Lompat ke isi

Nitroselulosa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kscentro (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor
Kscentro (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31: Baris 31:


Di luar bidang laboratorium dan aplikasi ilmiah, nitroselulosa digunakan untuk melapisi [[kartu remi]] dan untuk mengikat [[Staples (alat)|staples]] di [[stapler]] kantor.
Di luar bidang laboratorium dan aplikasi ilmiah, nitroselulosa digunakan untuk melapisi [[kartu remi]] dan untuk mengikat [[Staples (alat)|staples]] di [[stapler]] kantor.

=== Penggunaan untuk hobi ===
Pada 1851, Frederick Scott Archer memperkenalkan [[proses kolodion]] basah sebagai pengganti [[putih telur]] dalam emulsi [[fotografi]] awal. Proses ini melibatkan pengikatan halida perak yang peka cahaya ke pelat kaca dengan menggunakan larutan nitroselulosa.<ref>{{Cite web|last=Leggat|first=R.|title=The Collodion Process|url=http://www.rleggat.com/photohistory/history/collodio.htm|website=A History of Photography}}</ref>

Kertas kilat [[Sulap|pesulap]] adalah lembaran kertas atau kain yang terdiri atas nitroselulosa, yang menyala seketika dengan kilatan cahaya yang terang dan tidak meninggalkan residu.

Nitroselulosa dapat digunakan sebagai media untuk bantalan sekali pakai kriptografi, memastikan pembuangan bantalan yang lengkap, aman, dan efisien.

Untuk membuat piringan hitam unik yang digunakan sebagai master untuk pengepresan atau untuk dimainkan di klub dansa, pernis nitroselulosa dilapiskan pada cakram aluminium atau kaca, diikuti dengan pemotongan alur dengan mesin bubut. Piringan hitam ini biasanya disebut sebagai cakram asetat.

Tingkat esterifikasi nitroselulosa bervariasi, tergantung pada proses pembuatannya. Bola [[tenis meja]], pick gitar, dan film fotografi tertentu memiliki tingkat esterifikasi yang relatif rendah, sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih lambat dengan sebagian residu yang hangus.

Pada 1846, ditemukan bahwa selulosa yang diolah dengan nitrat dapat dilarutkan dalam eter dan alkohol. Larutan ini, yang dikenal sebagai collodion, dengan cepat digunakan sebagai pembalut luka.<ref>{{cite journal|last=Schönbein|first=C. F.|date=1849|title=On ether glue or ''liquor constringens''; and its uses in surgery|url=https://books.google.com/books?id=ORZAAAAAcAAJ&pg=PA289|journal=The Lancet|volume=1|issue=1333|pages=289–290|doi=10.1016/s0140-6736(02)66777-7}}</ref><ref>{{cite journal|last=Maynard|first=John Parker|date=1848|title=Discovery and application of the new liquid adhesive plaster|url=https://books.google.com/books?id=tNI9AQAAMAAJ&pg=RA1-PA178|journal=The Boston Medical and Surgical Journal|volume=38|issue=9|pages=178–183|doi=10.1056/nejm184803290380903}}</ref>


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 20 Mei 2023 02.40

Nitroselulosa, yang juga disebut dengan berbagai nama seperti selulosa nitrat, kertas kilat, kapas kilat, guncotton, piroksilin, dan benang kilat, adalah zat yang sangat mudah terbakar yang dihasilkan dari nitrasi selulosa menggunakan kombinasi asam nitrat dan asam sulfat. Penggunaan awal yang cukup penting yaitu sebagai guncotton, yang berfungsi sebagai pengganti mesiu dalam senjata api sebagai bahan pendorong (propelan). Selain itu, nitroselulosa juga digunakan sebagai bahan peledak tingkat rendah di pertambangan dan industri lainnya, menggantikan mesiu. Pemanfaatan penting lainnya yaitu dalam bentuk kolodion, di mana senyawa memainkan peran penting sebagai komponen dalam emulsi fotografi awal. Inovasi ini sangat merevolusi bidang fotografi selama tahun 1860-an.

