Sunan Giri: Perbedaan antara revisi
SebutirDebu (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 38: | Baris 38: | ||
Sunan Giri memiliki beberapa nama, yakni '''Raden Paku''', '''Prabu Satmata''', '''Sultan Abdul Faqih''', '''Raden 'Ainul Yaqin''' dan '''Joko Samudro'''. Ia lahir di [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] tahun 1442 dan dimakamkan di desa Giri, Kebomas Gresik. |
Sunan Giri memiliki beberapa nama, yakni '''Raden Paku''', '''Prabu Satmata''', '''Sultan Abdul Faqih''', '''Raden 'Ainul Yaqin''' dan '''Joko Samudro'''. Ia lahir di [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] tahun 1442 dan dimakamkan di desa Giri, Kebomas Gresik. |
||
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam |
|||
2. Fatimah dan Ali |
|||
3. Hasan Assibthi |
|||
4. Hasan Al-Mutsanna |
|||
5. Abdullah Al-Mahdi |
|||
6. Musa Al-Jun |
|||
7. Abdullah Abul Makarim |
|||
8. Musa Ats-Tsani |
|||
9. Dawud Al-Makki |
|||
10. Muhammad Al-Madani |
|||
11. Yahya Az-Zahid |
|||
12. Abdullah Al-Jili |
|||
13. Musa Janki Dausat |
|||
14. Abdul Qadir Al-Jailani |
|||
15. Saleh |
|||
16. Abdul Aziz |
|||
17. Abdurrazaq |
|||
18. Abdul Jabbar |
|||
19. Syu'aib |
|||
20. Abdul Qadir |
|||
21. Junaid |
|||
22. Maulana Ishaq |
|||
23. Maulana Ya'qub |
|||
24. Maulana Muhammad Ainul Yaqin (Sunan Giri) |
|||
== Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan == |
== Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan == |
Revisi per 30 Mei 2023 13.46
Artikel ini sebagian besar atau seluruhnya berasal dari satu sumber. |
Sunan Giri I | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Muhammad 'Ainul Yaqīn / Raden Paku 1442 |
Meninggal | 1506 |
Agama | Islam |
Pasangan |
|
Anak | Pernikahan dengan Dewi Murtasiyah Asyiqah:
Pernikahan dengan Dewi Wardah
|
Orang tua |
|
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai | Wali Songo |
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Maulana Ishaq |
Penerus | Sunan Dalem |
Sunan Giri adalah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Kabupaten Gresik. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Sunan Giri memiliki beberapa nama, yakni Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudro. Ia lahir di Blambangan tahun 1442 dan dimakamkan di desa Giri, Kebomas Gresik.
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
2. Fatimah dan Ali
3. Hasan Assibthi
4. Hasan Al-Mutsanna
5. Abdullah Al-Mahdi
6. Musa Al-Jun
7. Abdullah Abul Makarim
8. Musa Ats-Tsani
9. Dawud Al-Makki
10. Muhammad Al-Madani
11. Yahya Az-Zahid
12. Abdullah Al-Jili
13. Musa Janki Dausat
14. Abdul Qadir Al-Jailani
15. Saleh
16. Abdul Aziz
17. Abdurrazaq
18. Abdul Jabbar
19. Syu'aib
20. Abdul Qadir
21. Junaid
22. Maulana Ishaq
23. Maulana Ya'qub
24. Maulana Muhammad Ainul Yaqin (Sunan Giri)
Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan
Menurut Hoesein Djajadiningrat dalam Sadjarah Banten (1983), Nyai Pinatih adalah janda kaya raya di Gresik, bersuami Koja Mahdum Syahbandar, seorang asing di Majapahit. Nama Pinatih sendiri sejatinya berkaitan dengan nama keluarga dari Ksatria Manggis di Bali (Eiseman, 1988), yang merupakan keturunan penguasa Lumajang, Menak Koncar, salah seorang keluarga Maharaja Majapahit yang awal sekali memeluk Islam.[1]
Bayi yang tersangkut di kapal itu diambil oleh awak kapal dan diserahkan kepada Nyai Pinatih yang kemudian memungutnya menjadi anak angkat. Karena ditemukan di laut, maka bayi itu dinamai Jaka Samudra. Setelah cukup umur, Jaka Samudra dikirim ke Ampeldenta untuk berguru kepada Sunan Ampel. Menurut Babad Tanah Jawi, sesuai pesan Maulana Ishak, oleh Sunan Ampel nama Jaka Samudra diganti menjadi Raden Paku.
Dakwah dan kesenian
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Giri. Dalam Babad Tanah Jawi, dikisahkan bahwa Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim pernah bermaksud pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu sekaligus berhaji. Namun, keduanya hanya sampai di Malaka dan bertemu dengan Maulana Ishak, ayah kandung Raden Paku. Keduanya diberi pelajaran tentang berbagai macam ilmu keislaman, termasuk ilmu tasawuf. Di dalam sumber yang dicatat pada silsilah Bupati Gresik pertama bernama Kyai Tumenggung Pusponegoro, terdapat silsilah tarekat Syathariyah yang menyebut nama Syaikh Maulana Ishak dan Raden Paku Sunan Giri sebagai guru Tarekat Syathariyah, yang menunjuk bahwa aliran tasawuf yang diajarkan Maulana Ishak dan Raden Paku adalah Tarekat Syathariyah.udian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera (terutama bagian selatan) dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.
Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.
Referensi
- ^ Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016, 206.