Tenggelamnya RMS Titanic: Perbedaan antara revisi
tambah |
|||
Baris 19: | Baris 19: | ||
}} |
}} |
||
'''Tenggelamnya RMS ''Titanic''''' terjadi pada dini hari tanggal 15 April 1912 di [[Samudra Atlantik Utara]], empat hari setelah pelayaran perdananya dari [[Southampton]] menuju [[New York City]]. Menjadi [[kapal samudra]] terbesar yang beroperasi pada masa itu, ''[[Titanic]]'' mengangkut kurang lebih 2.224 penumpang ketika menabrak [[gunung es]] kira-kira pukul 23.40 ([[Waktu laut|waktu kapal]]){{efn|name=shiptime| |
'''Tenggelamnya RMS ''Titanic''''' terjadi pada dini hari tanggal 15 April 1912 di [[Samudra Atlantik Utara]], empat hari setelah pelayaran perdananya dari [[Southampton]] menuju [[New York City]]. Menjadi [[kapal samudra]] terbesar yang beroperasi pada masa itu, ''[[Titanic]]'' mengangkut kurang lebih 2.224 penumpang ketika menabrak [[gunung es]] kira-kira pukul 23.40 ([[Waktu laut|waktu kapal]]){{efn|name=shiptime|Pada saat tabrakan, jam ''Titanic'' disetel 2 jam 2 menit lebih cepat dari [[Zona Waktu Timur]] dan 2 jam 58 menit lebih lambat dari [[Waktu Greenwich]]. Waktu kapal ditetapkan pada tengah malam, 13–14 April 1912, dan berdasarkan perkiraan posisi ''Titanic'' pada tengah hari waktu setempat tanggal 14 April, yang pada dasarnya merunut pada [[Navigasi benda langit|penampakan bintang]] pada malam tanggal 13 April, disesuaikan dengan [[perhitungan mati]]. Akibat terjadinya kecelakaan, jam ''Titanic'' tidak disesuaikan pada tengah malam tanggal 14–15 April.{{sfn|Halpern|2011|p=78}} }} pada hari Minggu, 14 April 1912. Kapal tersebut tenggelam dua jam empat puluh menit kemudian pada pukul 02.20 waktu kapal (05:18 [[Waktu Greenwich|GMT]]) hari Senin, 15 April, mengakibatkan lebih dari 1.500 penumpang dan awak tewas, menjadikannya salah satu [[Daftar bencana maritim abad ke-20|bencana maritim masa damai paling mematikan dalam sejarah]]. |
||
''Titanic'' menerima enam peringatan keberadaan es laut pada tanggal 14 April, tetapi sedang melaju dengan kecepatan {{convert|22|kn|km/h}} ketika pengawas melihat gunung es. Kapal tidak bisa berbelok dengan cukup cepat dan menabrak gunung es, yang melekukkan [[Port dan starboard|sisi kanan kapal]] dan melubangi enam dari enam belas kompartemennya. ''Titanic'' dirancang untuk tetap mengapung jika empat kompartemennya bocor, dan para awak segera menyadari bahwa kapal akan tenggelam. Mereka menggunakan [[suar]] mara bahaya dan pesan radio [[Telegraf nirkabel|nirkabel]] untuk meminta bantuan selagi penumpang diungsikan ke [[sekoci]]. |
''Titanic'' menerima enam peringatan keberadaan es laut pada tanggal 14 April, tetapi sedang melaju dengan kecepatan {{convert|22|kn|km/h}} ketika pengawas melihat gunung es. Kapal tidak bisa berbelok dengan cukup cepat dan menabrak gunung es, yang melekukkan [[Port dan starboard|sisi kanan kapal]] dan melubangi enam dari enam belas kompartemennya. ''Titanic'' dirancang untuk tetap mengapung jika empat kompartemennya bocor, dan para awak segera menyadari bahwa kapal akan tenggelam. Mereka menggunakan [[suar]] mara bahaya dan pesan radio [[Telegraf nirkabel|nirkabel]] untuk meminta bantuan selagi penumpang diungsikan ke [[sekoci]]. |
||
Baris 25: | Baris 25: | ||
Sesuai dengan praktik keselamatan pada masa itu, sistem sekoci ''Titanic'' dirancang untuk mengangkut penumpang ke kapal penyelamat terdekat, bukan untuk menampung seluruh penumpang secara bersamaan. Oleh sebab itu, dikarenakan kapal tenggelam dengan cepat dan datangnya bantuan masih beberapa jam lagi, tidak ada sarana penyelamatan yang aman bagi kebanyakan penumpang dan awak dengan sekoci yang hanya berjumlah 20, termasuk 4 sekoci lipat. Persiapan dan pengelolaan [[Evakuasi darurat|evakuasi]] yang buruk menyebabkan banyak sekoci diluncurkan dalam keadaan setengah penuh. |
Sesuai dengan praktik keselamatan pada masa itu, sistem sekoci ''Titanic'' dirancang untuk mengangkut penumpang ke kapal penyelamat terdekat, bukan untuk menampung seluruh penumpang secara bersamaan. Oleh sebab itu, dikarenakan kapal tenggelam dengan cepat dan datangnya bantuan masih beberapa jam lagi, tidak ada sarana penyelamatan yang aman bagi kebanyakan penumpang dan awak dengan sekoci yang hanya berjumlah 20, termasuk 4 sekoci lipat. Persiapan dan pengelolaan [[Evakuasi darurat|evakuasi]] yang buruk menyebabkan banyak sekoci diluncurkan dalam keadaan setengah penuh. |
||
''Titanic'' tenggelam bersama lebih dari seribu penumpang dan awak di dalamnya. Hampir semua orang yang melompat atau jatuh ke laut tenggelam atau tewas dalam hitungan menit akibat [[Hipotermia|syok dan lumpuh]] karena kedinginan. RMS ''Carpathia'' tiba kira-kira satu setengah jam setelah ''Titanic'' tenggelam dan menyelamatkan 710 penumpang dan awak pada pukul 09.15 tanggal 15 April, kurang lebih sembilan setengah jam setelah kapal menabrak gunung es. Musibah tersebut mengejutkan dunia dan menimbulkan kemarahan besar karena kurangnya sekoci, pengaturan keselamatan yang teledor, dan perlakuan tidak setara terhadap penumpang kelas tiga saat proses evakuasi. Penyelidikan lanjutan terhadap musibah ini menganjurkan perubahan besar pada peraturan maritim, yang berujung ditetapkannya [[Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut]] (SOLAS) pada tahun 1914, yang masih mengatur mengenai keselamatan maritim sampai saat ini. |
''Titanic'' tenggelam bersama lebih dari seribu penumpang dan awak di dalamnya. Hampir semua orang yang melompat atau jatuh ke laut tenggelam atau tewas dalam hitungan menit akibat [[Hipotermia|syok dan lumpuh]] karena kedinginan. [[RMS Carpathia|RMS ''Carpathia'']] tiba kira-kira satu setengah jam setelah ''Titanic'' tenggelam dan menyelamatkan 710 penumpang dan awak pada pukul 09.15 tanggal 15 April, kurang lebih sembilan setengah jam setelah kapal menabrak gunung es. Musibah tersebut mengejutkan dunia dan menimbulkan kemarahan besar karena kurangnya sekoci, pengaturan keselamatan yang teledor, dan perlakuan tidak setara terhadap penumpang kelas tiga saat proses evakuasi. Penyelidikan lanjutan terhadap musibah ini menganjurkan perubahan besar pada [[Keselamatan pelayaran|peraturan maritim]], yang berujung ditetapkannya [[Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut]] (SOLAS) pada tahun 1914, yang masih mengatur mengenai keselamatan maritim sampai saat ini. |
||
== Latar belakang == |
== Latar belakang == |
||
[[File:RMS Titanic sea trials April 2, 1912 (cropped).jpg|thumb|left|''Titanic'' saat [[uji coba laut]], 2 April 1912]] |
[[File:RMS Titanic sea trials April 2, 1912 (cropped).jpg|thumb|left|''Titanic'' saat [[uji coba laut]], 2 April 1912]] |
||
Saat mulai beroperasi pada tanggal 2 April 1912, ''Titanic'' merupakan kapal kedua dari tiga{{efn| |
Saat mulai beroperasi pada tanggal 2 April 1912, ''Titanic'' merupakan kapal kedua dari tiga{{efn|Kapal ketiga adalah RMS ''Britannic'', yang tidak pernah beroperasi sebagai kapal penumpang; sebaliknya, ''Britannic'' langsung dipesan untuk beroperasi sebagai Kapal Rumah Sakit ([[HMHS Britannic|HMHS ''Britannic'']]) saat Perang Dunia I.}} {{Sclass|''Olympic''|kapal samudra|1}}, dan menjadi kapal terbesar di dunia pada masa itu. Volume ''Titanic'' dan [[RMS Olympic|RMS ''Olympic'']] satu setengah [[tonase bruto terdaftar]] lebih besar dari [[RMS Lusitania|RMS ''Lusitania'']] dan [[RMS Mauretania (1906)|RMS ''Mauretania'']], kapal samudra milik [[Cunard Line]] pemegang rekor sebelumnya, dan kira-kira 30 meter lebih panjang dari kedua kapal tersebut.{{sfn|Hutchings|de Kerbrech|2011|p=37}} ''Titanic'' mampu mengangkut 3.547 penumpang dengan cepat dan nyaman,{{sfn|Butler|1998|p=10}} dan dibangun dalam skala yang belum pernah diperhitungkan sebelumnya. [[Motor bakar torak]] yang dimiliki ''Titanic'' merupakan mesin kapal terbesar yang pernah diciptakan, berdiri setinggi {{convert|40|ft}} dengan diameter tabung {{convert|9|ft}}, yang membutuhkan pembakaran {{convert|600|LT}} batu bara per hari.{{sfn|Butler|1998|p=10}} |
||
Akomodasi penumpang, terkhusus bagian kelas satu, dikatakan "memiliki kelegaan dan kemegahan yang tidak tertandingi",{{sfn|Butler|1998|pp=16–20}}, yang ditunjukkan melalui harga tiket yang ditawarkan oleh [[Fasilitas kelas satu RMS Titanic|akomodasi kelas satu]]. Suite Parlour (''suite'' termahal dan termewah di kapal tersebut) dilengkapi dengan [[geladak promenade]] pribadi bertarif lebih dari $4.350 (setara dengan ${{formatnum:{{Inflation|US|4350|1912|r=-3}}}} saat ini){{Inflation-fn|US}} untuk satu kali perjalanan melintasi atlantik. Kelas tiga, kendati kurang mewah jika dibandingkan dengan kelas satu dan dua, masih teramat nyaman menurut standar kontemporer. Penumpang kelas tiga disuguhi makanan lezat dalam jumlah banyak dan kondisi lebih baik daripada yang mereka alami di rumah sendiri.{{sfn|Butler|1998|pp=16–20}} |
Akomodasi penumpang, terkhusus bagian kelas satu, dikatakan "memiliki kelegaan dan kemegahan yang tidak tertandingi",{{sfn|Butler|1998|pp=16–20}}, yang ditunjukkan melalui harga tiket yang ditawarkan oleh [[Fasilitas kelas satu RMS Titanic|akomodasi kelas satu]]. Suite Parlour (''suite'' termahal dan termewah di kapal tersebut) dilengkapi dengan [[geladak promenade]] pribadi bertarif lebih dari $4.350 (setara dengan ${{formatnum:{{Inflation|US|4350|1912|r=-3}}}} saat ini){{Inflation-fn|US}} untuk satu kali perjalanan melintasi atlantik. Kelas tiga, kendati kurang mewah jika dibandingkan dengan kelas satu dan dua, masih teramat nyaman menurut standar kontemporer. Penumpang kelas tiga disuguhi makanan lezat dalam jumlah banyak dan kondisi lebih baik daripada yang mereka alami di rumah sendiri.{{sfn|Butler|1998|pp=16–20}} |
||
[[File:Titanic-and-Newyork.JPG|thumb|SS ''New York'' hampir bertabrakan dengan ''Titanic'']] |
[[File:Titanic-and-Newyork.JPG|thumb|SS ''New York'' hampir bertabrakan dengan ''Titanic'']] |
||
Pelayaran perdana ''Titanic'' dimulai selepas tengah hari pada tanggal 10 April 1912, tatkala kapal tersebut berangkat dari Southampton pada tahap pertama pelayarannya menuju New York.{{sfn|Bartlett|2011|p=67}} Sebuah kecelakaan nyaris terjadi beberapa menit setelah kapal tersebut berlayar, saat ''Titanic'' melewati SS ''City of New York'' milik [[American Line]] dan ''Oceanic'' milik White Star Line yang |
Pelayaran perdana ''Titanic'' dimulai selepas tengah hari pada tanggal 10 April 1912, tatkala kapal tersebut berangkat dari Southampton pada tahap pertama pelayarannya menuju New York.{{sfn|Bartlett|2011|p=67}} Sebuah kecelakaan nyaris terjadi beberapa menit setelah kapal tersebut berlayar, saat ''Titanic'' melewati SS ''City of New York'' milik [[American Line]] dan ''Oceanic'' milik White Star Line yang tengah berlabuh. [[Berat benaman|Benaman raksasa]] ''Titanic'' mengakibatkan kedua kapal kecil tersebut terangkat oleh sapuan air dan kemudian jatuh ke lembah gelombang. [[Tambat|Kabel tambat]] ''New York'' tidak sanggup menahan tegangan mendadak dan putus, sehingga buritan kapal tersebut berayun ke arah ''Titanic'' lebih dulu. Kapal tunda di dekatnya, ''Vulcan'', berupaya menghela ''New York'' dan kapten ''Titanic'' memerintahkan agar mesin ''Titanic'' "dimundurkan penuh".{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=76}} Kedua kapal terhindar dari tabrakan dengan beda jarak sekitar {{convert|4|ft|m}}. Insiden ini, serta perhentian berikutnya untuk menurunkan beberapa awak yang tersesat dengan kapal tunda, menunda keberangkatan ''Titanic'' selama tiga perempat jam, sementara ''New York'' yang hanyut berhasil dikendalikan.{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|p=286-288}} |
||
Beberapa jam kemudian, ''Titanic'' singgah di [[Pelabuhan Cherbourg]] di Prancis barat laut setelah menempuh perjalanan sejauh {{convert|80|nmi|0}}. Di pelabuhan ini, ''Titanic'' menaikkan sejumlah penumpang.{{sfn|Bartlett|2011|p=71}} Persinggahan berikutnya adalah Queenstown (sekarang [[Cobh]]) di [[Irlandia]], tiba kira-kira tengah hari tanggal 11 April.{{sfn|Bartlett|2011|p=76}} ''Titanic'' kemudian berangkat pada sore hari setelah menaikkan lebih banyak penumpang dan barang.{{sfn|Bartlett|2011|p=77}} |
Beberapa jam kemudian, ''Titanic'' singgah di [[Pelabuhan Cherbourg]] di Prancis barat laut setelah menempuh perjalanan sejauh {{convert|80|nmi|0}}. Di pelabuhan ini, ''Titanic'' menaikkan sejumlah penumpang.{{sfn|Bartlett|2011|p=71}} Persinggahan berikutnya adalah Queenstown (sekarang [[Cobh]]) di [[Irlandia]], tiba kira-kira tengah hari tanggal 11 April.{{sfn|Bartlett|2011|p=76}} ''Titanic'' kemudian berangkat pada sore hari setelah menaikkan lebih banyak penumpang dan barang.{{sfn|Bartlett|2011|p=77}} |
||
Pada saat ''Titanic'' berlayar ke arah barat menyusuri Atlantik, kapal ini mengangkut 892 awak dan 1.320 penumpang. Jumlah ini hanya setengah dari kapasitas penumpang penuhnya sebanyak 2.435 orang.{{sfn|Butler|1998|p=238}} Hal ini dikarenakan saat itu sedang musim sepi dan jadwal pelayaran dari Britania Raya terganggu oleh aksi [[Pemogokan batu bara nasional Britania Raya 1912|pemogokan penambang batu bara]].{{sfn|Lord|1987|p=83}} Penumpang ''Titanic'' berasal dari beragam masyarakat [[era Edward]], mulai dari kalangan |
Pada saat ''Titanic'' berlayar ke arah barat menyusuri Atlantik, kapal ini mengangkut 892 awak dan 1.320 penumpang. Jumlah ini hanya setengah dari kapasitas penumpang penuhnya sebanyak 2.435 orang.{{sfn|Butler|1998|p=238}} Hal ini dikarenakan saat itu sedang musim sepi dan jadwal pelayaran dari Britania Raya terganggu oleh aksi [[Pemogokan batu bara nasional Britania Raya 1912|pemogokan penambang batu bara]].{{sfn|Lord|1987|p=83}} Penumpang ''Titanic'' berasal dari beragam masyarakat [[era Edward]], mulai dari kalangan miliarder seperti [[John Jacob Astor IV|John Jacob Astor]] dan [[Benjamin Guggenheim]],{{sfn|Butler|1998|pp=27–28}} hingga para emigran miskin dari negara-negara berbeda seperti Armenia, Irlandia, Italia, Swedia, Suriah, dan Rusia, yang mencari penghidupan baru di Amerika Serikat.{{sfn|Howells|1999|p=95}} |
||
[[File: Titanic voyage map.png|thumb|upright=1.5|Rute pelayaran perdana ''Titanic'' dari [[Southampton]] menuju New York City, lokasi karam ditandai dengan warna kuning]] |
[[File: Titanic voyage map.png|thumb|upright=1.5|Rute pelayaran perdana ''Titanic'' dari [[Southampton]] menuju New York City, lokasi karam ditandai dengan warna kuning]] |
