}}</ref> Lebih jauh ia menjelaskan bahwa ketetapan Allah ini merupakan wabah wabah yang sangat mendadak, yang menurut Ibnu Ishaq, menyebabkan demam (dalam bahasa arab hasbah) dan cacar. Hal ini, sebagaimana yang Asad simpulkan, menunjukkan fakta bahwa "hukuman yang keras dengan batu yang telah ditentukan sebelumnya" adalah wabah mematikan yang sangat tiba-tiba karena fakta bahwa kata untuk demam "hasbah" pada dasarnya berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu. " dalam kamus arab terkenal ''al-Qamous'' (القاموس) by [[Fairuzabadi]].<ref>{{Cite book|title=Ibid|quote=Seperti yang telah disebutkan dalam catatan pengantar, hukuman khusus yang disinggung oleh ayat di atas tampaknya merupakan wabah tiba-tiba yang sangat ganas: menurut Waqidi dan Ibnu Ishaq [yang terakhir seperti dikutip oleh Ibnu Hisyam dan Ibnu Katsir] "ini adalah pertama kali muncul demam bercak (hasbah) dan cacar (judari) di negeri Arab". Sangat menarik untuk dicatat bahwa kata hasbah yang, menurut beberapa otoritas, menandakan juga tifus—terutama berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu" (Qamus)}}</ref><ref>{{Cite book|title=Al-Qamus Al-Muhit by Muḥammad Ibn-Jaʻqūb al- Fīrūzābādī}}</ref> |
|||
== Tahun kelahiran == |
== Tahun kelahiran == |
Revisi per 22 April 2023 04.00
Tahun Gajah (bahasa Arab: عام الفيل, translit. ʿām al-fīl) adalah nama dalam Sejarah Islam untuk tahun yang kira-kira sama dengan 570–571 M. Menurut sumber Islam, pada tahun inilah Nabi Islam Muhammad dilahirkan.[1] Nama ini berasal dari sebuah peristiwa yang konon terjadi di Makkah di mana Abrahah, jenderal perang Aksum di Yaman bergerak menuju Makkah dengan pasukan besar dan sejumlah gajah perang, berniat untuk menghancurkan Ka'bah. Namun, gajah terbesar, dikenal sebagai 'Mahmud' (bahasa Arab: مَـحْـمُـوْد),[2] dikatakan berhenti secara mendadak di perbatasan sekitar Makkah dan menolak untuk masuk ke kota. Telah disebutkan dalam al-Qur'an bahwa pasukan dihancurkan oleh burung-burung kecil yang membawa kerikil yang menghancurkan seluruh pasukan dan Abrahah sendiri akhirnya binasa. Surah al-Fīl dalam al-Qur'an menggambarkan kejadian tersebut dengan jelas.[3] Tahun tersebut kemudian dikenal sebagai Tahun Gajah, yang memulai tren penghitungan tahun di Semenanjung Arab. Perhitungan ini digunakan sampai diganti dengan kalender Islam pada masa khalifah kedua, Umar bin Khattab.
Penemuan arkeologi di Arab Selatan menunjukkan bahwa Tahun Gajah mungkin 569 atau 568, karena Kekaisaran Sasaniyah menggulingkan penguasa yang berafiliasi dengan Kerajaan Aksum di Yaman sekitar tahun 570.[4] Tahun Gajah juga dicatat sebagai tahun kelahiran 'Ammar bin Yasir.[5]
Kejadian
Menurut sejarawan Islam awal seperti Ibnu Ishaq, untuk menghormati sekutunya, Abrahah membangun gereja besar di Sana'a yang dikenal sebagai al-Qullays, sebuah kata pinjaman dipinjam dari εκκλησία "gereja".
Al-Qullays mendapatkan ketenaran yang meluas, bahkan mendapat perhatian dari Kekaisaran Bizantium.[1] Sementara Orang-orang Arab pada masa itu memiliki pusat ibadah dan ziarah mereka sendiri di Makkah, yaitu Ka'bah.[1] Abraha berusaha mengalihkan ziarah mereka ke al-Qullays dan menunjuk seorang pria bernama Ibnu Khuza'i ke Mekkah dan Tihamah sebagai raja dengan pesan bahwa al-Qullays jauh lebih baik daripada rumah ibadah lainnya dan lebih murni, karena tidak dikotori oleh perumahan berhala.[1][6]
Ibnu Ishaq menyatakan dalam Sirah-nya,[6]
Bersama Abrahah ada beberapa orang Arab yang datang untuk mencari hadiahnya, di antaranya Muhammad bin Khuza`i bin Khuzaba adz-Dzakwani as-Sulami, dengan sejumlah sukunya termasuk saudara laki-lakinya yang bernama Qais. Saat mereka bersamanya, Abrahah sedang menyelenggarakan pesta dan dia mengirim untuk mengundang mereka ke pesta itu. Sekarang dia biasa memakan buah zakar binatang, jadi ketika undangan dibawa mereka berkata, "Demi Tuhan, jika kami memakan ini, orang Arab akan menentang kami selama kami hidup."
