Johannes Warneck: Perbedaan antara revisi
k garis bawah |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 29: | Baris 29: | ||
{{Ephorus HKBP}} |
{{Ephorus HKBP}} |
||
{{Authority control}} |
|||
[[Kategori:Misionaris di Indonesia]] |
[[Kategori:Misionaris di Indonesia]] |
||
[[Kategori:Huria Kristen Batak Protestan]] |
[[Kategori:Huria Kristen Batak Protestan]] |
Revisi per 26 Juni 2023 08.29
Ompu i Dr. (H. C.) Johannes Warneck | |
---|---|
Ephorus HKBP ke-2 | |
Masa jabatan 1920–1932 | |
Pengganti P. Landgrebe | |
Direktur RMG | |
Masa jabatan 1932–1937 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Dommitzsch, Sachsen, Jerman | 4 Maret 1867
Meninggal | 1 September 1944 Bad Salzuflen, Jerman | (umur 77)
Kebangsaan | Jerman |
Suami/istri | Maria Gertrud Winkler |
Anak | 5 |
Orang tua |
|
Sunting kotak info • L • B |
Dr. (H.C.) Johannes Warneck adalah seorang pendeta, misionaris, dan Ephorus HKBP ke-2.[a] Ia ditahbiskan sebagai pendeta pada 1892 dan diutus sebagai misionaris ke Tanah Batak oleh RMG.[1] Pada tahun 1893, Warneck memulai karya misinya di Nainggolan, Samosir. Ia memperlebar karya misinya hingga ke Balige, Toba pada 1895. Kemudian, ia dipanggil sebagai pengajar untuk membantu Pdt. Peter Hinrich Johannsen di Seminari Pansur Napitu pada 1896. Warneck mengisi posisi yang ditinggalkan Pdt. Jacobus Henricus Meerwaldt pulang ke Belanda. Warneck datang bersama istrinya, Gertrud Winkler, dan kedua putrinya, Elisabeth dan Kaitie.[2]
Peranan
Seminari dan gereja
Warneck mengajar di Seminari Pansur Napitu sejak tahun 1896. Pada 11 Januari 1898, P. H. Johansen meninggal dunia, sehingga seminari dikelola oleh Warneck sendirian. Seminari ini kemudian dipindahkan oleh Warneck ke tempat yang lebih besar di Sipoholon pada 1901. Ia mengajar di sana hingga tahun 1908. Seusai mengajar di Sipoholon, Warneck sempat kembali ke Jerman dan memimpin misi RMG untuk Afrika pada 1911. Setelah itu, Warneck mengajar sebagai dosen ilmu misiologi di Jerman mulai tahun 1912 hingga 1918. Pada tahun 1919, ia kembali ke Tanah Batak untuk menggantikan posisi Nommensen sebagai ephorus.
Di seminari dan gereja, Warneck menggunakan kitab Perjanjian Lama berbahasa Batak terjemahan Nommensen dan kitab Perjanjian Baru berbahasa Batak terjemahan Johansson. Selain itu, Warneck juga menggunakan Katekismus Marthin Luther berbahasa Batak terjemahan Nommensen.
Majalah
Selain mengelola seminari, Warneck juga pernah memimpin majalah Surat Parsaoran Immanuel. Majalah ini merupakan sarana bagi jemaat-jemaat Kristen Batak untuk memberi kesaksian tentang perkembangan mereka masing-masing.
Buku rohani
Untuk melengkapi kebutuhan gereja yang sedang berkembang, Warneck mengarang beberapa buku rohani, di antaranya Jamita Huria dan Surat ni Markus (tafsir Injil Markus) pada 1893.
Budaya Batak
Setelah banyak orang Batak yang menjadi Kristen, beberapa di antara artefak Batak ada yang dibuang dan dibakar. Untuk meminimalisasinya, Warneck mendirikan museum pribadi khusus menyimpan artefak-artefak Batak. Ia juga menuliskan buku tentang kebudayaan Batak seperti Studien Ueber die Literatur der Tobabatak (1899), Umpama Batak (1902), Ilmu Bumi Asia (1905), dan Tobabataksch-deutsches Woerterbuch (1905).
Penghargaan
Atas jasa besarnya bagi Tanah Batak, nama Johannes Warneck diabadikan sebagai nama salah satu ruas jalan di Nainggolan, Samosir.[3]
Catatan
- ^ Butuh konfirmasi. Dalam catatan HKBP, Johannes Warneck dituliskan sebagai ephorus ketiga. Valentin Kessel, penjabat ephorus setelah kematian Nommensen, dihitung sebagai ephorus kedua.
Referensi
- ^ "Warneck, Johannes (1867-1944) | History of Missiology". www.bu.edu. Diakses tanggal 2022-06-29.
- ^ Widagdo, Handoko (2018-12-03). "Menjadi Manusia Merdeka - Urban - www.indonesiana.id". Indonesiana (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-29.
- ^ Samosir, Kominfo (2020-08-03). "PEMKAB SAMOSIR SERAHKAN SK PENETAPAN NAMA JALAN PASTOR RADBOUD WATERREUS DI PANGURURAN". Kabupaten Samosir (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-07-19.