Produksi

Proses mengubah selulosa menjadi nitroselulosa melibatkan kombinasi asam nitrat dan asam sulfat.[1] Kualitas selulosa yang digunakan dalam proses ini sangat penting, karena nitroselulosa kualitas lebih rendah diperoleh ketika masih terdapat hemiselulosa, lignin, pentosan, dan garam mineral. Secara kimiawi, nitroselulosa tidak diklasifikasikan sebagai senyawa nitro, melainkan sebagai ester nitrat. Unit pengulangan glukosa dalam rantai selulosa memiliki tiga gugus hidroksil (OH), yang masing-masing dapat membentuk ester nitrat. Ini berarti bahwa nitroselulosa dapat merujuk pada mononitroselulosa, dinitroselulosa, trinitroselulosa, atau campuran dari bentuk-bentuk ini. Berbeda dengan selulosa induk, nitroselulosa memiliki lebih sedikit gugus OH sehingga tidak membentuk ikatan hidrogen, yang mengakibatkan senyawa larut dalam pelarut organik seperti aseton, etil asetat, metil asetat, dan etil karbonat.[2] Nitroselulosa dinitrat biasanya digunakan dalam pembuatan pernis, sedangkan untuk bahan peledak terutama terdiri dari bentuk trinitrat.[3][4]

Persamaan kimia untuk pembentukan trinitrat adalah

3 HNO 3 + C 6 H 7 (OH) 3 O 2 H2 SO 4 → C 6 H 7 (ONO 2 ) 3 O 2 + 3 H2O

Sekitar 85% selulosa yang digunakan dalam proses tersebut diubah menjadi nitroselulosa, sedangkan sisanya hilang karena oksidasi selulosa secara menyeluruh, yang menghasilkan pembentukan asam oksalat.

Penggunaan

Selulosa nitrat terutama digunakan dalam produksi pernis dan pelapis, bahan peledak, dan seluloid.[5]

Pernis dan pelapis

Dalam hal pernis dan pelapis, nitroselulosa bersifat mudah larut dalam pelarut organik. Ketika pelarut ini menguap, mereka meninggalkan film yang fleksibel, tidak berwarna, dan transparan.[3] Pernis nitroselulosa telah banyak digunakan sebagai pelapis akhir untuk furnitur dan alat musik.[6] Pernis ini dapat digunakan sebagai pelapis bening pada gitar bercorak kayu, memberikan penampilan yang mengkilap dan berkilau. Selain itu, ketika dilarutkan dalam aseton sekitar 25%, nitroselulosa (Guncotton) membentuk pernis yang digunakan pada tahap awal finishing kayu. Pernis ini membantu menciptakan hasil akhir yang tahan lama dan sangat mengkilap.[7] Biasanya, pernis ini diaplikasikan sebagai lapisan pertama, diikuti dengan pengamplasan dan aplikasi lapisan berikutnya yang melekat padanya.

Cat kuku terbuat dari pernis nitroselulosa, karena murah, cepat kering, dan tidak merusak kulit.[8]

Bahan peledak

Penggunaan nitroselulosa dalam aplikasi bahan peledak cukup beragam. Dibandingkan dengan aplikasinya sebagai pelapis, aplikasi propelan biasanya memiliki kandungan nitrat yang lebih tinggi.[5] Nitroselulosa telah digunakan oleh Copenhagen Suborbitals dalam berbagai misi yang berkaitan dengan penerbangan luar angkasa. Bahan ini digunakan untuk membuang komponen roket atau kapsul luar angkasa dan untuk menggunakan sistem pemulihan. Namun, setelah melakukan beberapa misi dan penerbangan, ditemukan bahwa nitroselulosa tidak menunjukkan sifat eksplosif yang diinginkan di lingkungan yang hampir vakum.[9] Contohnya terjadi pada 2014 ketika pendarat komet Philae gagal menggunakan tombak karena tidak berhasil menembakkan 0,3 gram bahan bakar pendorong nitroselulosa selama pendaratan.[10]

Penggunaan laboratorium

Nitroselulosa, dalam bentuk jala yang terdiri dari benang dengan porositas yang berbeda, dapat digunakan dalam prosedur laboratorium untuk menahan partikel dan menangkap sel dalam larutan cair atau gas. Ini juga digunakan untuk mendapatkan filtrat bebas partikel.[11]

Dalam teknik biologi molekuler seperti Southern blots dan Northern blots, membran lengket yang disebut slide nitroselulosa, membran nitroselulosa, atau kertas nitroselulosa digunakan untuk imobilisasi asam nukleat. Demikian pula, dalam Western blots dan mikroskop gaya atom,[12] digunakan untuk imobilisasi protein karena afinitasnya yang tidak spesifik untuk asam amino. Nitroselulosa banyak digunakan sebagai bahan pendukung dalam tes diagnostik yang melibatkan pengikatan antigen-antibodi, seperti tes kehamilan, tes U-albumin, dan tes CRP. Kehadiran glisin dan ion klorida meningkatkan efisiensi transfer protein.