Setelah itu Ibnu Khuza'i bangun dan pergi ke Abrahah dan berkata, "Wahai Raja, ini adalah festival kami di mana kami hanya makan pinggang dan bahu." Abraha menjawab bahwa dia akan mengirimkan apa yang mereka suka karena satu-satunya tujuan dia mengundang mereka adalah untuk menunjukkan bahwa dia menghormati mereka.
Kemudian dia menobatkan Ibnu Khuza'i, dan menjadikannya amir dari Mudhar, dan memerintahkannya untuk pergi ke antara orang-orang untuk mengundang mereka berziarah ke katedralnya yang telah dia bangun. Ketika Ibnu Khuza'i sampai di tanah Kinanah, orang-orang di dataran rendah mengetahui tujuannya. Mereka mengirim seorang pria dari Hudzail bernama ʿUrwa bin Hayyad al-Milasi, yang menembaknya dengan panah, membunuhnya. Saudaranya Qais yang bersamanya melarikan diri menuju Abrahah dan memberitahunya berita itu, yang meningkatkan kemarahan dan amarahnya dan dia bersumpah untuk menyerang suku Kinanah dan menghancurkan kuil tersebut.
Abrahah yang marah, melancarkan ekspedisi enam puluh ribu orang melawan Ka'bah di Mekah, dipimpin oleh seekor gajah putih bernama "Mahmud"[7] (dan mungkin dengan gajah lain - beberapa akun menyatakan ada beberapa gajah, atau bahkan sebanyak delapan gajah) untuk menghancurkan Ka'bah. Beberapa suku Arab berusaha melawannya di jalan, tetapi dikalahkan.[1][4] Ibnu Katsir melaporkan bahwa saat sampai di daerah al-Mughammas, sebelah timur Makkah, Abrahah dan pasukannya merampok harta milik penduduk Makkah.[8]
Ketika berita kemajuan pasukan Abrahah datang, suku-suku Arab Quraisy, Bani Kinanah, Bani Khuza'ah dan Bani Hudzail bersatu mempertahankan Ka'bah. Seorang pria dari Himyar dikirim oleh Abrahah untuk memberi tahu mereka bahwa Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah dan jika mereka melawan, mereka akan dihancurkan. Abdul Muthalib menyuruh orang-orang Makkah untuk berlindung di perbukitan sementara dia bersama beberapa anggota terkemuka Quraisy tetap berada di dalam lingkungan Ka'bah.[9] Abrahah mengirim utusan mengundang Abdul Muthalib untuk bertemu dengan Abrahah dan mendiskusikan berbagai hal.[10]
Abdul Muthalib berdiri dan menemui Abrahah. Abdul Muthalib menuntut Abrahah untuk mengembalikan dua ratus untanya yang sebelumnya telah dirampok oleh Abrahah di al-Mughammas. Abrahah dilaporkan mengatakan, "Kamu hanya membicarakan mengenai dua ratus unta milikmu yang telah diambil oleh pasukanku, mengapa kamu tidak membicarakan Ka'bah yang menjadi simbol agama dan nenek moyangmu? Padahal aku datang ke sini untuk menghancurkannya".[9] Abdul Muthalib hanya menjawab, "Sesungguhnya aku ini adalah pemilik unta, sementara Ka'bah itu memiliki pemiliknya sendiri [Tuhan], biarlah pemiliknya yang akan menjaganya". Maka Abrahah mengembalikan unta milik Abdul Muthalib.[11]
Referensi cerita di Qur'an agak pendek. Menurut Surah al-Fīl, keesokan harinya [saat Abraha bersiap untuk memasuki kota], sekawanan burung kecil bernama Ababil (bahasa Arab: أَبـابـيـل) tiba-tiba muncul. Burung-burung membawa batu kecil di paruh mereka, dan membombardir pasukan Etiopia dan menghancurkan mereka seperti "daun yang dimakan ulat".[12]
Menurut Mohammad Asad, kata-kata yang digunakan dalam ayat ini, yaitu "batu sijjil", menunjukkan "tulisan dan sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]".[13] Lebih jauh ia menjelaskan bahwa ketetapan Allah ini merupakan wabah wabah yang sangat mendadak, yang menurut Ibnu Ishaq, menyebabkan demam (dalam bahasa arab hasbah) dan cacar. Hal ini, sebagaimana yang Asad simpulkan, menunjukkan fakta bahwa "hukuman yang keras dengan batu yang telah ditentukan sebelumnya" adalah wabah mematikan yang sangat tiba-tiba karena fakta bahwa kata untuk demam "hasbah" pada dasarnya berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu. " dalam kamus arab terkenal al-Qamous (القاموس) by Fairuzabadi.[14][15]
Tahun kelahiran
Tercatat pada Tahun Gajah merupakan tahun kelahiran dari:
Lihat pula
- ^ a b c d e Hajjah Adil, Amina, "Prophet Muhammad", ISCA, Jun 1, 2002, ISBN 1-930409-11-7
- ^ ʿAbdu r-Rahmān ibn Nāsir as-Saʿdī. "Tafsir of Surah al Fil - The Elephant (Surah 105)". Translated by Abū Rumaysah. Islamic Network. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 December 2010. Diakses tanggal 15 March 2013.