||
''Titanic'' dikomandoi oleh Kapten [[Edward Smith (kapten laut)|Edward Smith] yang berusia 62 tahun, kapten paling senior di [[White Star Line]]. Smith memiliki pengalaman berlayar selama empat dekade dan menjabat sebagai kapten [[RMS Olympic|RMS ''Olympic'']] sebelum dipindahkan untuk menakhodai ''Titanic''.{{sfn|Bartlett|2011|pp=43–44}} Sebagian besar awak yang bertugas bukanlah kelasi terlatih, melainkan teknisi, pemadam kebakaran, atau [[juru api]] yang bertanggung jawab untuk merawat mesin; serta |
''Titanic'' dikomandoi oleh Kapten [[Edward Smith (kapten laut)|Edward Smith]] yang berusia 62 tahun, kapten paling senior di [[White Star Line]]. Smith memiliki pengalaman berlayar selama empat dekade dan menjabat sebagai kapten [[RMS Olympic|RMS ''Olympic'']] sebelum dipindahkan untuk menakhodai ''Titanic''.{{sfn|Bartlett|2011|pp=43–44}} Sebagian besar awak yang bertugas bukanlah kelasi terlatih, melainkan teknisi, pemadam kebakaran, atau [[juru api]] yang bertanggung jawab untuk merawat mesin; serta awak kabin dan staf dapur yang bertanggung jawab atas penumpang. Terdapat enam petugas pengawas dan 39 pelaut terampil, hanya lima persen dari keseluruhan awak kapal.{{sfn|Butler|1998|p=238}} Sebagian besar awak direkrut di Southampton, sehingga tidak punya waktu untuk membiasakan diri dengan kapal.{{sfn|Bartlett|2011|p=49}} |
||
Pembakaran telah dilakukan di salah satu tempat penyimpanan [[batu bara]] ''Titanic'' kira-kira 10 hari sebelum keberangkatan kapal, dan api terus menyala selama beberapa hari saat pelayaran, tetapi akhirnya padam pada tanggal 14 April.<ref>[http://www.titanicology.com/Titanica/FireDownBelow.pdf Fire Down Below] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191209234718/http://www.titanicology.com/Titanica/FireDownBelow.pdf |date=9 December 2019 |author=Samuel Halpern}}. Retrieved 7 January 2017.</ref>{{sfn|Halpern|Weeks|2011|pp=122–126}} Kondisi cuaca membaik secara signifikan sepanjang hari; angin kencang dan laut bergejolak di pagi hari berubah menjadi cerah dan tenang di malam hari karena jalur kapal melewati [[wilayah bertekanan tinggi]] Arktik.{{sfn|Halpern|2011|p=80}} Kondisi es saat itu dipengaruhi oleh musim dingin ringan yang mengakibatkan sejumlah besar gunung es bergeser ke arah barat lepas pantai [[Greenland]].{{sfn|Ryan|1985|p=8}} |
|||
== 14 April 1912 == |
== 14 April 1912 == |
||
=== Peringatan gunung es === |
=== Peringatan gunung es === |
||
[[File:Titanic iceberg.jpg|thumb|Gunung es yang diduga ditabrak ''Titanic'', difoto pada pagi hari tanggal 15 April 1912 oleh [[kepala pelayan]] [[SS Prinz Adalbert|SS ''Prinz Adalbert'']]. Gunung es tersebut dilaporkan memiliki seberkas cat merah lambung kapal di sepanjang garis airnya di satu sisi.|alt= |
[[File:Titanic iceberg.jpg|thumb|Gunung es yang diduga ditabrak ''Titanic'', difoto pada pagi hari tanggal 15 April 1912 oleh [[kepala pelayan]] [[SS Prinz Adalbert|SS ''Prinz Adalbert'']]. Gunung es tersebut dilaporkan memiliki seberkas cat merah lambung kapal di sepanjang garis airnya di satu sisi.|alt=Foto hitam putih gunung es besar dengan tiga puncak.]] |
||
Pada tanggal 14 April 1912, [[Telegrafi|operator radio]] ''Titanic'' |
Pada tanggal 14 April 1912, [[Telegrafi|operator radio]] ''Titanic'' menerima enam pesan dari kapal lain yang memperingatkan mengenai bahaya es hanyut, yang mulai tampak oleh para penumpang ''Titanic'' pada sore hari. Kondisi es terburuk di Atlantik Utara umumnya terjadi pada bulan April dalam 50 tahun terakhir. Pesan-pesan ini tidak kesemuanya disampaikan oleh operator radio. Pada saat itu, operator nirkabel di kapal samudra merupakan karyawan [[Marconi Company|Marconi's Wireless Telegraph Company]] dan bukan anggota awak kapal; tanggung jawab utama mereka adalah mengirim pesan kepada para penumpang, dan laporan cuaca dijadikan sebagai tanggung jawab tambahan.{{sfn|Ballard|1987|p=199}} |
||
Peringatan pertama diterima pada pukul 09.00 dari [[RMS Caronia|RMS ''Caronia'']], melaporkan "gunung, bongkahan es{{efn|name=growler| |
Peringatan pertama diterima pada pukul 09.00 dari [[RMS Caronia|RMS ''Caronia'']], melaporkan "gunung, bongkahan es{{efn|name=growler|Teks asli: '' "bergs, growlers and field ice"''}} dan ladang es".{{sfn|Ryan|1985|p=9}} Kapten Smith mengakui telah menerima pesan tersebut. Pada pukul 13.42, [[RMS Baltic (1903)|RMS ''Baltik'']] meneruskan laporan dari kapal Yunani ''Athenia'' bahwa kapal tersebut telah "melewati gunung es dan ladang es berukuran besar".{{sfn|Ryan|1985|p=9}} Pesan ini juga diterima oleh Smith, yang menyampaikan laporan tersebut kepada [[J. Bruce Ismay]], pimpinan White Star Line, yang berada di ''Titanic'' dalam pelayaran perdananya.{{sfn|Ryan|1985|p=9}} Smith memerintahkan agar kapal menempuh rute baru yang lebih jauh ke selatan.{{sfn|Barczewski|2006|p=191}} |
||
Pada pukul 13.45, kapal Jerman [[SS Amerika (1905)|SS ''Amerika'']], yang berlayar tidak jauh di selatan, melaporkan telah "melewati dua gunung es besar".{{sfn|Ryan|1985|p=10}} Pesan ini tidak pernah sampai kepada Kapten Smith atau petugas lainnya di [[Anjungan kapal|anjungan]] ''Titanic''. Alasannya tidak |
Pada pukul 13.45, kapal Jerman [[SS Amerika (1905)|SS ''Amerika'']], yang berlayar tidak jauh di selatan, melaporkan telah "melewati dua gunung es besar".{{sfn|Ryan|1985|p=10}} Pesan ini tidak pernah sampai kepada Kapten Smith atau petugas lainnya di [[Anjungan kapal|anjungan]] ''Titanic''. Alasannya tidak diketahui, kemungkinan sudah terlupakan karena operator radio sibuk memperbaiki peralatan yang rusak.{{sfn|Ryan|1985|p=10}} |
||
[[SS Californian|SS ''Californian'']] melaporkan adanya "tiga gunung es besar" pada pukul 19.30, dan pukul 21.40, [[kapal uap]] ''Mesaba'' melaporkan telah "melihat banyak [[Es laut|bongkahan es]] yang berat dan sekumpulan gunung es besar. Juga ladang es."{{sfn|Ryan|1985|p=11}} Pesan ini juga tidak pernah keluar dari ruang radio ''Titanic''. Operator radio ''Titanic'', [[Jack Phillips]], diduga gagal memahami betapa pentingnya pesan tersebut karena ia sibuk mengirimkan pesan untuk para penumpang melalui stasiun [[relai]] di [[Cape Race]], [[Newfoundland]]; perangkat radio mengalami kerusakan sehari sebelumnya, mengakibatkan menumpuknya pesan yang berupaya dikosongkan oleh operator radio.{{sfn|Ryan|1985|p=10}} Peringatan terakhir diterima pada pukul 22.30 dari operator ''Californian'' bernama Cyril Evans, yang pada malam itu berhenti tidak jauh dari ladang es, tetapi Phillips memotong pesannya dan membalas: "Diam! Diam! Saya sedang menyelesaikan Cape Race."{{sfn|Ryan|1985|p=11}} |
[[SS Californian|SS ''Californian'']] melaporkan adanya "tiga gunung es besar" pada pukul 19.30, dan pukul 21.40, [[kapal uap]] ''Mesaba'' melaporkan telah "melihat banyak [[Es laut|bongkahan es]] yang berat dan sekumpulan gunung es besar. Juga ladang es."{{sfn|Ryan|1985|p=11}} Pesan ini juga tidak pernah keluar dari ruang radio ''Titanic''. Operator radio ''Titanic'', [[Jack Phillips]], diduga gagal memahami betapa pentingnya pesan tersebut karena ia sibuk mengirimkan pesan untuk para penumpang melalui stasiun [[relai]] di [[Cape Race]], [[Newfoundland]]; perangkat radio mengalami kerusakan sehari sebelumnya, mengakibatkan menumpuknya pesan yang berupaya dikosongkan oleh operator radio.{{sfn|Ryan|1985|p=10}} Peringatan terakhir diterima pada pukul 22.30 dari operator ''Californian'' bernama Cyril Evans, yang pada malam itu berhenti tidak jauh dari ladang es, tetapi Phillips memotong pesannya dan membalas: "Diam! Diam! Saya sedang menyelesaikan Cape Race."{{sfn|Ryan|1985|p=11}} |
||
Meskipun awak menyadari adanya bahaya es di sekitar ''Titanic'', mereka tidak mengurangi kecepatan kapal, melainkan terus melaju dengan kecepatan {{convert|22|knots}}, hanya kurang {{convert|2|knots}} dari kecepatan maksimumnya.{{sfn|Ryan|1985|p=10}}{{efn| |
Meskipun awak menyadari adanya bahaya es di sekitar ''Titanic'', mereka tidak mengurangi kecepatan kapal, melainkan terus melaju dengan kecepatan {{convert|22|knots}}, hanya kurang {{convert|2|knots}} dari kecepatan maksimumnya.{{sfn|Ryan|1985|p=10}}{{efn|Terlepas dari mitos di kemudian hari, misalnya yang digambarkan dalam [[Titanic (film 1997)|film ''Titanic'' tahun 1997]], kapal ''Titanic'' tidak berupaya mencetak rekor kecepatan lintas atlantik; White Star Line telah memutuskan untuk tidak bersaing dengan saingan mereka, [[Cunard Line|Cunard]], dalam hal kecepatan, melainkan berfokus pada ukuran dan kemewahan.{{sfn|Bartlett|2011|p=24}} }} Kecepatan tinggi yang ditempuh ''Titanic'' di lokasi es dilaporkan berada kelak dikritik sebagai tindakan sembrono, kendati hal tersebut merupakan praktik maritim standar pada saat itu. Menurut Opsir Kelima [[Harold Lowe]], sudah jadi kebiasaan untuk "terus melaju dan bergantung pada pengawas di [[menara jala]] dan penglihatan di anjungan untuk menghindari es tepat waktu agar tidak menabraknya".{{sfn|Mowbray|1912|p=278}} |
||
Kapal laut Atlantik Utara mengutamakan ketepatan waktu melebihi pertimbangan lainnya, berpegang teguh pada jadwal yang menjamin kedatangan mereka sesuai dengan waktu yang diiklankan. Kapal-kapal ini sering dioperasikan dengan kecepatan penuh, menganggap peringatan bahaya hanyalah anjuran, bukannya perintah untuk bertindak. Secara umum dipercayai bahwa es hanya menimbulkan risiko kecil; peringatan jarak dekat sangatlah jarang, dan tabrakan langsung tidak dianggap sebagai mara bahaya. Pada tahun 1907, kapal Jerman [[SS Kronprinz Wilhelm|SS ''Kronprinz Wilhelm'']] menabrak gunung es dan mengalami patah haluan, tetapi |
Kapal laut Atlantik Utara mengutamakan ketepatan waktu melebihi pertimbangan lainnya, berpegang teguh pada jadwal yang menjamin kedatangan mereka sesuai dengan waktu yang diiklankan. Kapal-kapal ini sering dioperasikan dengan kecepatan penuh, menganggap peringatan bahaya hanyalah anjuran, bukannya perintah untuk bertindak. Secara umum dipercayai bahwa es hanya menimbulkan risiko kecil; peringatan jarak dekat sangatlah jarang, dan tabrakan langsung tidak dianggap sebagai mara bahaya. Pada tahun 1907, kapal Jerman [[SS Kronprinz Wilhelm|SS ''Kronprinz Wilhelm'']] menabrak gunung es dan mengalami patah haluan, tetapi masih sanggup menyelesaikan pelayarannya. Pada tahun yang sama, calon nakhoda ''Titanic'', Edward Smith, menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa ia tidak bisa "membayangkan kondisi apa pun yang akan mengakibatkan kapal tenggelam. Pembuatan kapal modern sudah mengatasi segalanya."{{sfn|Barczewski|2006|p=13}} |
||
=== "Gunung es, tepat di depan!" === |
=== "Gunung es, tepat di depan!" === |
||
Baris 66: | Baris 66: | ||
Menjelang ''Titanic'' menabrak gunung es, sebagian besar penumpang sudah terlelap, dan komando anjungan telah beralih dari Opsir Kedua [[Charles Lightoller]] ke Opsir Pertama [[William McMaster Murdoch|William Murdoch]]. Petugas pengawas [[Frederick Fleet]] dan [[Reginald Lee]] berada di menara jala, {{convert|29|m}} di atas geladak. Suhu udara turun nyaris mendekati titik beku, dan lautan teramat tenang. Kolonel [[Archibald Gracie IV|Archibald Gracie]], salah seorang penyintas musibah ini, kelak mengungkapkan bahwa "laut seperti kaca, begitu halus sehingga bintang-bintang terpantul dengan jelas."{{sfn|Gracie|1913|p=247}} Kemudian diketahui bahwa kondisi air laut yang tenang sebagaimana saat itu adalah pertanda adanya [[hanyutan es]] di sekitarnya.{{sfn|Halpern|2011|p=85}} |
Menjelang ''Titanic'' menabrak gunung es, sebagian besar penumpang sudah terlelap, dan komando anjungan telah beralih dari Opsir Kedua [[Charles Lightoller]] ke Opsir Pertama [[William McMaster Murdoch|William Murdoch]]. Petugas pengawas [[Frederick Fleet]] dan [[Reginald Lee]] berada di menara jala, {{convert|29|m}} di atas geladak. Suhu udara turun nyaris mendekati titik beku, dan lautan teramat tenang. Kolonel [[Archibald Gracie IV|Archibald Gracie]], salah seorang penyintas musibah ini, kelak mengungkapkan bahwa "laut seperti kaca, begitu halus sehingga bintang-bintang terpantul dengan jelas."{{sfn|Gracie|1913|p=247}} Kemudian diketahui bahwa kondisi air laut yang tenang sebagaimana saat itu adalah pertanda adanya [[hanyutan es]] di sekitarnya.{{sfn|Halpern|2011|p=85}} |
||
Meskipun udara cerah, tidak ada [[Bulan baru|penampakan bulan]]. Dengan kondisi laut yang begitu tenang, sulit untuk mengetahui posisi gunung es terdekat; seandainya laut lebih bergelora, niscaya ombak yang menghantam gunung es akan membuat keberadaannya lebih terlihat.{{sfn|Eaton|Haas|1987|p=19}} Akibat ketergesaan di Southampton, pengawas tidak memiliki teropong; akan tetapi, teropong juga tidak begitu berguna dalam kegelapan total, yang hanya disinari cahaya bintang dan lampu kapal.{{sfn|Brown|2000|p=47}} Petugas pengawas tetap waspada akan bahaya es, karena Lightoller telah memerintahkan mereka dan awak lainnya agar "terus mengawasi es, terutama es kecil dan bongkahan es". |
Meskipun udara cerah, tidak ada [[Bulan baru|penampakan bulan]]. Dengan kondisi laut yang begitu tenang, sulit untuk mengetahui posisi gunung es terdekat; seandainya laut lebih bergelora, niscaya ombak yang menghantam gunung es akan membuat keberadaannya lebih terlihat.{{sfn|Eaton|Haas|1987|p=19}} Akibat ketergesaan di Southampton, pengawas tidak memiliki teropong; akan tetapi, teropong juga tidak begitu berguna dalam kegelapan total, yang hanya disinari cahaya bintang dan lampu kapal.{{sfn|Brown|2000|p=47}} Petugas pengawas tetap waspada akan bahaya es, karena Lightoller telah memerintahkan mereka dan awak lainnya agar "terus mengawasi es, terutama es kecil dan bongkahan es".{{sfn|Barratt|2010|p=122}} |
||
Pada pukul 23.30, Fleet dan Lee melihat sebersit kabut di cakrawala di hadapan mereka, tetapi tidak |
