Sri Isyana Tunggawijaya: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 2: | Baris 2: | ||
|name = Isyana Tunggawijaya |
|name = Isyana Tunggawijaya |
||
|title = Sri Isyana Tunggawijaya |
|title = Sri Isyana Tunggawijaya |
||
|succession = Ratu [[Medang]]ke-18 |
|succession = Ratu [[Medang]] ke-18 |
||
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]] |
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]] |
||
|predecessor = [[Mpu Sindok]] |
|predecessor = [[Mpu Sindok]] |
Revisi terkini sejak 25 Mei 2023 14.32
Isyana Tunggawijaya | |
---|---|
Sri Isyana Tunggawijaya | |
Ratu Medang ke-18 | |
Berkuasa | 947 - ? |
Pendahulu | Mpu Sindok |
Penerus | Makutawangsawardhana |
Keturunan | Makutawangsawardhana |
Wangsa | Isyana |
Ayah | Mpu Sindok |
Agama | Hindu |
Sri Isyana Tunggawijaya adalah raja perempuan Kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah berdampingan bersama dengan suaminya yang bernama Sri Lokapala. Namanya menjadi dasar nama wangsa Isyana sebuah dinasti yang didirikan oleh ayahnya Mpu Sindok, Raja pertama Medang periode Jawa Timur. Sri Isyana Tunggawijaya adalah ratu Kerajaan Medang yang memerintah sejak tahun 947.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sri Isyana Tunggawijaya merupakan putri dari Mpu Sindok, yaitu raja yang telah memindahkan istana Kerajaan Medang dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Kompleks Petirtaan Jalatunda yang merupakan kawasan petirtaan yang dibangun sejak masa Medang periode Jawa Timur terletak di kaki barat Bukit Bekel, salah satu "gunung pendamping" Gunung Penanggungan diduga dibangun pada masa pemerintahan Sri Isyana Tunggawijaya dan suaminya Sri Lokapala yang merupakan seorang bangsawan dari pulau Bali.
Tidak banyak diketahui tentang masa pemerintahannya, tidak diketahui pula dengan pasti kapan pemerintahan Sri Isyana Tunggawijaya dan Sri Lokapala berakhir. Menurut Prasasti Pucangan, yang menjadi raja selanjutnya adalah putera mereka yang bernama Sri Makuthawangsawardhana.
Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]- Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
- Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
- Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
Didahului oleh: Mpu Sindok |
Raja Kerajaan Medang 947 – ? |
Diteruskan oleh: Sri Makuthawangsawardhana |