This elephant was called Mahmud and it was sent to Abrahah from Najashi, the king of Abyssinia, particularly for this expedition.
- ^ Marr JS, Hubbard E, Cathey, JT (2015). "The Year of the Elephant". WikiJournal of Medicine. 2 (1). doi:10.15347/wjm/2015.003 . Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-26.
Pada gilirannya mengutip: Willan R. (1821). Miscellaneous works: comprising An inquiry into the antiquity of the small-pox, measles, and scarlet fever, now first published; Reports on the diseases in London, a new ed.; and detached papers on medical subjects, collected from various periodical publi. Cadell. hlm. 488. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-04. - ^ a b William Montgomery Watt (1961). Muhammad: Prophet and Statesman, Oxford: Oxford University Press, p. 7.
- ^ Azmayesh, Seyed Mostafa (2015). New Researchers on the Quran: Why and how two versions of Islam entered the history of mankind. United Kingdom: Mehraby Publishing House. hlm. 262. ISBN 9780955811760.
- ^ a b b. Ishaq (1967). Guillaume, ed. The Life of Muhammad (dalam bahasa English). New York: Oxford University Press. hlm. 22. ISBN 0-19-636033-1.
- ^ Kistler, John M. ; foreword by Richard Lair (2007). "The Year of The Elephant". War elephants. Lincoln: University of Nebraska Press. hlm. 177. ISBN 978-0803260047. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-09.
The lead elephant, named Mahmud, stopped and knelt down, refusing to go further.
- ^ Mubarakfuri 2006, hlm. 711.
- ^ a b Mubarakfuri 2006, hlm. 712.
- ^ Mubarakfuri 2006.
- ^ Mubarakfuri 2006, hlm. 712–713.
- ^ Lihat Al-Qur'an 102:3 sampai Al-Qur'an 102:5
- ^ Ibid M. Asad, Commentary on Surah 102, see note 2.
Lit., "with stones of sijjil". As explained in note [114] on 11:82, this latter term is synonymous with sijill, which signifies "a writing" and, tropically, "something that has been decreed [by God]": hence, the phrase hijarah min sijjil is a metaphor for "stone-hard blows of chastisement pre-ordained", i.e., in God's decree (Zamakhshari and Razi, with analogous comments on the same expression in 11:82). ["dengan batu sijjil". Sebagaimana dijelaskan dalam catatan [114] pada 11:82, istilah terakhir ini sinonim dengan sijill, yang berarti "tulisan" dan, secara tropis, "sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]": karenanya, frase hijarah min sijjil adalah metafora untuk "hukuman sekeras batu yang telah ditentukan sebelumnya", yakni dalam ketetapan Tuhan (Zamakhshari dan Razi, dengan komentar analogi pada ungkapan yang sama dalam 11:82).]
- ^ Ibid.
Seperti yang telah disebutkan dalam catatan pengantar, hukuman khusus yang disinggung oleh ayat di atas tampaknya merupakan wabah tiba-tiba yang sangat ganas: menurut Waqidi dan Ibnu Ishaq [yang terakhir seperti dikutip oleh Ibnu Hisyam dan Ibnu Katsir] "ini adalah pertama kali muncul demam bercak (hasbah) dan cacar (judari) di negeri Arab". Sangat menarik untuk dicatat bahwa kata hasbah yang, menurut beberapa otoritas, menandakan juga tifus—terutama berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu" (Qamus)
- ^ Al-Qamus Al-Muhit by Muḥammad Ibn-Jaʻqūb al- Fīrūzābādī.