Pada pukul 23.30, Fleet dan Lee melihat sebersit kabut di cakrawala di hadapan mereka, tetapi tidak melakukan apa-apa. Beberapa pakar meyakini bahwa kabut tersebut sebenarnya adalah [[fatamorgana]] yang disebabkan oleh pertemuan antara air dingin dengan udara hangat selagi ''Titanic'' melewati [[Atlantic Marine Ecozone|Lorong Gunung Es]], mirip dengan fatamorgana air di padang gurun. Fenomena tersebut menyebabkan cakrawala terlihat cembung, sehingga pengawas tidak bisa melihat apa pun di kejauhan.<ref>{{cite news |url=https://www.nytimes.com/2012/04/10/science/a-new-look-at-natures-role-in-the-titanics-sinking.html |title=A New Look at Nature's Role in the Titanic's Sinking |first=William J. |last=Broad |date=9 April 2012 |work=The New York Times |access-date=15 April 2018 |archive-date=15 June 2018 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180615163335/https://www.nytimes.com/2012/04/10/science/a-new-look-at-natures-role-in-the-titanics-sinking.html |url-status=live }}</ref><ref name="U.S. Coast Guard Navigation Center">{{cite web |title=Where Is Iceberg Alley |website=U.S. Coast Guard Navigation Center |url=https://www.navcen.uscg.gov/?pageName=iipWhereIsIcebergAlley |access-date=15 April 2018 |archive-date=15 June 2018 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180615190613/https://www.navcen.uscg.gov/?pageName=iipWhereIsIcebergAlley |url-status=live }}</ref> |
||
====Tabrakan==== |
====Tabrakan==== |
||
[[File:Titanic porting around English.svg|thumb|upright=1.5|Jalur ''Titanic'' saat berupaya |
[[File:Titanic porting around English.svg|thumb|upright=1.5|Jalur ''Titanic'' saat berupaya berbelok{{legend-line|blue 2px solid|Jalur ditempuh oleh [[Haluan kapal|haluan]]}}{{legend-line|red 2px solid|Jalur ditempuh oleh [[buritan]]}}]] |
||
[[File:Walker - An Unsinkable Titanic (1912) page 125.jpg|thumb|Gambar tabrakan dengan gunung es]] |
[[File:Walker - An Unsinkable Titanic (1912) page 125.jpg|thumb|Gambar tabrakan dengan gunung es]] |
||
Sembilan menit kemudian, pada pukul 23.39, Fleet melihat gunung es di jalur ''Titanic''. Ia membunyikan bel pengawas tiga kali dan menelepon anjungan untuk memberi tahu Opsir Keenam [[James Paul Moody|James Moody]]. Fleet bertanya, "Apakah ada orang di sana?" Moody menjawab, "Ya, apa yang kau lihat?" Fleet menjawab, "Gunung es, tepat di depan!".{{sfn|Lord|2005|p=2}} Setelah berterima kasih kepada Fleet, Moody meneruskan pesan tersebut kepada Murdoch, yang memerintahkan Intendans [[Robert Hichens (pelaut)|Robert Hichens]] untuk mengubah arah kapal.{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=137}} Murdoch diyakini memberikan perintah " |
Sembilan menit kemudian, pada pukul 23.39, Fleet melihat gunung es di jalur ''Titanic''. Ia membunyikan bel pengawas tiga kali dan menelepon anjungan untuk memberi tahu Opsir Keenam [[James Paul Moody|James Moody]]. Fleet bertanya, "Apakah ada orang di sana?" Moody menjawab, "Ya, apa yang kau lihat?" Fleet menjawab, "Gunung es, tepat di depan!".{{sfn|Lord|2005|p=2}} Setelah berterima kasih kepada Fleet, Moody meneruskan pesan tersebut kepada Murdoch, yang memerintahkan Intendans [[Robert Hichens (pelaut)|Robert Hichens]] untuk mengubah arah kapal.{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=137}} Murdoch diyakini memberikan perintah "belok penuh ke kanan", yang mengakibatkan kemudi kapal diputar penuh ke [[Port dan starboard|sisi kanan]] dalam upaya membelokkan kapal ke [[Port dan starboard|sisi kiri]].{{sfn|Brown|2000|p=47}} Pembalikan arah ini, jika dibandingkan dengan praktik pada kapal laut modern, biasa terjadi pada kapal laut Britania pada masa itu. Murdoch juga membunyikan sinyal "mesin mundur penuh" pada [[Telegraf perintah mesin|telegraf kapal]].{{sfn|Barczewski|2006|p=191}} |
||
Menurut keterangan Opsir Keempat [[Joseph Boxhall]], Murdoch memberi tahu Kapten Smith bahwa ia berupaya " |
Menurut keterangan Opsir Keempat [[Joseph Boxhall]], Murdoch memberi tahu Kapten Smith bahwa ia berupaya "berbelok tajam ke kiri [gunung es]", membuktikan ia mencoba melakukan manuver "memutar ke kiri" dengan cara mengayunkan haluan di sekitar gunung es, kemudian mengayunkan buritan agar kedua ujung kapal tidak menabrak gunung es. Terjadi penundaan sebelum perintah ini diberlakukan; mekanisme kemudi bertenaga uap memerlukan waktu hingga 30 detik untuk memutar kemudi kapal,{{sfn|Barczewski|2006|p=191}} dan tugas rumit untuk menyetel mesin ke posisi mundur juga memerlukan waktu untuk dikerjakan.{{sfn|Brown|2000|p=67}} Dikarenakan turbin tengah tidak bisa diputar dibalik, turbin dan baling-baling tengah dimatikan, yang letaknya tepat di depan kemudi kapal. Tindakan ini mengurangi keefektifan kemudi, dengan demikian memperlambat pula kemampuan belok kapal. Andai kata Murdoch membelokkan kapal sembari mempertahankan kecepatan majunya, ''Titanic'' mungkin bisa menghindari gunung es dengan jarak beberapa meter.{{sfn|Barczewski|2006|p=194}} Terdapat bukti bahwa Murdoch hanya memberi isyarat agar mesin dimatikan, bukannya dimundurkan. Kepala Juru Api Frederick Barrett bersaksi bahwa lampu berhenti sempat menyala, tetapi perintah tersebut belum dilaksanakan menjelang tabrakan.<ref>{{Cite web|date=2019-03-17|title=Were Titanic's engines put into reverse before the accident? > Tim Maltin|url=https://timmaltin.com/2019/03/17/titanics-engines-reverse/|access-date=2021-08-10|website=|language=en-UK}}</ref> |
||
Akibat tindakan tersebut, haluan ''Titanic'' berbelok tepat pada waktunya untuk menghindari tabrakan langsung, tetapi perubahan arah mendadak menyebabkan kapal menabrak gunung es dengan hantaman sekilas. Kendati demikian, sebuah taji es di bawah air menggarit sisi kanan kapal selama kira-kira tujuh detik; bongkahan es yang rontok dari bagian atas gunung es jatuh ke geladak depan.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=100}} Kira-kira lima menit setelah tabrakan, seluruh mesin ''Titanic'' dimatikan, dengan haluan menghadap ke utara dan kapal perlahan hanyut terbawa [[Arus Labrador]] ke selatan.{{sfn|Halpern|2011|p=94}} |
Akibat tindakan tersebut, haluan ''Titanic'' berbelok tepat pada waktunya untuk menghindari tabrakan langsung, tetapi perubahan arah mendadak menyebabkan kapal menabrak gunung es dengan hantaman sekilas. Kendati demikian, sebuah taji es di bawah air menggarit sisi kanan kapal selama kira-kira tujuh detik; bongkahan es yang rontok dari bagian atas gunung es jatuh ke geladak depan.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=100}} Kira-kira lima menit setelah tabrakan, seluruh mesin ''Titanic'' dimatikan, dengan haluan menghadap ke utara dan kapal perlahan hanyut terbawa [[Arus Labrador]] ke selatan.{{sfn|Halpern|2011|p=94}} |
||
Baris 83: | Baris 83: | ||
Sekian lama, tabrakan dengan gunung es diduga sebagai penyebab munculnya bukaan besar di [[Lambung kapal|lambung]] ''Titanic'', "panjangnya tidak kurang dari {{convert|300|ft}}, {{convert|10|ft|0}} di atas permukaan [[Lunas kapal|lunas]]", sebagaimana diutarakan oleh seorang penulis.{{sfn|Hoffman|Grimm|1982|p=20}} Di kala Britania Raya menyelidiki penyebab kecelakaan, Edward Wilding (kepala arsitek galangan [[Harland and Wolff]]) menghitung volume air yang membanjiri kompartemen empat puluh menit setelah tabrakan. Menurut perhitungannya, area lambung tercabik kira-kira sepanjang {{convert|12|sqft}}".<ref name=wilding>{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq19Wilding03.php|title=Testimony of Edward Wilding|access-date=6 October 2014|archive-date=1 April 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190401042715/https://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq19Wilding03.php|url-status=live}}</ref> Wilding juga mengungkapkan, "Saya yakin hal tersebut pasti terjadi di beberapa tempat, bukan cabikan yang bersambungan", tetapi dengan memperhitungkan banjir di beberapa kompartemen, cabikan lain pastilah meluas ke sekeliling lambung kapal.<ref name=wilding /> Penyelidikan lain menemukan bahwa cabikan meluas sepanjang 90 meter, dan kebanyakan pakar menyepakati pernyataan yang samar ini. Peninjauan [[ultrasonografi]] modern terhadap [[bangkai kapal Titanic|bangkai kapal]] menemukan bahwa kerusakan yang terjadi pada lambung kapal selaras dengan pernyataan Wilding, memiliki enam cabikan sempit yang mencakup area seluas kira-kira {{convert|12|to|13|sqft}}. Menurut perhitungan Paul K. Matthias, kerusakan lambung kapal berupa "serangkaian deformasi di sisi kanan yang berawal dan berujung di sepanjang lambung ... kira-kira {{convert|10|ft|0}} di atas dasar kapal".{{sfn|Broad|1997}} |
Sekian lama, tabrakan dengan gunung es diduga sebagai penyebab munculnya bukaan besar di [[Lambung kapal|lambung]] ''Titanic'', "panjangnya tidak kurang dari {{convert|300|ft}}, {{convert|10|ft|0}} di atas permukaan [[Lunas kapal|lunas]]", sebagaimana diutarakan oleh seorang penulis.{{sfn|Hoffman|Grimm|1982|p=20}} Di kala Britania Raya menyelidiki penyebab kecelakaan, Edward Wilding (kepala arsitek galangan [[Harland and Wolff]]) menghitung volume air yang membanjiri kompartemen empat puluh menit setelah tabrakan. Menurut perhitungannya, area lambung tercabik kira-kira sepanjang {{convert|12|sqft}}".<ref name=wilding>{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq19Wilding03.php|title=Testimony of Edward Wilding|access-date=6 October 2014|archive-date=1 April 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190401042715/https://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq19Wilding03.php|url-status=live}}</ref> Wilding juga mengungkapkan, "Saya yakin hal tersebut pasti terjadi di beberapa tempat, bukan cabikan yang bersambungan", tetapi dengan memperhitungkan banjir di beberapa kompartemen, cabikan lain pastilah meluas ke sekeliling lambung kapal.<ref name=wilding /> Penyelidikan lain menemukan bahwa cabikan meluas sepanjang 90 meter, dan kebanyakan pakar menyepakati pernyataan yang samar ini. Peninjauan [[ultrasonografi]] modern terhadap [[bangkai kapal Titanic|bangkai kapal]] menemukan bahwa kerusakan yang terjadi pada lambung kapal selaras dengan pernyataan Wilding, memiliki enam cabikan sempit yang mencakup area seluas kira-kira {{convert|12|to|13|sqft}}. Menurut perhitungan Paul K. Matthias, kerusakan lambung kapal berupa "serangkaian deformasi di sisi kanan yang berawal dan berujung di sepanjang lambung ... kira-kira {{convert|10|ft|0}} di atas dasar kapal".{{sfn|Broad|1997}} |
||
Jarak cabikan, yang terpanjang berukuran kira-kira {{convert|39|ft}}, diperkirakan mengikuti garis pelat lambung. Hal ini menunjukkan bahwa paku keling besi di sepanjang lapisan pelat yang terlepas atau tercabut telah menciptakan celah sempit tempat air masuk membanjiri. Wilding mengutarakan |
Jarak cabikan, yang terpanjang berukuran kira-kira {{convert|39|ft}}, diperkirakan mengikuti garis pelat lambung. Hal ini menunjukkan bahwa paku keling besi di sepanjang lapisan pelat yang terlepas atau tercabut telah menciptakan celah sempit tempat air masuk membanjiri. Wilding mengutarakan teorinya ini dalam [[Penyelidikan British Wreck Commissioner atas tenggelamnya RMS Titanic|penyelidikan British Wreck Commissioner]] selepas bencana tersebut, tetapi pandangannya ini diabaikan.{{sfn|Broad|1997}} Penemu bangkai ''Titanic'', [[Robert Ballard]], berpendapat bahwa dugaan kapal mengalami kerusakan besar hanyalah "produk mistik ''Titanic''. Tidak seorang pun percaya bahwa kapal raksasa tersebut tenggelam akibat cabikan kecil di lambungnya.{{sfn|Ballard|1987|p=25}} Kerusakan di lambung kapal mungkin menjadi faktor penyebabnya. Potongan pelat lambung ''Titanic'' yang ditemukan kelihatannya hancur akibat benturan dengan gunung es tanpa mengalami lekukan.{{sfn|Zumdahl|Zumdahl|2008|p=457}} |
||
Pelat di bagian tengah lambung ''Titanic'' (kira-kira 60 persen dari keseluruhan lambung) dipasang menyatu dengan menggunakan tiga baris [[paku keling]] [[Baja karbon|baja ringan]], tetapi pelat di haluan dan buritan disatukan dengan dua baris paku keling [[besi tempa]] yang diduga hampir mendekati batas [[Tegangan (mekanika)|tegangan]] sebelum kapal menabrak gunung es.{{sfn|Foecke|2008}}{{sfn|McCarty|Foecke|2012|p=83}} Paku keling besi "Best" No. 3 ini memiliki inklusi terak yang tinggi, menjadikannya lebih rapuh daripada paku keling besi "Best-Best" No. 4, dan lebih rentan patah saat berada di bawah tekanan, terutama ketika cuaca sangat dingin.{{sfn|Broad|2008}}{{sfn|Verhoeven|2007|p=49}} Tom McCluskie, seorang pensiunan pengarsip Harland & Wolff, mengungkapkan bahwa [[RMS Olympic|RMS ''Olympic'']], [[kapal saudari]] ''Titanic'', dipaku dengan menggunakan besi yang sama dan beroperasi tanpa insiden selama hampir 25 tahun, selamat dari beberapa tabrakan besar, termasuk ketika ditabrak oleh sebuah [[kapal penjelajah]] Britania.{{sfn|Ewers|2008}} Di kala ''Olympic'' menabrak dan menenggelamkan [[U-boot]] [[SM U-103|SM ''U-103'']] dengan haluannya, stemnya terpelintir dan pelat lambung di sisi kanan kapal tertekuk tanpa merusak kebersatuan lambung.{{sfn|Ewers|2008}}{{sfn|Mills|1993|p=46}} |
Pelat di bagian tengah lambung ''Titanic'' (kira-kira 60 persen dari keseluruhan lambung) dipasang menyatu dengan menggunakan tiga baris [[paku keling]] [[Baja karbon|baja ringan]], tetapi pelat di haluan dan buritan disatukan dengan dua baris paku keling [[besi tempa]] yang diduga hampir mendekati batas [[Tegangan (mekanika)|tegangan]] sebelum kapal menabrak gunung es.{{sfn|Foecke|2008}}{{sfn|McCarty|Foecke|2012|p=83}} Paku keling besi "Best" No. 3 ini memiliki inklusi terak yang tinggi, menjadikannya lebih rapuh daripada paku keling besi "Best-Best" No. 4, dan lebih rentan patah saat berada di bawah tekanan, terutama ketika cuaca sangat dingin.{{sfn|Broad|2008}}{{sfn|Verhoeven|2007|p=49}} Tom McCluskie, seorang pensiunan pengarsip Harland & Wolff, mengungkapkan bahwa [[RMS Olympic|RMS ''Olympic'']], [[kapal saudari]] ''Titanic'', dipaku dengan menggunakan besi yang sama dan beroperasi tanpa insiden selama hampir 25 tahun, selamat dari beberapa tabrakan besar, termasuk ketika ditabrak oleh sebuah [[kapal penjelajah]] Britania.{{sfn|Ewers|2008}} Di kala ''Olympic'' menabrak dan menenggelamkan [[U-boot]] [[SM U-103|SM ''U-103'']] dengan haluannya, stemnya terpelintir dan pelat lambung di sisi kanan kapal tertekuk tanpa merusak kebersatuan lambung.{{sfn|Ewers|2008}}{{sfn|Mills|1993|p=46}} |
||
Di permukaan, hanya timbul sedikit bukti tabrakan. Para |