Nitroselulosa juga digunakan dalam tes radon yang mengandalkan etsa jalur alfa. Selain itu, Adolph Noé mengembangkan metode yang menggunakan nitroselulosa untuk mengupas bola batu bara.[13]

Di luar bidang laboratorium dan aplikasi ilmiah, nitroselulosa digunakan untuk melapisi kartu remi dan untuk mengikat staples di stapler kantor.

Penggunaan untuk hobi

Pada 1851, Frederick Scott Archer memperkenalkan proses kolodion basah sebagai pengganti putih telur dalam emulsi fotografi awal. Proses ini melibatkan pengikatan halida perak yang peka cahaya ke pelat kaca dengan menggunakan larutan nitroselulosa.[14]

Kertas kilat pesulap adalah lembaran kertas atau kain yang terdiri atas nitroselulosa, yang menyala seketika dengan kilatan cahaya yang terang dan tidak meninggalkan residu.

Nitroselulosa dapat digunakan sebagai media untuk bantalan sekali pakai kriptografi, memastikan pembuangan bantalan yang lengkap, aman, dan efisien.

Untuk membuat piringan hitam unik yang digunakan sebagai master untuk pengepresan atau untuk dimainkan di klub dansa, pernis nitroselulosa dilapiskan pada cakram aluminium atau kaca, diikuti dengan pemotongan alur dengan mesin bubut. Piringan hitam ini biasanya disebut sebagai cakram asetat.

Tingkat esterifikasi nitroselulosa bervariasi, tergantung pada proses pembuatannya. Bola tenis meja, pick gitar, dan film fotografi tertentu memiliki tingkat esterifikasi yang relatif rendah, sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih lambat dengan sebagian residu yang hangus.

Pada 1846, ditemukan bahwa selulosa yang diolah dengan nitrat dapat dilarutkan dalam eter dan alkohol. Larutan ini, yang dikenal sebagai collodion, dengan cepat digunakan sebagai pembalut luka.[15][16]

Pranala luar

Referensi

  1. ^ "How to make flash paper and flash cotton from household products". vadcpa.com/Val/Projects.php (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-11. 
  2. ^ Williams, Marc A. (2015). Wildlife toxicity assessments for chemicals of military concern. Amsterdam: Elsevier. ISBN 978-0-12-800020-5. 
  3. ^ a b Wiley‐VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, ed. (2000-06-15). Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). Wiley. doi:10.1002/14356007.a05_419.pub2. ISBN 978-3-527-30385-4. 
  4. ^ Urbanski, Tadeusz (1965). Chemistry and Technology of Explosives. 1. Oxford: Pergamon Press. hlm. 20–21. 
  5. ^ a b Saunders, C. W.; Taylor, L. T. (1990-09). "A review of the synthesis, chemistry and analysis of nitrocellulose". Journal of Energetic Materials (dalam bahasa Inggris). 8 (3): 149–203. doi:10.1080/07370659008012572. ISSN 0737-0652. 
  6. ^ "What is "stand damage"?". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-30. Diakses tanggal 2008-01-15. 
  7. ^ "Nitrocellulose". Dow Chemical. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-22. Diakses tanggal 2014-01-19. 
  8. ^ Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry, Weinheim: Wiley-VCH, 2005, doi:10.1002/14356007.a24_219 
  9. ^ Bengtson, Kristian von (2013-10-21). "In Space No One Can Hear your Nitrocellulose Explode". Wired. 
  10. ^ Djursing, Thomas (13 November 2014). "ESA skrev til danske raketbyggere om eksplosiv-problem på Philae" [ESA wrote to Danish rocket builders about explosive problem on Philae]. Ingeniøren (dalam bahasa Dansk). Diakses tanggal 13 November 2014. 
  11. ^ "Sartorius Membrane filters". 
  12. ^ Kreplak, L.; et al. (2007). "Atomic Force Microscopy of Mammalian Urothelial Surface". Journal of Molecular Biology. 374 (2): 365–373. doi:10.1016/j.jmb.2007.09.040. PMC 2096708alt=Dapat diakses gratis. PMID 17936789. 
  13. ^ Kraus, E. J. (September 1939). "Adolf Carl Noe". Botanical Gazette. 101 (1): 231. Bibcode:1939Sci....89..379C. doi:10.1086/334861. JSTOR 2472034. 
  14. ^ Leggat, R. "The Collodion Process". A History of Photography. 
  15. ^ Schönbein, C. F. (1849). "On ether glue or liquor constringens; and its uses in surgery". The Lancet. 1 (1333): 289–290. doi:10.1016/s0140-6736(02)66777-7. 
  16. ^ Maynard, John Parker (1848). "Discovery and application of the new liquid adhesive plaster". The Boston Medical and Surgical Journal. 38 (9): 178–183. doi:10.1056/nejm184803290380903.