Lompat ke isi

Domestikasi hewan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
RianHS (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 13: Baris 13:


=== Perbedaan dengan penjinakan ===
=== Perbedaan dengan penjinakan ===
Domestikasi berbeda dengan penjinakan. [[Hewan jinak]] adalah satwa liar yang ditangkap, dipelihara, dan dilatih agar terbiasa hidup di dekat manusia. Penjinakan merupakan upaya untuk menjadikan satwa liar dapat menerima kehadiran manusia dan terkadang mampu untuk melakukan tugas tertentu, tetapi mereka tidak mengalami perubahan genetik yang berarti. Di sisi lain, domestikasi merupakan modifikasi genetik permanen pada suatu [[garis keturunan]] hewan sehingga predisposisi mereka terhadap manusia dapat diwariskan.<ref>{{cite book|last=Price |first=Edward O. |date=2008 |title=Principles and Applications of Domestic Animal Behavior: An Introductory Text |publisher=Cambridge University Press |url= https://books.google.com/books?id=Ww07sIWTYAAC&q=%22taming+is%22+animal&pg=PA228 |access-date=21 Januari 2016 |isbn=9781780640556}}</ref><ref name=":1">{{Cite journal|last=Driscoll|first=Carlos A.|last2=Macdonald|first2=David W.|last3=O'Brien|first3=Stephen J.|date=2009|title=From wild animals to domestic pets, an evolutionary view of domestication|url=https://pnas.org/doi/full/10.1073/pnas.0901586106|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences|language=|volume=106|issue=supplement_1|pages=9971–9978|doi=10.1073/pnas.0901586106|issn=0027-8424}}</ref> Manusia memilih sifat jinak, tetapi tanpa adanya respons evolusioner yang sesuai, domestikasi tidak tercapai.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Larson|first=Greger|last2=Fuller|first2=Dorian Q.|date=2014|title=The Evolution of Animal Domestication|url=https://www.annualreviews.org/doi/10.1146/annurev-ecolsys-110512-135813|journal=Annual Review of Ecology, Evolution, and Systematics|language=|volume=45|issue=1|pages=115–136|doi=10.1146/annurev-ecolsys-110512-135813|issn=1543-592X}}</ref> Hewan domestik belum tentu berperilaku jinak, misalnya [[sapi petarung spanyol]]. Di sisi lain, satwa liar bisa berperilaku jinak, seperti [[citah]] yang dipelihara sejak lahir. Hewan-hewan yang dikembangbiakkan di penangkaran, seperti harimau, gorila, dan beruang kutub, bukanlah hewan domestik.<ref name=":1" /> [[Gajah asia]] merupakan satwa liar yang jinak dan menunjukkan beberapa tanda domestikasi, tetapi perkembangbiakannya tidak dikendalikan oleh manusia dan mereka tidak tergolong sebagai hewan domestik.<ref>{{cite book |last=Lair |first=R.C. |date=1997 |title=Gone Astray: The Care and Management of the Asian Elephant in Domesticity |publisher=Regional Office for Asia and the Pacific |location=Bangkok|url=https://www.fao.org/3/ac774e/ac774e00.htm}}</ref>
Domestikasi berbeda dengan penjinakan. [[Hewan jinak]] adalah satwa liar yang ditangkap, dipelihara, dan dilatih agar terbiasa hidup di dekat manusia. Penjinakan merupakan upaya untuk menjadikan satwa liar dapat menerima kehadiran manusia dan terkadang mampu untuk melakukan tugas tertentu, tetapi mereka tidak mengalami perubahan genetik yang berarti. Di sisi lain, domestikasi merupakan modifikasi genetik permanen pada suatu [[garis keturunan]] hewan sehingga predisposisi mereka terhadap manusia dapat diwariskan.<ref>{{cite book|last=Price |first=Edward O. |date=2008 |title=Principles and Applications of Domestic Animal Behavior: An Introductory Text |publisher=Cambridge University Press |url= https://books.google.com/books?id=Ww07sIWTYAAC&q=%22taming+is%22+animal&pg=PA228 |access-date=21 Januari 2016 |isbn=9781780640556}}</ref><ref name=":1">{{Cite journal|last=Driscoll|first=Carlos A.|last2=Macdonald|first2=David W.|last3=O'Brien|first3=Stephen J.|date=2009|title=From wild animals to domestic pets, an evolutionary view of domestication|url=https://pnas.org/doi/full/10.1073/pnas.0901586106|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences|language=|volume=106|issue=supplement_1|pages=9971–9978|doi=10.1073/pnas.0901586106|issn=0027-8424}}</ref> Manusia memilih hewan bersifat jinak, tetapi tanpa adanya respons evolusioner yang sesuai, domestikasi tidak tercapai.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Larson|first=Greger|last2=Fuller|first2=Dorian Q.|date=2014|title=The Evolution of Animal Domestication|url=https://www.annualreviews.org/doi/10.1146/annurev-ecolsys-110512-135813|journal=Annual Review of Ecology, Evolution, and Systematics|language=|volume=45|issue=1|pages=115–136|doi=10.1146/annurev-ecolsys-110512-135813|issn=1543-592X}}</ref> Hewan domestik belum tentu berperilaku jinak, misalnya [[sapi petarung spanyol]]. Di sisi lain, satwa liar bisa saja berperilaku jinak, seperti [[citah]] yang dipelihara sejak lahir. Hewan-hewan yang dikembangbiakkan selama beberapa generasi di penangkaran, seperti harimau, gorila, dan beruang kutub, juga bukanlah hewan domestik.<ref name=":1" /> [[Gajah asia]] merupakan satwa liar yang jinak dan menunjukkan beberapa tanda domestikasi, tetapi perkembangbiakannya tidak dikendalikan oleh manusia dan mereka tidak tergolong sebagai hewan domestik.<ref>{{cite book |last=Lair |first=R.C. |date=1997 |title=Gone Astray: The Care and Management of the Asian Elephant in Domesticity |publisher=Regional Office for Asia and the Pacific |location=Bangkok|url=https://www.fao.org/3/ac774e/ac774e00.htm}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==