Di permukaan, hanya timbul sedikit bukti tabrakan. Para awak kabin di ruang makan kelas satu merasakan getaran, yang mereka pikir disebabkan oleh baling-baling kapal yang terlepas. Banyak penumpang merasakan benturan atau getaran, "seolah-olah kita berjalan melewati kira-kira seribu kelereng",<ref>{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq12White01.php|title=Testimony of Mrs J Stuart White at the US Inquiry|access-date=1 May 2017|archive-date=24 October 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20181024133550/http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq12White01.php|url-status=live}}</ref> tutur salah seorang penyintas, tetapi mereka tidak mengetahui persis apa yang telah terjadi.{{sfn|Butler|1998|pp=67–69}} Orang-orang yang berada di geladak terendah, lokasi terdekat dengan pusat tabrakan, lebih merasakan getarannya. Juru minyak Walter Hurst mengenang ia "terbangun oleh benturan keras di sepanjang sisi kanan kapal. Tidak ada kekhawatiran tetapi kami tahu kapal telah menabrak sesuatu."{{sfn|Barratt|2010|p=151}} [[Juru api]] George Kemish mendengar "gedebuk keras dan suara robekan" dari lambung kanan.{{sfn|Barratt|2010|p=156}} |
||
[[File:Titanic side plan annotated English.png|thumb|upright=4|center|Penataan [[sekat kedap air]], dengan area yang rusak ditunjukkan oleh warna hijau |alt=Diagram garis yang menampilkan Titanic dari samping]] |
[[File:Titanic side plan annotated English.png|thumb|upright=4|center|Penataan [[sekat kedap air]], dengan area yang rusak ditunjukkan oleh warna hijau |alt=Diagram garis yang menampilkan Titanic dari samping]] |
||
Kapal dengan cepat mulai kebanjiran, kecepatan air yang masuk diperkirakan {{convert|7|LT|t|lk=in}} per detik, lima belas kali lebih cepat daripada air yang sanggup dipompa keluar.{{sfn|Aldridge|2008|p=86}} Teknisi J. H. Hesketh dan stoker kepala Frederick Barrett terkena semburan air es di ruang ketel No. 6 dan berhasil lolos tepat sebelum pintu kedap air ruangan ditutup.{{sfn|Ballard|1987|p=71}} Situasi demikian teramat berbahaya bagi staf mesin; ketel masih dipenuhi uap panas bertekanan tinggi dan berisiko besar ketel tersebut akan meledak jika bersentuhan dengan air laut dingin yang membanjiri ruang ketel. |
Kapal dengan cepat mulai kebanjiran, kecepatan air yang masuk diperkirakan {{convert|7|LT|t|lk=in}} per detik, lima belas kali lebih cepat daripada air yang sanggup dipompa keluar.{{sfn|Aldridge|2008|p=86}} Teknisi J. H. Hesketh dan stoker kepala Frederick Barrett terkena semburan air es di ruang ketel No. 6 dan berhasil lolos tepat sebelum pintu kedap air ruangan ditutup.{{sfn|Ballard|1987|p=71}} Situasi demikian teramat berbahaya bagi staf mesin; ketel masih dipenuhi uap panas bertekanan tinggi dan berisiko besar ketel tersebut akan meledak jika bersentuhan dengan air laut dingin yang membanjiri ruang ketel. Para stoker dan juru api diperintahkan untuk mengurangi pembakaran dan memadamkan ketel, yang menghantarkan uap dalam jumlah besar melalui pipa ventilasi cerobong kapal. Ruang ketel digenangi air es setinggi pinggang saat para awak bekerja.{{sfn|Barczewski|2006|p=18}} |
||
Geladak bawah ''Titanic'' dibagi menjadi enam belas [[Kompartemen (kapal)|kompartemen]]. Setiap kompartemen dipisahkan oleh sekat kedap air yang membentang selebar kapal; keseluruhannya berjumlah lima belas sekat. Tiap-tiap sekat memanjang |
Geladak bawah ''Titanic'' dibagi menjadi enam belas [[Kompartemen (kapal)|kompartemen]]. Setiap kompartemen dipisahkan oleh sekat kedap air yang membentang selebar kapal; keseluruhannya berjumlah lima belas sekat. Tiap-tiap sekat memanjang ke bagian bawah Dek E selebar satu dek, atau sekitar {{convert|11|ft|m}} di atas garis air. Dua sekat yang paling dekat dengan haluan dan enam sekat paling dekat dengan buritan letaknya satu dek lebih tinggi.{{sfn|Mersey|1912}} |
||
Masing-masing sekat ditutup dengan pintu kedap air. Ruang mesin dan ruang ketel yang berada di dek di atas tangki memiliki pintu penutup vertikal yang dapat dikontrol jarak jauh dari anjungan. Pintu ini bisa diturunkan secara otomatis dengan menggunakan pelampung jika digenangi air, atau ditutup secara manual oleh awak. Tindakan menutup pintu ini memerlukan waktu sekitar 30 detik; lonceng peringatan dan rute pelarian alternatif disediakan agar awak tidak terperangkap di pintu. Di atas ruang tangki, di [[Geladak Orlop]], Dek F, dan Dek E, pintu ditutup secara horizontal dan dioperasikan secara manual. Pintu bisa ditutup sendiri atau pun dari dek di atas.{{sfn|Mersey|1912}} |
Masing-masing sekat ditutup dengan pintu kedap air. Ruang mesin dan ruang ketel yang berada di dek di atas tangki memiliki pintu penutup vertikal yang dapat dikontrol jarak jauh dari anjungan. Pintu ini bisa diturunkan secara otomatis dengan menggunakan pelampung jika digenangi air, atau ditutup secara manual oleh awak. Tindakan menutup pintu ini memerlukan waktu sekitar 30 detik; lonceng peringatan dan rute pelarian alternatif disediakan agar awak tidak terperangkap di pintu. Di atas ruang tangki, di [[Geladak Orlop]], Dek F, dan Dek E, pintu ditutup secara horizontal dan dioperasikan secara manual. Pintu bisa ditutup sendiri atau pun dari dek di atas.{{sfn|Mersey|1912}} |
||
Baris 98: | Baris 98: | ||
Kendati sekat kedap air berada jauh di atas garis air, sekat ini tidak disegel di bagian atasnya. Andai kata terlalu banyak kompartemen yang kebanjiran, haluan kapal akan tenggelam lebih dalam di air, dan air akan meluap dari satu kompartemen ke kompartemen berikutnya secara berurutan, serupa dengan air yang tumpah di atas baki es batu. Hal demikian terjadi pada ''Titanic'', yang mengalami kerusakan pada tangki bagian depan, tiga palka depan, ruang ketel No. 6, dan sebagian kecil ruang ketel No. 5 – total enam kompartemen yang digenangi air. ''Titanic'' dirancang untuk mengapung jika hanya dua kompartemen digenangi air, tetapi bisa tetap mengapung jika tiga atau bahkan empat kompartemen mengalami kebocoran. Namun, jika lima atau lebih kompartemen bocor, bagian atas sekat akan terendam dan kapal akan terus-menerus kebanjiran.{{sfn|Mersey|1912}}{{sfn|Ballard|1987|p=22}} |
Kendati sekat kedap air berada jauh di atas garis air, sekat ini tidak disegel di bagian atasnya. Andai kata terlalu banyak kompartemen yang kebanjiran, haluan kapal akan tenggelam lebih dalam di air, dan air akan meluap dari satu kompartemen ke kompartemen berikutnya secara berurutan, serupa dengan air yang tumpah di atas baki es batu. Hal demikian terjadi pada ''Titanic'', yang mengalami kerusakan pada tangki bagian depan, tiga palka depan, ruang ketel No. 6, dan sebagian kecil ruang ketel No. 5 – total enam kompartemen yang digenangi air. ''Titanic'' dirancang untuk mengapung jika hanya dua kompartemen digenangi air, tetapi bisa tetap mengapung jika tiga atau bahkan empat kompartemen mengalami kebocoran. Namun, jika lima atau lebih kompartemen bocor, bagian atas sekat akan terendam dan kapal akan terus-menerus kebanjiran.{{sfn|Mersey|1912}}{{sfn|Ballard|1987|p=22}} |
||
[[File:Titanic sinking gif.gif|alt=|thumb|''Titanic'' tenggelam dalam waktu dua jam empat puluh |
[[File:Titanic sinking gif.gif|alt=|thumb|''Titanic'' tenggelam dalam waktu dua jam empat puluh menit.]] |
||
Kapten Smith merasakan tabrakan di kabinnya dan bergegas menuju anjungan. Setelah diberitahu mengenai situasi tersebut, ia memanggil [[Thomas Andrews (pembangun kapal)|Thomas Andrews]], perancang ''Titanic'', yang merupakan salah seorang rekayasawan Harland and Wolff yang ikut serta mengamati pelayaran perdana kapal penumpang tersebut.{{sfn|Barczewski|2006|p=147}} Kapal miring lima derajat ke arah kanan dan dua derajat ke arah depan beberapa menit setelah tabrakan.{{sfn|Butler|1998|p=71}} Smith dan Andrews menuju ke geladak bawah dan menemukan bahwa ruang kargo depan, ruang surat, dan lapangan skuas telah kebanjiran, sedangkan ruang ketel No. 6 sudah tergenang air sedalam {{convert|14|ft}}. Air meluap ke ruang ketel No. 5,{{sfn|Butler|1998|p=71}} dan para awak di sana berupaya memompa air keluar.{{sfn|Butler|1998|p=72}} |
Kapten Smith merasakan tabrakan di kabinnya dan bergegas menuju anjungan. Setelah diberitahu mengenai situasi tersebut, ia memanggil [[Thomas Andrews (pembangun kapal)|Thomas Andrews]], perancang ''Titanic'', yang merupakan salah seorang rekayasawan Harland and Wolff yang ikut serta mengamati pelayaran perdana kapal penumpang tersebut.{{sfn|Barczewski|2006|p=147}} Kapal miring lima derajat ke arah kanan dan dua derajat ke arah depan beberapa menit setelah tabrakan.{{sfn|Butler|1998|p=71}} Smith dan Andrews menuju ke geladak bawah dan menemukan bahwa ruang kargo depan, ruang surat, dan lapangan skuas telah kebanjiran, sedangkan ruang ketel No. 6 sudah tergenang air sedalam {{convert|14|ft}}. Air meluap ke ruang ketel No. 5,{{sfn|Butler|1998|p=71}} dan para awak di sana berupaya memompa air keluar.{{sfn|Butler|1998|p=72}} |
||
Dalam waktu 45 menit setelah tabrakan, setidaknya {{convert|13500|LT|t}} air telah membanjiri kapal. Hal demikian terlalu berat untuk ditangani oleh pompa balas dan lambung ''Titanic''; total kapasitas pemompaan dari keseluruhan pompa |
Dalam waktu 45 menit setelah tabrakan, setidaknya {{convert|13500|LT|t}} air telah membanjiri kapal. Hal demikian terlalu berat untuk ditangani oleh pompa balas dan lambung ''Titanic''; total kapasitas pemompaan dari keseluruhan pompa hanya {{convert|1700|LT|t}} per jam.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=112}} Andrews memberi tahu nakhoda bahwa lima kompartemen telah kebanjiran, dan dengan demikian ''Titanic'' akan karam. Andrews secara akurat memperkirakan bahwa kapal bisa tetap mengapung tidak lebih dari dua jam.{{sfn|Barczewski|2006|p=148}} |
||
Dari mulai tabrakan sampai saat tenggelam, setidaknya {{convert|35000|LT|t}} air membanjiri ''Titanic'', mengakibatkan [[Berat benaman|daya benamnya]] naik dua kali lipat dari {{convert|48300|LT|t}} menjadi lebih dari {{convert|83000|LT|t}}.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=106}} Pembanjiran tidak berlangsung dengan kecepatan konstan, dan tidak pula disebarkan secara merata ke seluruh area kapal, dikarenakan konfigurasi kompartemen yang kebanjiran. Mula-mula, kemiringan ke arah kanan disebabkan oleh banjir asimetris di sisi kanan saat air meluap ke lorong di bagian bawah kapal.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=116}} Ketika lorong tersebut dipenuhi air, kemiringannya berubah dengan sendirinya, dan kemudian kapal mulai miring 10 derajat ke arah kiri karena sisi tersebut juga dibanjiri secara asimetris.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=118}} |
Dari mulai tabrakan sampai saat tenggelam, setidaknya {{convert|35000|LT|t}} air membanjiri ''Titanic'', mengakibatkan [[Berat benaman|daya benamnya]] naik hampir dua kali lipat dari {{convert|48300|LT|t}} menjadi lebih dari {{convert|83000|LT|t}}.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=106}} Pembanjiran tidak berlangsung dengan kecepatan konstan, dan tidak pula disebarkan secara merata ke seluruh area kapal, dikarenakan konfigurasi kompartemen yang kebanjiran. Mula-mula, kemiringan ke arah kanan disebabkan oleh banjir asimetris di sisi kanan saat air meluap ke lorong di bagian bawah kapal.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=116}} Ketika lorong tersebut dipenuhi air, kemiringannya berubah dengan sendirinya, dan kemudian kapal mulai miring 10 derajat ke arah kiri karena sisi tersebut juga dibanjiri secara asimetris.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=118}} |
||
Sudut hunjam ''Titanic'' berubah cukup cepat dari nol derajat menjadi kira-kira empat setengah derajat dalam waktu satu jam setelah tabrakan, tetapi laju penghunjaman kapal melambat pada jam kedua, hanya turun kira-kira satu derajat.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=109}} Situasi demikian memunculkan harapan palsu pada orang-orang yang berada di kapal bahwa ''Titanic'' sanggup mengapung cukup lama sebelum diselamatkan. Pada pukul 01.30, laju tenggelam bagian depan meningkat hingga mencapai sudut hunjam sepuluh derajat.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=118}} Kira-kira pukul 02.15, laju tenggelam ''Titanic'' meningkat dengan cepat di kala air mulai membanjiri bagian kapal yang |
Sudut hunjam ''Titanic'' berubah cukup cepat dari nol derajat menjadi kira-kira empat setengah derajat dalam waktu satu jam setelah tabrakan, tetapi laju penghunjaman kapal melambat pada jam kedua, hanya turun kira-kira satu derajat.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=109}} Situasi demikian memunculkan harapan palsu pada orang-orang yang berada di kapal bahwa ''Titanic'' sanggup mengapung cukup lama sebelum diselamatkan. Pada pukul 01.30, laju tenggelam bagian depan meningkat hingga mencapai sudut hunjam sepuluh derajat.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=118}} Kira-kira pukul 02.15, laju tenggelam ''Titanic'' meningkat dengan cepat di kala air mulai membanjiri bagian kapal yang belum terendam melalui palka geladak, dan akhirnya menghilang dari pandangan pada pukul 02.20.{{sfn|Barratt|2010|p=131}} |
||
== 15 April 1912 == |
|||
=== Bersiap meningggalkan kapal === |
|||
[[File:EJ Smith2.jpg|thumb|alt=Foto seorang pria berjanggut mengenakan seragam kapten putih dengan tangan bersilang|Kapten [[Edward Smith (kapten laut)|Edward Smith]], nakhoda ''Titanic'', pada tahun 1911]] |
|||
Pukul 00.05 tanggal 15 April, Kapten Smith memerintahkan agar [[sekoci]] kapal disingkap dan para penumpang dikumpulkan. Ketika itu, banyak penumpang yang sudah terbangun, menyadari bahwa mesin dan getaran yang menyertainya tiba-tiba berhenti.{{sfn|Ballard|1987|p=22}} Smith juga memerintahkan agar operator radio mulai mengirimkan sinyal darurat. Operator radio salah menentukan lokasi kapal di sisi barat sabuk es dan mengarahkan kapal penyelamat ke lokasi yang tidak akurat sejauh kira-kira {{convert|13.5|nmi|mi km}}.{{sfn|Ballard|1987|p=199}}{{sfn|Bartlett|2011|p=120}} Di geladak bawah, air mulai meluap ke lantai terbawah kapal. Ketika ruang surat kebanjiran, para penyortir surat berjibaku menyelamatkan 400.000 pucuk surat yang diangkut oleh ''Titanic''. Di tempat lain, terdengar bunyi udara menyesak dipaksa keluar oleh air yang masuk.{{sfn|Bartlett|2011|pp=118–119}} Di geladak atas, awak kabin bergegas dari pintu ke pintu, membangunkan para penumpang dan awak yang tertidur karena ''Titanic'' tidak memiliki sistem alamat massal, lalu menyuruh mereka untuk bertolak ke geladak sekoci.{{sfn|Barczewski|2006|p=20}} |
|||
