Lompat ke isi

Kota Bitung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jazle (bicara | kontrib)
k adjust pranala
Alexbot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: de:Bitung
Baris 45: Baris 45:
[[Kategori:Kota Bitung| ]]
[[Kategori:Kota Bitung| ]]


[[de:Bitung]]
[[en:Bitung]]
[[en:Bitung]]
[[fr:Bitung]]
[[fr:Bitung]]

Revisi per 1 Agustus 2009 12.29

Kota Bitung
Daerah tingkat II
Motto: 
-
Berkas:Peta manado.jpg
Peta
Kota Bitung di Sulawesi
Kota Bitung
Kota Bitung
Peta
Kota Bitung di Indonesia
Kota Bitung
Kota Bitung
Kota Bitung (Indonesia)
Koordinat: 1°26′50″N 125°11′52″E / 1.4472222°N 125.1977778°E / 1.4472222; 125.1977778
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
Tanggal berdiri15 Agustus 1990
Dasar hukumUndang-undang Nomor 7 Tahun 1990
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 8
  • Kelurahan: -
Pemerintahan
 • BupatiHanny Sondakh
Luas
 • Total1,583 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total175,137 jiwa
Demografi
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
7172 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0438
Kode Kemendagri71.72 Edit nilai pada Wikidata
DAU-
Situs webwww.bitung.go.id


Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong percepatan pembangunan.

Sejarah

Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama yang memberikan nama Bitung adalah Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan Tundu'an atau pemimpin. Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong. Pengertian kata Dotu adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata Datuk bagi orang kepulauan Sumatera. Mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu Tumani Bitung, mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari Suku Minahasa, etnis Tonsea. Makam dan Prasasti dari Dotu Hermanus Sompotan dapat kita temui di pusat Kota Bitung yang merupakan bagian dari peninggalan sejarah berdirinya Kota Bitung yang tidak dapat dilupakan sepanjang masa. Seiring sejalan, kini para anak dan keturunannya banyak berdomisili di daerah yang disebut Aer Tembaga.

Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua (Lurah) pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan. Arklaus Sompotan sendiri dimakamkan di desa Karegesan Minawerot, Kecamatan Kauditan.

Seiring sejalan dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka pada tahun 70-an Bapak Jack J Sompotan yang pada saat itu merupakan Assisten Pribadi Khusus dari Gubernur H.V Worang memberikan masukan kepada Gubernur H. V. Worang bahwa sudah saatnya Bitung itu dijadikan sebuah Kota dan kemudian sekitar akhir tahun 1970-an Bitung dijadikan Kota Administratif yang kemudian diangkatlah Walikota Pertama yaitu Wempie Worang Yang merupakan adik dari Gubernur H. V. Worang.

Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha perikanan yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di wilayah Kabupaten Minahasa)yang dulunya merupakan pelabuhan perdagangan, karena menurut pandangan mereka Bitung lebih strategis dan bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema.

Bitung memiliki Gunung Dua Sudara yang terletak di pinggiran dalam Kota Bitung. Dan juga Bitung memiliki Pulau Lembeh yang merupakan salah satu pulau terbesar di Sulawesi Utara yang merupakan milik dari Dotu Xavier Dotulong, yang pada perkembangannya bisa dijadikan sebagai penahan ombak alamiah yang dapat melindungi Pelabuhan Bitung sepanjang tahun dari terpaan angin dan gelombang yang besar.

Demikianlah sekilas sejarah dan perjalanan bagaimana Kota Bitung itu berdiri. Oleh karena itu Kita sebagai warga Bitung patutlah menghormati para leluhur kita yang telah merintis berdirinya Kota Bitung serta menghargai jasa-jasa mereka, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mengetahui dan mengerti sejarah masa lalu dan menghormati jasa-jasa para leluhurnya.