Revisi per 26 April 2023 13.12

Anjing dan domba merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi.

Domestikasi hewan adalah proses perubahan karakter genetik, anatomi, fisiologis, dan perilaku hewan liar dari generasi ke generasi selama ratusan atau ribuan tahun sehingga mereka teradaptasi untuk hidup bersama manusia. Hewan domestik merupakan sebutan bagi hewan-hewan yang telah mengalami domestikasi.

Definisi

Domestikasi

Domestikasi didefinisikan sebagai "hubungan mutualistik multigenerasi yang berkelanjutan ketika satu organisme mengasumsikan tingkat pengaruh yang signifikan terhadap reproduksi dan perawatan organisme lain untuk mengamankan pasokan sumber daya yang lebih dapat diprediksi, dan ketika organisme pasangannya memperoleh keuntungan atas individu-individu yang berada di luar hubungan ini, dan hal ini menguntungkan dan sering kali meningkatkan kecocokan baik bagi organisme pendomestikasi maupun organisme yang didomestikasi."[1][2][3] Definisi ini mengakui komponen biologis dan komponen budaya dari proses domestikasi serta efeknya pada manusia dan hewan atau tumbuhan yang didomestikasi. Semua definisi domestikasi pada masa lalu telah memasukkan hubungan antara manusia dengan tumbuhan dan hewan, tetapi lebih menekankan manusia sebagai mitra utama dalam hubungan tersebut. Sementara itu, definisi baru ini mengakui hubungan mutualistik sehingga kedua organisme mendapatkan keuntungan. Domestikasi sangat meningkatkan performa reproduksi tanaman pangan, ternak, dan hewan kesayangan yang jauh melebihi nenek moyang mereka yang liar. Domestikasi juga memberi manusia sumber daya yang dapat mereka kendalikan, pindahkan, dan distribusikan ulang dengan lebih aman dan terprediksi. Hal ini kemudian menjadi keuntungan yang memicu ledakan populasi agropastoralis dan penyebarannya ke seluruh penjuru Bumi.[3]

Sebagai salah satu bentuk mutualisme, domestikasi tidak terbatas pada hubungan antara manusia dengan tumbuhan atau hewan, tetapi juga di antara organisme nonmanusia. Sebagai contoh, terdapat bukti adanya mutualisme semut–fungi yang menunjukkan bahwa semut pemotong daun melakukan domestikasi terhadap fungi tertentu.[4]

Sindrom domestikasi

Karakteristik yang digunakan untuk mendeksripsikan sindrom domestikasi pada hewan.[5]

Sindrom domestikasi adalah istilah yang awalnya digunakan untuk menggambarkan serangkaian sifat fenotipik yang muncul selama proses domestikasi yang membedakan tumbuhan domestik dari nenek moyangnya yang merupakan tumbuhan liar.[6][7] Belakangan, istilah ini juga diterapkan pada hewan. Sindrom domestikasi pada hewan di antaranya peningkatan sifat patuh dan jinak, perubahan warna dan pola mantel, pengecilan ukuran gigi, perubahan morfologi tengkorak, perubahan bentuk telinga dan ekor (misalnya telinga menjadi terkulai), siklus estrus yang lebih sering dan nonmusiman, perubahan tingkat hormon adrenokortikotropik, perubahan konsentrasi beberapa neurotransmiter, perpanjangan perilaku remaja, dan pengecilan ukuran otak secara total atau pengecilan daerah otak tertentu.[8] Meskipun demikian, serangkaian sifat yang digunakan untuk mendefinisikan sindrom domestikasi pada hewan terkadang tidak konsisten.[5]