Kesaksamaan dalam mengumpulkan penumpang ditentukan oleh kelas; awak kabin kelas satu hanya bertanggung jawab atas beberapa kabin, sementara awak kabin yang bertanggung jawab atas penumpang kelas dua dan tiga harus mengurusi banyak penumpang. Awak kabin kelas satu memberikan bantuan langsung, membantu para penumpang berpakaian dan membawa mereka ke geladak. Dengan begitu banyaknya penumpang yang harus diurus, awak kabin kelas dua dan tiga umumnya membatasi upaya untuk membuka pintu dan memberi tahu penumpang agar mengenakan [[baju pelampung]] dan naik ke lantai atas. Di kelas tiga, sebagian besar penumpang dibiarkan berjuang sendiri setelah diberi tahu untuk naik ke geladak.{{sfn|Bartlett|2011|p=121}} Kebanyakan penumpang dan awak enggan menuruti perintah ini, entah menolak untuk memercayai bahwa ada masalah pada kapal atau lebih memilih kehangatan interior kapal daripada udara malam yang sangat dingin. Penumpang tidak diberi tahu bahwa kapal akan tenggelam, meskipun beberapa penumpang menyadari bahwa kapal telah [[Sudut kemiringan|miring]].{{sfn|Barczewski|2006|p=20}} |
|||
Kira-kira pukul 00.15, awak kabin mulai memerintahkan penumpang untuk mengenakan pelampung,{{sfn|Bartlett|2011|p=126}} meskipun masih banyak penumpang yang menganggap perintah tersebut sebagai lelucon.{{sfn|Barczewski|2006|p=20}} Beberapa penumpang mulai bermain [[sepak bola]] dadakan dengan bongkahan es yang berserakan di geladak depan.{{sfn|Bartlett|2011|p=116}} Di geladak sekoci, para awak mulai menyiapkan sekoci penolong. Sulit untuk mendengar apa pun di sana karena bisingnya suara uap bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh ketel uap dan keluar melalui katup pada cerobong kapal. Seorang penyintas bernama [[Lawrence Beesley]] mengibaratkan suara tersebut dengan "ledakan keras dan memekakkan telinga yang membuat kami sulit bercakap-cakap; bayangkan 20 lokomotif menyemburkan uap dengan nada rendah, seperti itulah suara yang kami dengar saat kami naik ke geladak atas."{{sfn|Beesley|1960|pp=32–33}} Suara tersebut teramat bising sehingga para awak harus menggunakan isyarat tangan untuk berkomunikasi.{{sfn|Bartlett|2011|p=124}} |
|||
Titanic memiliki 20 sekoci, 16 di antaranya adalah sekoci kayu pada [[dewi-dewi]], dengan delapan sekoci pada masing-masing sisi kapal, dan empat sekoci lipat dengan alas kayu dan dinding kanvas.{{sfn|Barczewski|2006|p=20}} Sekoci lipat disimpan terbalik dengan kedua sisinya dilipat, sekoci ini harus diberdirikan dan dipindahkan ke dewi-dewi agar bisa diturunkan ke laut.{{sfn|Lord|1987|p=90}} Dua sekoci lipat disimpan di bawah sekoci kayu dan dua lainnya diikat di atas barak kelasi.{{sfn|Barczewski|2006|p=21}} Letak yang terakhir ini menyulitkan sekoci tersebut untuk diluncurkan, karena beratnya beberapa ton dan harus diangkut ke geladak.{{sfn|Bartlett|2011|p=123}} Rata-rata sekoci sanggup menampung hingga 68 orang, dan secara keseluruhan mampu mengangkut 1.178 orang, hampir setengah dari penghuni ''Titanic'' dan sepertiga dari jumlah yang diizinkan untuk diangkut oleh kapal tersebut. Kurangnya jumlah sekoci bukan disebabkan oleh ketidaktersediaan ruang maupun biaya. ''Titanic'' dirancang untuk menampung maksimal 68 sekoci, yang cukup untuk mengangkut seluruh awak dan penumpang di dalamnya. Biaya yang dibutuhkan untuk menambah 32 sekoci pun hanya sekitar {{US$|16,000|1912|round=-3}},{{Inflation-fn|US}}, kurang lebih hanya 1% dari $7,5 juta biaya yang dihabiskan perusahaan untuk membuat ''Titanic''.{{sfn|Hutchings|de Kerbrech|2011|p=112}} |
|||
Dalam [[keadaan darurat]], sekoci pada masa itu hanya digunakan untuk memindahkan penumpang dari kapal yang kecelakaan menuju kapal penyelamat terdekat.{{sfn|Hutchings|de Kerbrech|2011|p=116}}{{efn|Sebuah insiden menegaskan anggapan ini saat ''Titanic'' sedang dibangun: kapal White Star ''Republic'' mengalami tabrakan dan tenggelam. Meskipun kapal tersebut tidak memiliki sekoci yang cukup untuk menampung keseluruhan penumpang, mereka semua terselamatkan karena kapal dapat mengapung cukup lama untuk diangkut ke kapal penyelamat.{{sfn|Chirnside|2004|p=29}}}} Oleh karena itu, sudah jadi hal lumrah bilamana kapal memiliki sekoci yang jauh lebih sedikit daripada jumlah sekoci yang dibutuhkan untuk menampung keseluruhan penumpang dan awak, dan dari 39 kapal Britania berbobot lebih dari {{convert|10000|LT|t}} pada masa itu, 33 di antaranya memiliki kapasitas sekoci yang lebih sedikit daripada jumlah penumpang.{{sfn|Bartlett|2011|p=30}} White Star Line menginginkan kapal memiliki [[Taman pejalan kaki|geladak pejalan kaki]] yang luas dengan pemandangan laut tak terhalang, dan keberadaan deretan sekoci akan menghalangi pemandangan tersebut.{{sfn|Marshall|1912|p=141}} |
|||
Kapten Smith adalah pelaut berpengalaman yang telah mengabdi selama 40 tahun di lautan, termasuk 27 tahun sebagai nakhoda. Peristiwa ini menjadi krisis pertama dalam kariernya, dan ia pun menyadari bahkan jika semua sekoci terisi penuh, lebih dari seribu orang akan terperangkap di kapal saat ''Titanic'' tenggelam, dengan sedikit atau tidak ada peluang untuk selamat.{{sfn|Ballard|1987|p=22}} Beberapa sumber kelak mengungkapkan bahwa setelah memahami apa yang akan terjadi, Kapten Smith didera ketakutan, mengalami gangguan mental atau kegugupan, dan menjadi [[Kelinglungan|linglung]]. Hal demikian membuatnya tidak bisa mencari solusi untuk meminimalisir korban jiwa.{{sfn|Butler|1998|pp=250–252}}{{sfn|Cox|1999|pp=50–52}} Namun, sejumlah penyintas mengungkapkan bahwa Smith berperan aktif dan bersikap dingin serta tenang pada saat-saat kritis. Setelah kapal menabrak gunung es, Smith lekas memulai penyelidikan mengenai kondisi dan tingkat kerusakan, menginspeksi sendiri geladak bawah untuk mengetahui kerusakan, dan memerintahkan petugas nirkabel untuk meminta bantuan. Ia bertindak cepat dengan memerintahkan para awak agar mulai mempersiapkan pemuatan sekoci, dan membantu penumpang memakai [[baju pelampung]] sebelum ia diberitahu oleh Andrews bahwa kapal akan tenggelam. Smith terlihat di dekat geladak, sendirian mengawasi dan membantu memuat sekoci, bercakap-cakap dengan penumpang, dan berupaya meyakinkan pentingnya mengikuti perintah evakuasi sembari menghindari kepanikan.{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|pp=162–163}} |
|||
Opsir Keempat Boxhall diberitahu oleh Smith pada pukul 00.25 bahwa kapal akan tenggelam,{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|p=183}} sedangkan Intendans George Rowe tidak menyadari kalau keadaan sedang darurat sampai proses evakuasi dimulai, ia menelepon anjungan dari stasiun pengawasnya, bertanya kenapa ia baru saja melihat sebuah sekoci lewat.{{sfn|Bartlett|2011|p=106}} Para awak kapal tidak siap menghadapi keadaan darurat karena minimnya pelatihan sekoci. Tercatat hanya satu pelatihan sekoci yang dilaksanakan, yakni saat kapal berlabuh di Southampton. Pelatihan tersebut hanya berjalan sekilas, tatkala dua sekoci diturunkan, masing-masing diawaki oleh seorang kelasi dan empat awak yang mendayung mengitari dermaga selama beberapa menit, kemudian kembali ke kapal. Sekoci seyogianya dilengkapi dengan perbekalan darurat, tetapi penumpang ''Titanic'' menemukan bahwa hanya sedikit perbekalan yang tersedia di sekoci, meskipun ada upaya dari tukang roti kapal bernama [[Charles Joughin]] dan stafnya untuk memasok perbekalan ke sekoci.{{sfn|Mowbray|1912|p=279}} Tidak ada pelatihan sekoci atau pelatihan damkar yang diselenggarakan sejak ''Titanic'' meninggalkan Southampton.{{sfn|Mowbray|1912|p=279}} Pelatihan sekoci dijadwalkan pada hari Minggu pagi menjelang kapal tenggelam, tetapi dibatalkan oleh Kapten Smith karena alasan yang tidak diketahui.{{sfn|Aldridge|2008|p=47}} |
|||
Daftar penugasan awak untuk menangani sekoci telah ditempel di kapal, tetapi hanya sedikit awak yang membacanya atau mengetahui apa yang mesti dilakukan. Sebagian besar awak kapal bukanlah pelaut, beberapa di antaranya bahkan belum pernah mendayung perahu. Para awak harus menghadapi tugas rumit dalam mengatur penurunan 20 sekoci untuk membawa 1.100 orang, yang berjejer sepanjang {{convert|70|ft|m}} di sisi kapal.{{sfn|Bartlett|2011|p=123}} Menurut sejarawan bencana, Thomas E. Bonsall, evakuasi diatur dengan sangat buruk, "seumpamanya mereka memiliki jumlah sekoci yang cukup, mereka masih akan kesulitan meluncurkannya, mengingat keterbatasan waktu dan buruknya kepemimpinan." Hal demikian benar adanya, karena tidak semua sekoci di kapal ''Titanic'' berhasil diluncurkan sebelum kapal tenggelam.{{sfn|Cox|1999|p=52}} |
|||
Kira-kira pukul 00.20, 40 menit setelah tabrakan, sekoci mulai disiagakan. Opsir Kedua Lightoller mengenang bahwa ia harus menangkupkan kedua tangannya di telinga Smith untuk berkomunikasi di tengah kebisingan. Lightoller mengungkapkan: "Saya berteriak sekuat tenaga, bukankah sebaiknya kita menaikkan wanita dan anak-anak ke dalam sekoci, ''Sir''?' Dia mendengar dan mengangguk menjawab."{{sfn|Gleicher|2006|p=65}} Smith lantas memerintahkan agar Lightoller dan Murdoch "menaikkan wanita dan anak-anak".{{sfn|Lord|2005|p=37}} Lightoller mengambil alih sekoci di sisi kiri dan Murdoch mengambil alih sekoci di sisi kanan. Keduanya menafsirkan perintah evakuasi "wanita dan anak-anak" secara berbeda; Murdoch mengartikannya sebagai "[[wanita dan anak-anak dahulu|mendahulukan wanita dan anak-anak]]", sedangkan Lightoller mengartikannya "hanya wanita dan anak-anak". Lightoller menurunkan sekoci dengan banyak tempat kosong jika tidak ada lagi wanita dan anak-anak yang akan naik, sedangkan Murdoch mengizinkan segelintir pria untuk naik jika seluruh wanita dan anak-anak di dekatnya sudah naik.{{sfn|Barczewski|2006|p=21}} |
|||
Tidak ada awak yang mengetahui berapa banyak orang yang sanggup diangkut dengan aman di sekoci saat diturunkan, dan mereka tidak mau mengambil risiko dengan mengisi penuh sekoci. Sekoci sebenarnya bisa diturunkan cukup aman dengan berisi 68 orang, terutama dengan kondisi cuaca dan laut yang sangat bagus.{{sfn|Barczewski|2006|p=21}} Sekiranya hal ini dilakukan, 500 orang lagi bisa diselamatkan. Sebaliknya, ratusan orang, kebanyakan pria, ditinggalkan di kapal saat sekoci diluncurkan dalam keadaan setengah penuh.{{sfn|Bartlett|2011|p=124}}{{sfn|Cox|1999|p=52}} |
|||
Pada awalnya, hanya sedikit penumpang yang bersedia naik ke sekoci dan petugas evakuasi kesulitan untuk membujuk penumpang lainnya. Miliarder [[John Jacob Astor IV|John Jacob Astor]] menyatakan: "Kami lebih aman di sini daripada di perahu kecil itu."{{sfn|Lord|1976|pp=73–74}} Sejumlah penumpang dengan tegas menolak untuk menaiki sekoci. [[J. Bruce Ismay]] yang menyadari betapa daruratnya situasi pada saat itu, menjelajahi geladak bagian kanan, mendesak para penumpang dan awak agar naik ke sekoci. Segelintir wanita, pasangan, dan pria lajang dibujuk untuk naik ke sekoci No. 7, menjadi sekoci pertama yang diturunkan.{{sfn|Lord|1976|pp=73–74}} |
|||
=== Keberangkatan sekoci === |
|||
{{further|Sekoci Titanic|l1=Sekoci ''Titanic''}} |
|||
[[File:Photograph of a Lifeboat Carrying Titanic Survivors - NARA - 278337.jpg|thumb|right|Sekoci No. 6 dengan muatan di bawah kapasitas]] |
|||
Pada pukul 00.45, sekoci No. 7 didayung menjauh dari ''Titanic'' dengan muatan 28 penumpang, meskipun kapasitasnya 65 orang. Sekoci No. 6 di sisi kiri kapal lantas diturunkan pada pukul 00.55. Sekoci tersebut juga memuat 28 orang, di antaranya adalah [[Margaret Brown|Margaret "Molly" Brown]] "yang tidak dapat tenggelam". Lightoller menyadari hanya ada seorang kelasi di sekoci tersebut (Intendans Robert Hichens) dan memanggil sukarelawan. Mayor [[Arthur Godfrey Peuchen]] dari [[Royal Canadian Yacht Club]] mengajukan diri dan naik ke sekoci; ia adalah satu-satunya penumpang pria dewasa yang diizinkan Lightoller untuk menaiki sekoci saat proses evakuasi di sisi kiri kapal.{{sfn|Lord|1976|p=87}} Peran Peuchen ini menyoroti masalah utama saat proses evakuasi: nyaris tidak ada kelasi yang mengawaki perahu. Sejumlah awak dikirim ke geladak bawah untuk membuka pintu guna mengevakuasi lebih banyak penumpang, tetapi para awak ini tidak pernah kembali. Menurut dugaan, mereka terjebak dan tenggelam akibat air yang membanjiri geladak bawah.{{sfn|Bartlett|2011|p=150}} |
|||
[[File:The Sad Parting - no caption.jpg|thumb|left|upright|''The Sad Parting'', ilustrasi tahun 1912|alt=Ilustrasi seorang wanita menangis yang dihibur oleh seorang pria di geladak kapal yang miring. Di latar belakang seorang pria sedang menaikkan seorang wanita ke sekoci.]] |
|||
Sementara itu, awak kapal lainnya berjuang mempertahankan layanan vital karena air terus mengalir ke geladak bawah kapal. Para teknisi dan juru api berupaya mengeluarkan uap dari ketel untuk mencegahnya meledak saat bersentuhan dengan air dingin. Mereka membuka kembali pintu kedap air untuk memasang pompa portabel tambahan di kompartemen depan guna mengurangi luapan air, meskipun usaha ini sia-sia. Para awak juga mengupayakan generator listrik tetap menyala agar penerangan dan daya di seluruh kapal tetap hidup. Awak kabin [[Frederick Dent Ray]] nyaris tersapu air sewaktu dinding kayu di antara baraknya dan kabin kelas tiga di dek E runtuh, memerangkapnya di air setinggi pinggang.{{sfn|Lord|1976|p=78}} Dua orang teknisi, Herbert Harvey dan Jonathan Shepherd (yang kaki kirinya patah setelah jatuh ke dalam ceruk beberapa menit sebelumnya), tewas pada pukul 00.45 di ruang ketel No. 5 ketika pintu bunker yang memisahkan ruang ketel No. 5 dan No. 6 ambruk dan tersapu oleh "gelombang busa hijau", sebagaimana diutarakan oleh juru api [[Frederick Barrett]], yang juga hampir terperangkap di ruang ketel tersebut.{{sfn|Halpern|Weeks|2011|p=126}} |
|||
