Lompat ke isi

Stasiun kereta api: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
TXiKiBoT (bicara | kontrib)
k bot Menambah: et:Raudteejaam
Baris 22: Baris 22:
# [[Stasiun Surabaya Gubeng]]
# [[Stasiun Surabaya Gubeng]]
# [[Stasiun Surabaya Pasarturi]]
# [[Stasiun Surabaya Pasarturi]]

==Peron Stasiun==
====Peron Lama (sebelum Perang Dunia II)====

====Peron Baru (setelah Proklamasi)====



== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 14 Juli 2009 04.17

Stasiun kereta api adalah tempat di mana para penumpang dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api.

Stasiun kereta api umumnya terdiri atas tempat penjualan tiket, peron atau ruang tunggu, ruang kepala stasiun, dan ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya. Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu, restoran, toilet, mushalla, area parkir, sarana keamanan (polisi khusus kereta api), sarana komunikasi, depo lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter.

Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu pada ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antar kereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Pada stasiun besar, umumnya memiliki lebih dari 4 jalur yang juga berguna untuk keperluan langsir. Pada halte umumnya tidak diberi jalur tambahan serta percabangan. Pada masa lalu, setiap stasiun memiliki pompa dan tangki air serta jembatan putar yang dibutuhkan pada masa kereta api masih ditarik oleh lokomotif uap.

Karena keberadaan stasiun kereta api umumnya bersamaan dengan keberadaan sarana kereta api di Indonesia yang dibangun pada masa zaman Belanda, maka kebanyakan stasiun kereta api merupakan bangunan lama yang dibangun pada masa itu. Sebagian direstorasi dan diperluas, sedangkan sebagian yang lain ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Kebanyakan kota besar, kota kabupaten, dan bahkan kecamatan di Jawa dihubungkan dengan jalur kereta api sehingga di kota-kota tersebut selalu dilengkapi dengan stasiun kereta api.

Stasiun besar di Jawa

  1. Stasiun Jakarta Kota
  2. Stasiun Tanjung Priok
  3. Stasiun Jatinegara
  4. Stasiun Manggarai
  5. Stasiun Pasar Senen
  6. Stasiun Bogor
  7. Stasiun Bandung
  8. Stasiun Yogyakarta
  9. Stasiun Solo Balapan
  10. Stasiun Semarang Tawang
  11. Stasiun Cirebon
  12. Stasiun Surabaya Kota
  13. Stasiun Surabaya Gubeng
  14. Stasiun Surabaya Pasarturi

Peron Stasiun

Peron Lama (sebelum Perang Dunia II)

Peron Baru (setelah Proklamasi)

Pranala luar

Galeri