Perbedaan dengan penjinakan

Domestikasi berbeda dengan penjinakan. Hewan jinak adalah satwa liar yang ditangkap, dipelihara, dan dilatih agar terbiasa hidup di dekat manusia. Penjinakan merupakan upaya untuk menjadikan satwa liar dapat menerima kehadiran manusia dan terkadang mampu untuk melakukan tugas tertentu, tetapi mereka tidak mengalami perubahan genetik yang berarti. Di sisi lain, domestikasi merupakan modifikasi genetik permanen pada suatu garis keturunan hewan sehingga predisposisi mereka terhadap manusia dapat diwariskan.[9][10] Manusia memilih hewan bersifat jinak, tetapi tanpa adanya respons evolusioner yang sesuai, domestikasi tidak tercapai.[11] Hewan domestik belum tentu berperilaku jinak, misalnya sapi petarung spanyol. Di sisi lain, satwa liar bisa saja berperilaku jinak, seperti citah yang dipelihara sejak lahir. Hewan-hewan yang dikembangbiakkan selama beberapa generasi di penangkaran, seperti harimau, gorila, dan beruang kutub, juga bukanlah hewan domestik.[10] Gajah asia merupakan satwa liar yang jinak dan menunjukkan beberapa tanda domestikasi, tetapi perkembangbiakannya tidak dikendalikan oleh manusia dan mereka tidak tergolong sebagai hewan domestik.[12]

Sejarah

Domestikasi hewan dan tumbuhan dipicu oleh perubahan iklim dan lingkungan yang terjadi setelah puncak Glasial Maksimum Terakhir sekitar 21.000 tahun yang lalu dan terus berlanjut hingga saat ini. Perubahan ini membuat manusia sulit mendapatkan makanan. Hewan domestik pertama adalah anjing (Canis lupus familiaris) yang merupakan hasil domestikasi dari serigala (Canis lupus) setidaknya sekitar 15.000 tahun yang lalu. Zaman Dryas Terkini yang terjadi 12.900 tahun lalu merupakan periode yang sangat dingin dan gersang yang menekan manusia untuk mengintensifkan strategi mereka dalam mencari makanan. Pada awal kala Holosen 11.700 tahun yang lalu, kondisi iklim menjadi lebih menguntungkan sehingga populasi manusia meningkat. Mereka kemudian melakukan domestikasi hewan dan tumbuhan berskala kecil, yang memungkinkan manusia menambah persediaan makanan yang telah mereka peroleh melalui perburuan-pengumpulan.[13]

Meningkatnya penerapan pertanian dan berlanjutnya domestikasi spesies selama Revolusi Neolitikum mengawali pergeseran evolusi, ekologi, dan demografi manusia, hewan, dan tumbuhan secara cepat.[14][11] Daerah-daerah yang memiliki pertanian yang luas kemudian mengalami urbanisasi,[14] pertambahan kepadatan penduduk,[14][15] perluasan ekonomi, dan menjadi pusat domestikasi hewan dan tumbuhan.[14][16][17]

Di kawasan Hilal Subur 10.000–11.000 tahun yang lalu, zooarkeologi menunjukkan bahwa domba, kambing, babi, dan sapi eropa merupakan hewan-hewan ternak yang pertama didomestikasi. Para arkeolog juga menemukan kuburan tua berusia sekitar 9.500 tahun di Siprus yang berisi manusia dewasa bersama kerangka kucing.[18] Dua ribu tahun kemudian, sapi zebu berpunuk didomestikasi di tempat yang sekarang disebut Balochistan di Pakistan. Di Asia Timur sekitar 8.000 tahun yang lalu, babi didomestikasi dari babi hutan yang secara genetik berbeda dari babi yang ditemukan di Hilal Subur. Sementara itu, kuda didomestikasi di stepa Asia Tengah sekitar 5.500 tahun yang lalu, sedangkan ayam didomestikasi di Asia Tenggara sekitar 4.000 tahun yang lalu.[13]