Menurut pengakuan seorang penyintas bernama Trimmer George Cavell, pada pukul 01.20 di ruang ketel No. 4, air mulai meluap dari pelat lantai logam di bawah, menandakan bahwa bagian bawah kapal juga telah bocor akibat menabrak gunung es. Luapan air juga membanjiri ruang pompa, yang memaksa juru api dan juru batu bara untuk mengevakuasi ruang ketel.{{sfn|Lord|1976|p=76}} Di buritan, Kepala Teknisi Bell dan rekan-rekannya serta sejumlah juru api dan juru minyak tetap tinggal di ruang ketel No. 1, 2, 3 serta ruang [[motor bakar torak]] dan turbin yang belum kebanjiran. Mereka terus menyalakan ketel dan generator listrik agar lampu dan pompa kapal bisa terus beroperasi dan radio tetap menyala sehingga sinyal mara bahaya dapat dikirim.{{sfn|Ballard|1987|p=25}} Beberapa sumber mengungkapkan bahwa para awak ini tetap berada di tempat tersebut sampai akhir, yang memastikan bahwa listrik ''Titanic'' tetap menyala sampai menit-menit terakhir tenggelamnya. Menurut juru api Frederick Scott, kira-kira pukul 02.05, ketika jelas bahwa usaha untuk mempertahankan kapal sia-sia, dan banjir di kompartemen depan terlalu parah untuk diatasi oleh pompa, ia bersama sejumlah teknisi dan awak lainnya naik ke geladak terbuka ''Titanic'', tetapi saat itu semua sekoci telah berangkat. Scott bersaksi melihat 8 dari 35 orang insinyur kapal berkumpul di ujung belakang geladak di sisi kanan.<ref>{{cite web |url=https://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq06Scott02.php |title=Day 6 – Testimony of Frederick Scott (Greaser, SS Titanic) |work=British Wreck Commissioner's Inquiry |date=10 May 1912 |access-date=9 April 2020 |archive-date=6 January 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210106101508/https://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq06Scott02.php |url-status=live }}</ref> Tidak ada teknisi dan juru listrik ''Titanic'' yang selamat.{{sfn|Butler|1998|p=226}} Begitu pula dengan 5 petugas pos di ''Titanic'', yang terlihat terakhir kali sedang berjibaku menyelamatkan kantong surat yang mereka selamatkan dari ruang surat yang kebanjiran. Kesemuanya terperangkap oleh air yang membanjiri dek D.{{sfn|Butler|1998|p=225}} |
|||
Sebagian besar penumpang kelas tiga juga berjuang menerobos air yang membanjiri kabin penumpang di dek E, F, dan G. Carl Jansson, salah seorang dari sedikit penyintas kelas tiga, mengutarakan: |
|||
<blockquote> |
|||
Lantas saya berlari ke kabin saya untuk mengambil pakaian, jam tangan dan tas, tetapi hanya sempat mengambil jam tangan dan mantel ketika air dengan kekuatan yang sangat besar masuk ke kabin dan saya harus bergegas lagi naik ke geladak tempat saya menemukan teman-teman saya sedang berdiri memakai baju pelampung dan teror tergambar di wajah mereka. Apa yang harus saya lakukan sekarang, tanpa pelampung, tanpa sepatu dan tanpa topi?{{sfn|Gleicher|2006|p=40}} |
|||
</blockquote> |
|||
Sekoci diturunkan setiap beberapa menit sekali di masing-masing sisi kapal, tetapi sebagian besar sekoci tidak terisi penuh. Sekoci No. 5 berangkat dengan 41 penumpang, No. 3 berangkat dengan 32 penumpang, No. 8 berangkat dengan 39 penumpang,{{sfn|Ballard|1987|p=24}} dan No. 1 hanya berisikan 12 penumpang dari kapasitas 40 orang.{{sfn|Ballard|1987|p=24}} Evakuasi tidak berjalan lancar, dan penumpang mengalami kecelakaan atau cedera saat proses evakuasi. Seorang wanita jatuh saat hendak menaiki sekoci No. 10, tetapi seseorang menangkap pergelangan kakinya dan menariknya kembali ke geladak [[:wikt:Promenade|promenade]].{{sfn|Lord|1976|p=90}} Penumpang kelas satu Annie Stengel mengalami patah tulang rusuk ketika seorang dokter Jerman-Amerika dan adik laki-lakinya melompat ke sekoci No. 5, yang menindih dan membuatnya pingsan.{{sfn|Bartlett|2011|p=147}}{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=150}} Proses penurunan sekoci juga berisiko. Sekoci No. 6 hampir kebanjiran saat turun akibat air yang meluap dari sisi kapal, tetapi berhasil menjauh dari kapal.{{sfn|Ballard|1987|p=24}}{{sfn|Bartlett|2011|p=145}} Penumpang di sekoci No. 3 nyaris terlempar ke laut ketika salah satu penggerek macet sesaat.{{sfn|Bartlett|2011|p=152}} |
|||
{{listen |filename=RMS Titanic distress signal simulated as morse code.wav |title=Sinyal mara bahaya |description=Simulasi sinyal mara bahaya Titanic dalam [[kode Morse]]. "SOS SOS CQD CQD – MGY WE ARE SINKING FAST PASSENGERS BEING PUT INTO BOATS MGY"}} |
|||
Pada pukul 01.20, keseriusan situasi mulai terlihat di atas geladak tatkala para penumpang mulai saling mengucapkan selamat tinggal dan para suami mengawal istri dan anak-anak mereka ke sekoci. Suar mara bahaya ditembakkan setiap beberapa menit sekali untuk menarik perhatian kapal terdekat, dan operator radio berulang kali mengirimkan [[sinyal mara bahaya]] [[CQD]]. Operator radio [[Harold Bride]] menyarankankan agar rekannya, Jack Phillips, harus menggunakan sinyal [[SOS]], karena "mungkin ini adalah kesempatan terakhirmu untuk mengirimkannya". Bertentangan dengan ucapan Bride, SOS bukanlah sinyal baru, melainkan telah digunakan berkali-kali sebelumnya.{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|p=205}} Kedua operator radio tersebut menghubungi kapal lain untuk meminta bantuan. Beberapa kapal menanggapi, yang terdekat adalah [[RMS Carpathia|RMS ''Carpathia]], berjarak {{convert|58|mi}} dari ''Titanic''.{{sfn|Butler|1998|p=98}} Kecepatan ''Carpathia'' jauh lebih lambat daripada ''Titanic'', bahkan jika dikemudikan dengan kecepatan maksimum {{convert|17|kn|mph km/h|lk=in|abbr=on}}, kapal ini membutuhkan waktu empat jam untuk mencapai ''Titanic''.{{sfn|Butler|1998|p=113}} Kapal lainnya yang menanggapi adalah SS ''Mount Temple'', tetapi perjalanannya terhalang oleh bongkahan es saat hendak berlayar menuju ''Titanic''.<ref>{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq09Moore01.php|title=Testimony of Henry James Moore at the US Inquiry|access-date=1 May 2017|archive-date=21 June 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20180621170144/http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq09Moore01.php|url-status=live}}</ref> |
|||
Sebenarnya, kapal terdekat dari ''Titanic'' adalah [[SS Californian|SS ''Californian'']], yang telah memperingatkan ''Titanic'' mengenai bahaya es beberapa jam sebelumnya. Kapten ''Californian'', [[Stanley Lord]], khawatir bahwa kapalnya akan terjebak di ladang es hanyut dan memutuskan untuk berhenti kira-kira pukul 22.00 sembari menunggu datangnya siang untuk menemukan jalan melewati ladang es.{{sfn|Butler|1998|p=159}} Pada pukul 23.30, 10 menit sebelum ''Titanic'' menabrak gunung es, operator radio ''Californian'' bernama [[Cyril Furmstone Evans|Cyril Evans]] mematikan perangkatnya pada malam itu dan tidur.{{sfn|Butler|1998|p=161}} Di anjungan, Opsir Ketiga Charles Groves melihat sisi kanan sebuah kapal besar kira-kira berjarak {{convert|10|to|12|mi|abbr=on}} dari ''Californian'', yang mendadak berbelok ke kiri dan berhenti. Seandainya operator radio ''Californian'' tetap di tempatnya lima belas menit lebih lama, ratusan nyawa mungkin bisa diselamatkan.{{sfn|Butler|1998|p=160}} Satu jam kemudian, Opsir Kedua Herbert Stone melihat lima roket putih meledak di atas kapal yang berhenti. Stone tidak yakin mengenai makna roket itu, ia lantas memanggil Kapten Lord yang sedang beristirahat di ruang peta dan melaporkan penampakan tersebut.{{sfn|Butler|1998|p=162}} Lord tidak melakukan tindakan apa pun terkait laporan tersebut, meskipun Stone bersikeras bahwa "Sebuah kapal tidak akan menembakkan roket di laut dengan sia-sia," ujarnya kepada salah seorang rekannya.{{sfn|Butler|1998|p=163}} |
|||
[[File:Titanic signal.jpg|thumb|upright=1.35|left|Sinyal mara bahaya yang dikirim kira-kira pukul 01.40 oleh operator radio ''Titanic'', Jack Phillips, ke kapal [[SS Birma|SS ''Birma'']] milik [[Russian American Line]]. Sinyal ini adalah salah satu pesan radio terakhir ''Titanic'' yang dapat dipahami.|alt=Foto sinyal mara bahaya bertuliskan: "SOS SOS CQD CQD. MGY [Titanic]. We are sinking fast passengers being put into boats. MGY"]] |
|||
Pada saat itu, para penumpang dan awak yang berada di ''Titanic'' sudah menyadari bahwa kapal benar-benar akan tenggelam dan sekoci tidak cukup untuk mengangkut semua orang. Ada yang masih berpegang teguh pada harapan bahwa hal terburuk tidak akan terjadi. [[Eloise Hughes Smith]] memohon apakah Lucian, suami yang baru dinikahinya dua bulan lalu, boleh naik sekoci bersamanya, tetapi Kapten Smith mengabaikannya, berteriak melalui megafonnya bahwa wanita dan anak-anak harus didahulukan. Lucian berkata, "Tidak apa-apa, kapten, mengenai masalah itu; saya akan memastikan dia naik sekoci", lalu ia memberi tahu Eloise, "Aku tidak pernah berharap memintamu untuk patuh, tetapi kali ini kau harus menurutiku. Ini hanyalah masalah mendahulukan wanita dan anak-anak. Peralatan di kapal ini lengkap dan semua orang akan diselamatkan."{{sfn|Lord|1976|p=84}} Suami Charlotte Collyer, Harvey, berseru kepada istrinya saat ia dinaikkan ke atas sekoci, "Pergilah, Lottie! Demi Tuhan, beranilah dan pergilah! Aku akan mendapat tempat duduk di sekoci lain!". Tidak seorang pun dari pria ini yang selamat.{{sfn|Lord|1976|p=84}} |
|||
Pasangan lain menolak untuk dipisahkan. [[Ida Straus]], istri pemilik [[swalayan]] [[Macy's]] dan mantan anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat]] Isidor Straus, berkata kepada suaminya: "Kami telah hidup bersama selama bertahun-tahun. Ke mana kau pergi, aku ikut."{{sfn|Lord|1976|p=84}} Mereka berdua duduk di sepasang kursi di geladak dan menunggu sampai akhir.{{sfn|Lord|1976|p=85}} Industriawan [[Benjamin Guggenheim]] mengganti baju pelampung dan sweternya dengan topi tinggi dan baju pesta dan menyatakan keinginannya untuk "berpulang selayaknya pria terhormat".{{sfn|Ballard|1987|p=25}} |
|||
Pada saat itu, sebagian besar penumpang yang menaiki sekoci berasal dari kelas satu dan dua. Segelintir penumpang kelas tiga berhasil naik ke geladak, sedangkan sebagian besarnya masih tersesat di labirin koridor atau terjebak di balik gerbang dan partisi yang memisahkan kabin penumpang kelas tiga dengan area kelas satu dan dua.{{sfn|Barczewski|2006|p=284}} Pemisahan ini bukan hanya karena alasan sosial, melainkan merupakan persyaratan undang-undang imigrasi Amerika Serikat, yang mewajibkan penumpang kelas tiga dipisahkan untuk mengontrol imigrasi dan mencegah penyebaran [[penyakit menular]]. Penumpang kapal kelas satu dan dua di jalur lintas Atlantik turun di dermaga utama di [[Pulau Manhattan]], tetapi penumpang kelas tiga harus melewati pemrosesan dan pemeriksaan kesehatan di [[Pulau Ellis]].{{sfn|Howells|1999|p=96}} Di sejumlah tempat, awak ''Titanic'' diduga menghalangi penyelamatan penumpang kelas tiga. Beberapa gerbang dikunci dan dijaga oleh awak kapal untuk mencegah penumpang kelas tiga menyerbu sekoci.{{sfn|Barczewski|2006|p=284}} Seorang penyintas asal Irlandia bernama Margaret Murphy menulis pada bulan Mei 1912: |
|||
<blockquote> |
|||
Bahkan sebelum semua penumpang kelas tiga memiliki peluang untuk menyelamatkan diri, para pelaut ''Titanic'' mengunci pintu dan jalan samping yang berasal dari seksi kelas tiga ... Sekelompok pria mencoba naik ke geladak yang lebih tinggi dan berkelahi dengan para pelaut; semuanya menyerang dan bertarung dan menyumpah. Wanita dan beberapa anak-anak yang ada di sana berdoa dan menangis. Kemudian para pelaut menyegel pintu palka yang menuju ke seksi kelas tiga. Mereka mengatakan ingin menahan udara di bawah agar kapal bisa mengapung lebih lama. Itu berarti semua harapan hilang bagi mereka yang masih berada di bawah sana.{{sfn|Barczewski|2006|p=284}} |
|||
</blockquote> |
|||
Rute yang panjang dan berliku harus ditempuh untuk mencapai lantai atas. Kabin kelas tiga terletak di dek C sampai G, yang berada di paling ujung geladak, dan dengan demikian jadi yang terjauh pula dari sekoci. Sebaliknya, kabin kelas satu terletak di geladak atas dan paling dekat dengan sekoci. Kedekatan dengan sekoci menjadi faktor penting dalam penyelamatan. Situasi ini makin diperumit dengan banyaknya penumpang kelas tiga yang tidak bisa berbahasa Inggris. Faktanya, sebagian besar [[penyintas]] kelas tiga merupakan imigran asal Irlandia yang bisa berbahasa Inggris.{{sfn|Howells|1999|p=95}} Banyak penyintas kelas tiga berutang nyawa pada awak kabin John Edward Hart, yang menerobos bagian dalam kapal untuk mengawal sekelompok penumpang kelas tiga ke geladak kapal. Penyintas lainnya menyelinap melalui gerbang terbuka atau menaiki tangga darurat.{{sfn|Lord|1976|pp=91–95}} |
|||
Beberapa penumpang yang sudah pasrah tidak berusaha menyelamatkan diri dan tinggal di kabin mereka atau berkumpul untuk berdoa di ruang makan kelas tiga.{{sfn|Lord|1976|p=97}} Kepala Juru Api Charles Hendrickson menyaksikan sekerumunan penumpang kelas tiga di geladak bawah menenteng koper dan harta benda mereka, seolah menunggu seseorang untuk mengarahkan mereka.{{sfn|Bartlett|2011|p=131}} Psikolog Wynn Craig Wade menyebut tindakan ini dengan "kepasrahan pasif" yang ditimbulkan oleh generasi yang diberi tahu apa yang harus dilakukan oleh pemimpin sosial.{{sfn|Butler|1998|p=225}} August Wennerström, salah seorang penyintas pria, mengungkapkan bahwa kebanyakan rekannya tidak berusaha menyelamatkan diri. Ia menulis: |
|||
<blockquote> |
|||
Ratusan orang mengelilingi lingkaran [di ruang makan kelas tiga] dan seorang [[pengkhotbah]] berdiri di tengah, berdoa, menangis, meminta Tuhan dan Bunda Maria untuk membantu mereka. Mereka berbaring di sana dan berteriak, tidak pernah mengangkat tangan untuk membantu diri sendiri. Mereka telah kehilangan daya kemauan sendiri dan berharap Tuhan menyelesaikannya untuk mereka.{{sfn|Gittins|Akers-Jordan|Behe|2011|p=167}} |
|||
</blockquote> |
|||
==== Peluncuran sekoci terakhir ==== |
|||
[[File:Leaving the sinking liner.jpg|right|thumb|upright|Sekoci No. 15 nyaris menimpa sekoci No. 13 (gambar oleh [[Charles Dixon (seniman)|Charles Dixon]]).|alt=Lukisan sekoci diturunkan di sisi Titanic, dengan satu sekoci akan diturunkan di atas sekoci lainnya di air. Sekoci ketiga terlihat di latar belakang.]] |
|||
Pada pukul 01.30, sudut kemiringan ''Titanic'' meningkat, meskipun tidak lebih dari 5 derajat, dengan peningkatan kemiringan ke sebelah kiri kapal. Situasi yang makin memburuk tercermin dari nada pesan yang dikirim dari kapal: "Kami menurunkan para wanita ke sekoci", yang dikirim pada pukul 01.25, "Ruang mesin kebanjiran" pada pukul 01.35, dan "Ruang mesin tergenang hingga ketel" pada pukul 01.45.{{sfn|Ballard|1987|p=26}} Ini adalah sinyal terakhir ''Titanic'' yang dapat dipahami, diduga dikirim saat sistem kelistrikan kapal mulai rusak; pesan-pesan selanjutnya campur aduk dan tidak dapat dipahami. Namun, kedua operator radio tersebut terus mengirimkan pesan mara bahaya sampai menit terakhir tenggelamnya ''Titanic''.{{sfn|Regal|2005|p=34}} |
|||
Sekoci yang tersisa diisi sesuai kapasitas dengan tergesa-gesa. Sekoci No. 11 bermuatan lima orang lebih banyak dari kapasitas nominalnya. Ketika diturunkan, sekoci ini nyaris kebanjiran air yang dipompa keluar dari kapal. Sekoci No. 13 juga menghadapi permasalahan yang sama, tetapi awak yang berada di kapal tidak bisa melepaskan tali penggerek. Sekoci tersebut mengayun ke belakang, bertepatan dengan diturunkannya sekoci No. 15. Tali penggerek berhasil dipotong tepat waktu dan kedua sekoci berangkat dengan selamat.{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=153}} |
|||
[[File:Reuterdahl - Sinking of the Titanic.jpg|thumb|left|''Sinking of the Titanic'' karya [[Henry Reuterdahl]]|alt=Lukisan kapal yang tenggelam dengan sekoci yang didayung menjauh di latar depan.]] |
|||
Kepanikan pecah ketika sekelompok penumpang pria menyerbu ke sisi kiri kapal tempat sekoci No. 14 sedang diturunkan dengan muatan 40 orang. Opsir Kelima Lowe, yang menangani sekoci tersebut, melepaskan tiga tembakan peringatan ke udara untuk mengendalikan massa.{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=154}} Sekoci No. 16 diturunkan lima menit kemudian. Salah seorang penumpang sekoci No. 16 adalah awak kabin [[Violet Jessop]], yang mengulangi pengalamannya empat tahun kemudian ketika ia selamat dalam musibah tenggelamnya salah satu kapal saudari ''Titanic'', [[RMS Britannic|RMS ''Britannic'']], pada [[Perang Dunia I]].{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=155}} Sekoci lipat C diluncurkan pada pukul 01.40 dari geladak kanan yang sekarang sudah sepi karena sebagian besar orang di geladak telah pindah ke [[buritan]] kapal. Di sekoci inilah [[J. Bruce Ismay]], kepala dan direktur pelaksana White Star Line, penyintas ''Titanic'' yang paling kontroversial, menyelinap masuk ke sekoci, tindakan yang kemudian dikecam sebagai tindakan pengecut.{{sfn|Ballard|1987|p=26}} |
|||
Pada pukul 01.40, sekoci No. 2 diturunkan.{{sfn|Ballard|1987|p=222}} Tatkala sekoci hendak diturunkan, Lightoller mengetahui sekoci telah diduduki oleh para pria yang "bukan orang Inggris, atau ras penutur bahasa Inggris ... [melainkan dari] kategori luas yang dikenal para pelaut sebagai '[[Daftar_julukan_etnis#D|dago]]'."{{sfn|Winocour|1960|p=296}} Lightoller mengusir mereka dengan menodongkan [[revolver]]nya, tetapi ia tidak menemukan wanita dan anak-anak lagi untuk mengisi sekoci,{{sfn|Winocour|1960|p=296}} dan sekoci diturunkan dengan muatan hanya 25 orang dari kapasitas 40 orang.{{sfn|Ballard|1987|p=222}} John Jacob Astor mengantar istrinya ke tempat aman di sekoci No. 4 pada pukul 01.55, tetapi ditolak masuk oleh Lightoller, meskipun 20 dari 60 kursi di dalamnya kosong.{{sfn|Ballard|1987|p=222}} |
|||
Sekoci terakhir yang diluncurkan adalah sekoci lipat D, yang berangkat pada pukul 02.05 dengan muatan 25 orang;<ref name="bright">{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq09Bright01.php|title=Testimony of Arthur Bright|access-date=6 October 2014|archive-date=4 October 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20181004101952/http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq09Bright01.php|url-status=live}}</ref> dua penumpang pria melompat ke atas sekoci yang sedang diturunkan.<ref>{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq10Woolner01.php|title=Testimony of Hugh Woolner|access-date=6 October 2014|archive-date=30 September 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20180930134431/http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq10Woolner01.php|url-status=live}}</ref> Air laut telah membanjiri geladak sekoci dan [[agil]] sudah tenggelam jauh di bawah air. Penumpang kelas satu Edith Evans menyerahkan tempatnya di sekoci, dan akhirnya tewas dalam kecelakaan tersebut. Ia merupakan satu dari empat wanita kelas satu yang tewas dalam tenggelamnya ''Titanic''. Beberapa penyintas, termasuk penumpang kelas tiga Eugene Daly dan penumpang kelas satu George Rheims, mengaku menyaksikan seorang petugas menembak seorang atau dua orang penumpang saat terjadinya kericuhan memperebutkan sekoci, lantas menembak dirinya sendiri. Dikabarkan secara luas bahwa petugas tersebut adalah [[William McMaster Murdoch|William Murdoch]].{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|pp=305–308}} |
|||
Kapten Smith menjalankan kunjungan terakhirnya ke geladak, memberi tahu operator radio dan awak lainnya: "Sekarang selamatkan diri kalian sendiri."{{sfn|Butler|1998|p=130}} Ia memberi tahu awak yang sedang berupaya meluncurkan sekoci lipat A, "Lakukan yang terbaik untuk wanita dan anak-anak, dan jaga dirimu sendiri," kemudian kembali ke anjungan tepat sebelum kapal tenggelam sepenuhnya.<ref>{{cite web |url=http://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq09Brown01.php |title=Day 9 – Testimony of Edward Brown (First Class Steward, SS Titanic) |work=British Wreck Commissioner's Inquiry |date=16 May 1912 |access-date=6 June 2015 |archive-date=30 July 2018 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180730095054/http://www.titanicinquiry.org/BOTInq/BOTInq09Brown01.php |url-status=live }}</ref> Diperkirakan bahwa Smith memilih untuk [[Nakhoda tenggelam bersama kapalnya|tenggelam bersama kapalnya]] dan tewas di anjungan ketika area tersebut tenggelam ditelan lautan.{{sfn|Bartlett|2011|p=224}}{{sfn|Ballard|1987|pp=40–41}} Menurut dugaan lain, Smith mungkin melompat ke laut dari anjungan saat kapal tenggelam. Ketika tengah berupaya menurunkan sekoci lipat B, Harold Bride melihat Kapten Smith terjun dari anjungan ke laut tepat sebelum anjungan terbenam.<ref>{{cite web|url=http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq14Bride01.php|title=Testimony of Harold Bride at the US Inquiry|access-date=6 October 2014|archive-date=9 April 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190409124059/https://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq14Bride01.php|url-status=live}}</ref> Perancang kapal, Thomas Andrews, dilaporkan terakhir kali terlihat di ruangan merokok kelas satu kira-kira pukul 02.05, kemungkinan ia tidak berusaha menyelamatkan diri.{{sfn|Eaton|Haas|1994|p=155}}{{sfn|Chirnside|2004|p=177}} Akan tetapi, terdapat bukti tidak langsung yang menunjukkan bahwa Andrews terlihat di ruang merokok menjelang pukul 01.40, serta laporan lain yang membuktikan bahwa Andrews terus membantu proses evakuasi.<ref name="seaofglass">{{harvnb|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|pp=321–323}}</ref><ref name="Chap8" /> Ia dilaporkan terlihat melempar kursi geladak ke laut agar penumpang bisa berpegangan di air,<ref name="seaofglass" /> kemudian menuju anjungan untuk mencari Kapten Smith.<ref name="Chap8">{{cite book|chapter-url=http://www.libraryireland.com/Thomas-Andrews-Shipbuilder/Sinking-Titanic.php |chapter=VIII: The sinking of the Titanic|title=Thomas Andrews Shipbuilder|year=1912|first=Shan|last=Bullock|access-date=21 April 2011}}</ref> Awak kabin Cecil Fitzpatrick mengaku melihat Andrews melompat ke laut dari anjungan bersama Smith. Baik Smith maupun Andrews sama-sama tidak selamat.<ref name="seaofglass" /> |
|||
Di kala sebagian besar penumpang dan awak menuju ke buritan, tempat pendeta [[Thomas Byles]], seorang penumpang kelas dua, sedang mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan [[absolusi]], grup musik ''Titanic'' memainkan musik di depan gimnasium.{{sfn|Butler|1998|p=135}} ''Titanic'' memiliki dua grup musik. Salah satunya adalah kuintet pimpinan [[Wallace Hartley]] yang bermain musik setelah acara makan malam dan kebaktian, sedangkan grup musik satu lagi adalah trio yang bermain musik di area resepsionis serta di depan kafe dan restoran. Kedua grup musik ini memiliki aransemen dan perpustakaan musik tersendiri dan tidak pernah bermain musik bersama sebelum kapal tenggelam. Kira-kira 30 menit setelah ''Titanic'' menabrak gunung es, menurut dugaan kedua grup musik tersebut dipanggil oleh Bendahara McElroy atau Kapten Smith dan diperintahkan untuk bermain musik di ruang duduk kelas satu.{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|p=177-179}} Para penumpang yang hadir pada saat itu mengingat grup musik tersebut memainkan lagu-lagu ceria seperti "[[Alexander's Ragtime Band]]". Tidak diketahui apakah dua pemain piano sedang bersama grup musik tersebut pada saat itu. Waktu pastinya tidak diketahui, tetapi grup musik itu kemudian pindah ke geladak atas di depan pintu masuk kelas satu. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka pindah ke geladak,<ref name="Steph">{{harvnb|Barczewski|2006|page=[https://archive.org/details/titanicnightreme0000barc/page/132 132–33]}}</ref> melainkan tetap di dalam karena awak kabin Edward Brown mengaku melihat mereka di puncak tangga pintu masuk kelas satu.{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|p=178-179}} |
|||
[[File:Nearer My God To Thee Titanic - no caption.png|thumb|''Nearer, My God, To Thee'' – kartun tahun 1912|alt=Kartun yang menggambarkan seorang pria berdiri dengan seorang wanita, yang menyembunyikan kepalanya di bahu sang pria, di geladak kapal yang terendam air. Seberkas cahaya ditampilkan turun dari surga untuk menerangi pasangan tersebut. Di belakang mereka adalah penggerek kosong.]] |
|||
Desas-desus yang beredar mengenai tenggelamnya ''Titanic'' menyatakan bahwa para pemusik tersebut memainkan himne "[[Nearer, My God, to Thee]]" saat kapal hendak tenggelam, meskipun sejumlah pihak meragukan kebenarannya.{{sfn|Howells|1999|p=128}} Sekalipun demikian, pernyataan tersebut berasal dari laporan awal mengenai tenggelamnya kapal tersebut,{{sfn|Howells|1999|p=129}} dan himne bertalian dikaitkan erat dengan musibah ''Titanic'' sehingga lirik pembukanya diukir di monumen pemakaman pemimpin grup musik, Wallace Hartley, yang tewas dalam musibah tersebut.{{sfn|Richards|2001|p=395}} Archibald Gracie secara tegas membantahnya dalam kesaksiannya, yang ditulisnya tak lama setelah ia diselamatkan, dan operator radio Harold Bride mengungkapkan bahwa ia mendengar grup musik memainkan "ragtime", kemudian "Autumn",{{sfn|Richards|2001|p=396}} yang dia maksud kemungkinan adalah "Songe d'Automne" (Autumn Dream), lagu [[wals]] karya [[Archibald Joyce]] yang populer pada masa itu. George Orrell, pemimpin grup musik kapal penyelamat ''Carpathia'' yang berbicara dengan para penyintas, berkata: "Grup musik kapal dalam keadaan sedarurat apa pun diharapkan bermain musik untuk menenangkan para penumpang. Setelah ''Titanic'' menabrak gunung es, grup musik mulai memainkan musik yang ceria, musik dansa, lagu-lagu komikal, apa saja yang akan mencegah kepanikan penumpang ... penumpang yang ketakutan mulai memikirkan kematian yang akan mereka hadapi dan meminta pemusik untuk memainkan [[himne]]. Salah satu himne yang menarik bagi semua orang adalah 'Nearer My God to Thee'."{{sfn|Turner|2011|p=194}} |
|||
Menurut Gracie, yang berada di geladak di dekat grup musik sampai bagian geladak tersebut ambruk, lagu-lagu yang dimainkan oleh grup musik tersebut "ceria", meskipun ia tidak mengenali satu lagu pun. Ia mengatakan bahwa jika grup musik tersebut memainkan "Nearer, My God, to Thee", ia "pasti menyadarinya dan menganggapnya sebagai peringatan yang tidak bijaksana mengenai kematian bagi kita semua dan kemungkinan besar akan menimbulkan kepanikan".{{sfn|Gracie|1913|p=20}} Sejumlah penyintas yang meninggalkan kapal paling akhir, termasuk Brown, mengungkapkan bahwa grup musik terus bermain sampai kapal akhirnya tenggelam.{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|p=177-179}} Gracie menyatakan grup musik tersebut berhenti bermain musik kira-kira 30 menit sebelum kapal tenggelam. A. H. Barkworth, seorang penumpang kelas satu, berkata: "Saya tidak berniat meremehkan keberanian siapa pun, tetapi saya bisa menyebutkan bahwa ketika saya pertama kali tiba di geladak, grup musik sedang memainkan wals. Kali berikutnya saya melewati grup musik, para anggotanya telah mencampakkan alat musik mereka dan tidak kelihatan lagi."<ref name="Steph" /> Grup musik ini bisa jadi berhenti bermain sebentar untuk mengambil baju pelampung, kemudian lanjut bermain musik.{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|p=286-288}} |
|||
Bride mendengar grup musik bermain saat ia meninggalkan ruang radio, yang saat itu sudah terendam air, ditemani oleh rekannya sesama operator, Jack Phillips. Ia berkelahi dengan seorang awak yang menurutnya adalah "seorang stoker, atau seseorang dari geladak bawah", yang menyelinap ke ruang radio dan hendak mencuri pelampung Phillips. Bride kelak menulis: "Saya melakukan tugas saya. Saya harap saya menghabisi [orang itu]. Saya tidak tahu. Kami meninggalkannya di lantai kabin ruang radio, dan dia tidak bergerak."{{sfn|Winocour|1960|p=317}} Masing-masing operator radio berlari ke arah berlawanan, Phillips menuju buritan dan Bride terus menuju sekoci lipat B.{{sfn|Winocour|1960|p=317}} |
|||
Archibald Gracie juga menuju buritan, tetapi di perjalanan ia menemukan jalannya diblokir oleh "kerumunan massa manusia sepanjang beberapa banjar, menutupi geladak sekoci, menghadap ke kami".{{sfn|Winocour|1960|pp=138–139}} Ratusan penumpang kelas tiga yang menghadangnya akhirnya berhasil sampai ke geladak tepat saat sekoci terakhir berangkat. Gracie membatalkan niatnya menuju buritan dan melompat ke air untuk menjauh dari kerumunan.{{sfn|Winocour|1960|pp=138–139}} |
|||
=== Menit terakhir === |
|||
[[File:Titanic the sinking.jpg|thumb|Ilustrasi tenggelamnya ''Titanic'']] |
|||
Kira-kira pukul 02.15, kemiringan ''Titanic'' di air mulai naik dengan cepat saat air mengalir melalui palka geladak ke bagian kapal yang belum terendam.{{sfn|Barratt|2010|p=131}} Kemiringannya yang tiba-tiba meningkat memicu "gelombang raksasa" yang menerjang bahtera dari ujung depan geladak sekoci, menyapu banyak orang ke lautan.{{sfn|Lynch|1998|p=117}} Orang-orang yang sedang berupaya meluncurkan sekoci lipat A dan B, termasuk Opsir Keenam Moody<ref>[http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq07Hemming01.php Testimony of Samuel Hemming] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180730110855/http://www.titanicinquiry.org/USInq/AmInq07Hemming01.php |date=30 July 2018 }} at Titanic inquiry.com</ref> dan Kolonel Archibald Gracie, tersapu gelombang bersama dengan dua sekoci (sekoci B hanyut dan terbalik, memerangkap Harold Bride di bawahnya, sedangkan sekoci A setengah kebanjiran dan kanvasnya tidak terbuka). Bride dan Gracie berhasil naik ke sekoci B, tetapi Moody tewas.{{sfn|Gracie|1913|p=61}}{{sfn|Winocour|1960|p=316}} |
|||