Referensi

  1. ^ Zeder, Melinda A. (2015). "Core questions in domestication research". Proceedings of the National Academy of Sciences. 112 (11): 3191–3198. doi:10.1073/pnas.1501711112. ISSN 0027-8424. PMC 4371924alt=Dapat diakses gratis. PMID 25713127. 
  2. ^ Zeder, Melinda A. (2014). Smith, Claire, ed. Domestication: Definition and Overview. New York, NY: Springer New York. hlm. 2184–2194. doi:10.1007/978-1-4419-0465-2_71. ISBN 978-1-4419-0426-3. 
  3. ^ a b Zeder, Melinda A. (2012). "The Domestication of Animals". Journal of Anthropological Research. 68 (2): 161–190. doi:10.3998/jar.0521004.0068.201. ISSN 0091-7710. 
  4. ^ Mueller, Ulrich G.; Rehner, Stephen A.; Schultz, Ted R. (1998). "The Evolution of Agriculture in Ants". Science. 281 (5385): 2034–2038. doi:10.1126/science.281.5385.2034. ISSN 0036-8075. 
  5. ^ a b Lord, Kathryn A.; Larson, Greger; Coppinger, Raymond P.; Karlsson, Elinor K. (2020). "The History of Farm Foxes Undermines the Animal Domestication Syndrome". Trends in Ecology & Evolution. 35 (2): 125–136. doi:10.1016/j.tree.2019.10.011. 
  6. ^ Hammer, Karl (1984). "Das Domestikationssyndrom". Die Kulturpflanze (dalam bahasa Jerman). 32 (1): 11–34. doi:10.1007/BF02098682. ISSN 0075-7209. 
  7. ^ Olsen, Kenneth M.; Wendel, Jonathan F. (2013). "A Bountiful Harvest: Genomic Insights into Crop Domestication Phenotypes". Annual Review of Plant Biology. 64 (1): 47–70. doi:10.1146/annurev-arplant-050312-120048. ISSN 1543-5008. 
  8. ^ Wilkins, Adam S; Wrangham, Richard W; Fitch, W Tecumseh (2014). "The "Domestication Syndrome" in Mammals: A Unified Explanation Based on Neural Crest Cell Behavior and Genetics". Genetics. 197 (3): 795–808. doi:10.1534/genetics.114.165423. ISSN 1943-2631. 
  9. ^ Price, Edward O. (2008). Principles and Applications of Domestic Animal Behavior: An Introductory Text. Cambridge University Press. ISBN 9781780640556. Diakses tanggal 21 Januari 2016. 
  10. ^ a b Driscoll, Carlos A.; Macdonald, David W.; O'Brien, Stephen J. (2009). "From wild animals to domestic pets, an evolutionary view of domestication". Proceedings of the National Academy of Sciences. 106 (supplement_1): 9971–9978. doi:10.1073/pnas.0901586106. ISSN 0027-8424. 
  11. ^ a b Larson, Greger; Fuller, Dorian Q. (2014). "The Evolution of Animal Domestication". Annual Review of Ecology, Evolution, and Systematics. 45 (1): 115–136. doi:10.1146/annurev-ecolsys-110512-135813. ISSN 1543-592X. 
  12. ^ Lair, R.C. (1997). Gone Astray: The Care and Management of the Asian Elephant in Domesticity. Bangkok: Regional Office for Asia and the Pacific. 
  13. ^ a b McHugo, Gillian P.; Dover, Michael J.; MacHugh, David E. (2019). "Unlocking the origins and biology of domestic animals using ancient DNA and paleogenomics". BMC Biology. 17 (1): 98. doi:10.1186/s12915-019-0724-7. ISSN 1741-7007. 
  14. ^ a b c d MacHugh, David E.; Larson, Greger; Orlando, Ludovic (2017). "Taming the Past: Ancient DNA and the Study of Animal Domestication". Annual Review of Animal Biosciences. 5 (1): 329–351. doi:10.1146/annurev-animal-022516-022747. ISSN 2165-8102. 
  15. ^ Bocquet-Appel, Jean-Pierre (2011). "When the World's Population Took Off: The Springboard of the Neolithic Demographic Transition". Science. 333 (6042): 560–561. doi:10.1126/science.1208880. ISSN 0036-8075. 
  16. ^ Fuller, Dorian Q; Willcox, George; Allaby, Robin G. (2011). "Cultivation and domestication had multiple origins: arguments against the core area hypothesis for the origins of agriculture in the Near East". World Archaeology. 43 (4): 628–652. ISSN 0043-8243. 
  17. ^ Zeder, Melinda A.; Emshwiller, Eve; Smith, Bruce D.; Bradley, Daniel G. (2006). "Documenting domestication: the intersection of genetics and archaeology". Trends in Genetics. 22 (3): 139–155. doi:10.1016/j.tig.2006.01.007. 
  18. ^ Driscoll, Carlos A.; Clutton-Brock, Juliet; Kitchener, Andrew C.; O'Brien, Stephen J. (2009). "The Taming of the Cat". Scientific American. 300 (6): 68–75. doi:10.1038/scientificamerican0609-68. ISSN 0036-8733.