Lightoller, yang gagal meluncurkan sekoci B, memilih meninggalkan posisinya karena ia menyadari sia-sia saja pergi ke buritan dan terjun ke laut dari atap barak kelasi. Ia tersedot masuk ke mulut lubang ventilasi, tetapi terlontar lagi keluar oleh "hembusan udara panas yang dahsyat" dan muncul di samping sekoci B yang terbalik.{{sfn|Winocour|1960|p=299}} Cerobong depan ambruk karena tak sanggup menopang beratnya sendiri, menggilas sejumlah orang, termasuk [[Duane Williams|Charles Duane Williams]].{{sfn|Fitch|Layton|Wormstedt|2012|pp=232–233}} Cerobong kapal anjlok ke air dan nyaris menimpa sekoci.{{sfn|Barczewski|2006|p=28}} Cerobong juga hampir menimpa Lightoller dan menimbulkan gelombang besar yang menghanyutkan sekoci sejauh 40 meter dari kapal yang tenggelam.{{sfn|Winocour|1960|p=299}} Orang-orang yang masih berada di ''Titanic'' merasakan struktur kapal bergetar karena didera tekanan yang dahsyat. Penumpang kelas satu Jack Thayer mengungkapkan: |
|||
<blockquote> |
|||
Sesekali terdengar bunyi gedebuk atau ledakan mematikan di dalam kapal. Sekarang, tanpa peringatan ''Titanic'' sepertinya mulai maju, bergerak ke depan dan masuk ke dalam air dengan sudut sekitar lima belas derajat. Gerakan ini serta air yang mengalir deras ke arah kami diiringi oleh raungan gemuruh, bercampur dengan ledakan yang lebih teredam. Rasanya seperti berdiri di bawah jembatan kereta api baja selagi kereta ekspres melintas di atas kepala bercampur dengan suara pabrik baja pengepresan dan kehancuran barang pecah belah.{{sfn|Gleicher|2006|p=229}} |
|||
</blockquote> |
|||
Saksi mata manyaksikan buritan ''Titanic'' terangkat tinggi ke udara saat [[haluan kapal]] miring ke dalam air. Sudut kemiringannya dikatakan telah mencapai 30–45 derajat,{{sfn|Ballard|1987|p=202}} "tampaknya berpusar di sekitar pusat gravitasi tepat di bagian tengah kapal", ujar Lawrence Beesley.{{sfn|Beesley|1960|p=47}} Banyak penyintas mendengar suara menggelegar, yang kemudian diketahui sebagai ledakan ketel uap.{{sfn|Mowbray|1912|p=70}} Beesley menggambarkan suara tersebut: "sebagian berupa erangan, sebagian seperti kelontangan, dan sebagian seperti suara pecah, dan itu bukan raungan tiba-tiba seperti suara ledakan: hal itu berlangsung berturut-turut selama beberapa detik, mungkin lima belas sampai dua puluh detik". Ia menduga suara tersebut berasal dari "mesin dan peralatan yang terlepas dari baut dan bantalannya, kemudian jatuh menimpa kompartemen dan menghantam apa saja yang menghalanginya.{{sfn|Beesley|1960|p=47}} |
|||
Beberapa menit kemudian, lampu kapal berkedip sekali dan kemudian padam total, menyebabkan ''Titanic'' tenggelam dalam kegelapan. Jack Thayer mengaku melihat "seribu lima ratus orang masih di atas kapal, menempel berkelompok atau bergelantungan, seperti lebah yang bergerombol; jatuh ke kerumunan massa, berpasangan atau sendiri-sendiri selagi bagian belakang kapal yang maha besar, dua ratus lima puluh kaki tingginya, naik ke langit."{{sfn|Barczewski|2006|p=28}} |
|||
== Catatan == |
== Catatan == |
Revisi per 17 Agustus 2023 20.04
Tanggal | 14–15 April 1912 |
---|---|
Waktu | 23.40–02.20 (02.38–05.18 GMT)[a] |
Durasi | 2 jam dan 40 menit |
Lokasi | Samudra Atlantik Utara, 370 mil (600 km) di tenggara Newfoundland |
Koordinat | 41°43′32″N 49°56′49″W / 41.72556°N 49.94694°W |
Jenis | Bencana maritim |
Penyebab | Menabrak gunung es pada 14 April |
Peserta/Pihak terlibat | Awak dan penumpang Titanic |
Hasil | Perombakan kebijakan maritim; SOLAS |
Tewas | 1.490–1.635 |
Tenggelamnya RMS Titanic terjadi pada dini hari tanggal 15 April 1912 di Samudra Atlantik Utara, empat hari setelah pelayaran perdananya dari Southampton menuju New York City. Menjadi kapal samudra terbesar yang beroperasi pada masa itu, Titanic mengangkut kurang lebih 2.224 penumpang ketika menabrak gunung es kira-kira pukul 23.40 (waktu kapal)[a] pada hari Minggu, 14 April 1912. Kapal tersebut tenggelam dua jam empat puluh menit kemudian pada pukul 02.20 waktu kapal (05:18 GMT) hari Senin, 15 April, mengakibatkan lebih dari 1.500 penumpang dan awak tewas, menjadikannya salah satu bencana maritim masa damai paling mematikan dalam sejarah.
Titanic menerima enam peringatan keberadaan es laut pada tanggal 14 April, tetapi sedang melaju dengan kecepatan 22 knot (41 km/h) ketika pengawas melihat gunung es. Kapal tidak bisa berbelok dengan cukup cepat dan menabrak gunung es, yang melekukkan sisi kanan kapal dan melubangi enam dari enam belas kompartemennya. Titanic dirancang untuk tetap mengapung jika empat kompartemennya bocor, dan para awak segera menyadari bahwa kapal akan tenggelam. Mereka menggunakan suar mara bahaya dan pesan radio nirkabel untuk meminta bantuan selagi penumpang diungsikan ke sekoci.
Sesuai dengan praktik keselamatan pada masa itu, sistem sekoci Titanic dirancang untuk mengangkut penumpang ke kapal penyelamat terdekat, bukan untuk menampung seluruh penumpang secara bersamaan. Oleh sebab itu, dikarenakan kapal tenggelam dengan cepat dan datangnya bantuan masih beberapa jam lagi, tidak ada sarana penyelamatan yang aman bagi kebanyakan penumpang dan awak dengan sekoci yang hanya berjumlah 20, termasuk 4 sekoci lipat. Persiapan dan pengelolaan evakuasi yang buruk menyebabkan banyak sekoci diluncurkan dalam keadaan setengah penuh.
Titanic tenggelam bersama lebih dari seribu penumpang dan awak di dalamnya. Hampir semua orang yang melompat atau jatuh ke laut tenggelam atau tewas dalam hitungan menit akibat syok dan lumpuh karena kedinginan. RMS Carpathia tiba kira-kira satu setengah jam setelah Titanic tenggelam dan menyelamatkan 710 penumpang dan awak pada pukul 09.15 tanggal 15 April, kurang lebih sembilan setengah jam setelah kapal menabrak gunung es. Musibah tersebut mengejutkan dunia dan menimbulkan kemarahan besar karena kurangnya sekoci, pengaturan keselamatan yang teledor, dan perlakuan tidak setara terhadap penumpang kelas tiga saat proses evakuasi. Penyelidikan lanjutan terhadap musibah ini menganjurkan perubahan besar pada peraturan maritim, yang berujung ditetapkannya Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut (SOLAS) pada tahun 1914, yang masih mengatur mengenai keselamatan maritim sampai saat ini.
Latar belakang
Saat mulai beroperasi pada tanggal 2 April 1912, Titanic merupakan kapal kedua dari tiga[b] kapal samudra kelas Olympic, dan menjadi kapal terbesar di dunia pada masa itu. Volume Titanic dan RMS Olympic satu setengah tonase bruto terdaftar lebih besar dari RMS Lusitania dan RMS Mauretania, kapal samudra milik Cunard Line pemegang rekor sebelumnya, dan kira-kira 30 meter lebih panjang dari kedua kapal tersebut.[2] Titanic mampu mengangkut 3.547 penumpang dengan cepat dan nyaman,[3] dan dibangun dalam skala yang belum pernah diperhitungkan sebelumnya. Motor bakar torak yang dimiliki Titanic merupakan mesin kapal terbesar yang pernah diciptakan, berdiri setinggi 40 kaki (12 m) dengan diameter tabung 9 kaki (2,7 m), yang membutuhkan pembakaran 600 ton panjang (610 t) batu bara per hari.[3]
Akomodasi penumpang, terkhusus bagian kelas satu, dikatakan "memiliki kelegaan dan kemegahan yang tidak tertandingi",[4], yang ditunjukkan melalui harga tiket yang ditawarkan oleh akomodasi kelas satu. Suite Parlour (suite termahal dan termewah di kapal tersebut) dilengkapi dengan geladak promenade pribadi bertarif lebih dari $4.350 (setara dengan $113.000 saat ini)[5] untuk satu kali perjalanan melintasi atlantik. Kelas tiga, kendati kurang mewah jika dibandingkan dengan kelas satu dan dua, masih teramat nyaman menurut standar kontemporer. Penumpang kelas tiga disuguhi makanan lezat dalam jumlah banyak dan kondisi lebih baik daripada yang mereka alami di rumah sendiri.[4]
Pelayaran perdana Titanic dimulai selepas tengah hari pada tanggal 10 April 1912, tatkala kapal tersebut berangkat dari Southampton pada tahap pertama pelayarannya menuju New York.[6] Sebuah kecelakaan nyaris terjadi beberapa menit setelah kapal tersebut berlayar, saat Titanic melewati SS City of New York milik American Line dan Oceanic milik White Star Line yang tengah berlabuh. Benaman raksasa Titanic mengakibatkan kedua kapal kecil tersebut terangkat oleh sapuan air dan kemudian jatuh ke lembah gelombang. Kabel tambat New York tidak sanggup menahan tegangan mendadak dan putus, sehingga buritan kapal tersebut berayun ke arah Titanic lebih dulu. Kapal tunda di dekatnya, Vulcan, berupaya menghela New York dan kapten Titanic memerintahkan agar mesin Titanic "dimundurkan penuh".[7] Kedua kapal terhindar dari tabrakan dengan beda jarak sekitar 4 kaki (1,2 m). Insiden ini, serta perhentian berikutnya untuk menurunkan beberapa awak yang tersesat dengan kapal tunda, menunda keberangkatan Titanic selama tiga perempat jam, sementara New York yang hanyut berhasil dikendalikan.[8]
Beberapa jam kemudian, Titanic singgah di Pelabuhan Cherbourg di Prancis barat laut setelah menempuh perjalanan sejauh 80 mil laut (148 km; 92 mi). Di pelabuhan ini, Titanic menaikkan sejumlah penumpang.[9] Persinggahan berikutnya adalah Queenstown (sekarang Cobh) di Irlandia, tiba kira-kira tengah hari tanggal 11 April.[10] Titanic kemudian berangkat pada sore hari setelah menaikkan lebih banyak penumpang dan barang.[11]
Pada saat Titanic berlayar ke arah barat menyusuri Atlantik, kapal ini mengangkut 892 awak dan 1.320 penumpang. Jumlah ini hanya setengah dari kapasitas penumpang penuhnya sebanyak 2.435 orang.[12] Hal ini dikarenakan saat itu sedang musim sepi dan jadwal pelayaran dari Britania Raya terganggu oleh aksi pemogokan penambang batu bara.[13] Penumpang Titanic berasal dari beragam masyarakat era Edward, mulai dari kalangan miliarder seperti John Jacob Astor dan Benjamin Guggenheim,[14] hingga para emigran miskin dari negara-negara berbeda seperti Armenia, Irlandia, Italia, Swedia, Suriah, dan Rusia, yang mencari penghidupan baru di Amerika Serikat.[15]
Titanic dikomandoi oleh Kapten Edward Smith yang berusia 62 tahun, kapten paling senior di White Star Line. Smith memiliki pengalaman berlayar selama empat dekade dan menjabat sebagai kapten RMS Olympic sebelum dipindahkan untuk menakhodai Titanic.[16] Sebagian besar awak yang bertugas bukanlah kelasi terlatih, melainkan teknisi, pemadam kebakaran, atau juru api yang bertanggung jawab untuk merawat mesin; serta awak kabin dan staf dapur yang bertanggung jawab atas penumpang. Terdapat enam petugas pengawas dan 39 pelaut terampil, hanya lima persen dari keseluruhan awak kapal.[12] Sebagian besar awak direkrut di Southampton, sehingga tidak punya waktu untuk membiasakan diri dengan kapal.[17]
Pembakaran telah dilakukan di salah satu tempat penyimpanan batu bara Titanic kira-kira 10 hari sebelum keberangkatan kapal, dan api terus menyala selama beberapa hari saat pelayaran, tetapi akhirnya padam pada tanggal 14 April.[18][19] Kondisi cuaca membaik secara signifikan sepanjang hari; angin kencang dan laut bergejolak di pagi hari berubah menjadi cerah dan tenang di malam hari karena jalur kapal melewati wilayah bertekanan tinggi Arktik.[20] Kondisi es saat itu dipengaruhi oleh musim dingin ringan yang mengakibatkan sejumlah besar gunung es bergeser ke arah barat lepas pantai Greenland.[21]
14 April 1912
Peringatan gunung es
Pada tanggal 14 April 1912, operator radio Titanic menerima enam pesan dari kapal lain yang memperingatkan mengenai bahaya es hanyut, yang mulai tampak oleh para penumpang Titanic pada sore hari. Kondisi es terburuk di Atlantik Utara umumnya terjadi pada bulan April dalam 50 tahun terakhir. Pesan-pesan ini tidak kesemuanya disampaikan oleh operator radio. Pada saat itu, operator nirkabel di kapal samudra merupakan karyawan Marconi's Wireless Telegraph Company dan bukan anggota awak kapal; tanggung jawab utama mereka adalah mengirim pesan kepada para penumpang, dan laporan cuaca dijadikan sebagai tanggung jawab tambahan.[22]
Peringatan pertama diterima pada pukul 09.00 dari RMS Caronia, melaporkan "gunung, bongkahan es[c] dan ladang es".[23] Kapten Smith mengakui telah menerima pesan tersebut. Pada pukul 13.42, RMS Baltik meneruskan laporan dari kapal Yunani Athenia bahwa kapal tersebut telah "melewati gunung es dan ladang es berukuran besar".[23] Pesan ini juga diterima oleh Smith, yang menyampaikan laporan tersebut kepada J. Bruce Ismay, pimpinan White Star Line, yang berada di Titanic dalam pelayaran perdananya.[23] Smith memerintahkan agar kapal menempuh rute baru yang lebih jauh ke selatan.[24]
Pada pukul 13.45, kapal Jerman SS Amerika, yang berlayar tidak jauh di selatan, melaporkan telah "melewati dua gunung es besar".[25] Pesan ini tidak pernah sampai kepada Kapten Smith atau petugas lainnya di anjungan Titanic. Alasannya tidak diketahui, kemungkinan sudah terlupakan karena operator radio sibuk memperbaiki peralatan yang rusak.[25]
SS Californian melaporkan adanya "tiga gunung es besar" pada pukul 19.30, dan pukul 21.40, kapal uap Mesaba melaporkan telah "melihat banyak bongkahan es yang berat dan sekumpulan gunung es besar. Juga ladang es."[26] Pesan ini juga tidak pernah keluar dari ruang radio Titanic. Operator radio Titanic, Jack Phillips, diduga gagal memahami betapa pentingnya pesan tersebut karena ia sibuk mengirimkan pesan untuk para penumpang melalui stasiun relai di Cape Race, Newfoundland; perangkat radio mengalami kerusakan sehari sebelumnya, mengakibatkan menumpuknya pesan yang berupaya dikosongkan oleh operator radio.[25] Peringatan terakhir diterima pada pukul 22.30 dari operator Californian bernama Cyril Evans, yang pada malam itu berhenti tidak jauh dari ladang es, tetapi Phillips memotong pesannya dan membalas: "Diam! Diam! Saya sedang menyelesaikan Cape Race."[26]
Meskipun awak menyadari adanya bahaya es di sekitar Titanic, mereka tidak mengurangi kecepatan kapal, melainkan terus melaju dengan kecepatan 22 knot (41 km/h; 25 mph), hanya kurang 2 knot (3,7 km/h; 2,3 mph) dari kecepatan maksimumnya.[25][d] Kecepatan tinggi yang ditempuh Titanic di lokasi es dilaporkan berada kelak dikritik sebagai tindakan sembrono, kendati hal tersebut merupakan praktik maritim standar pada saat itu. Menurut Opsir Kelima Harold Lowe, sudah jadi kebiasaan untuk "terus melaju dan bergantung pada pengawas di menara jala dan penglihatan di anjungan untuk menghindari es tepat waktu agar tidak menabraknya".[28]
Kapal laut Atlantik Utara mengutamakan ketepatan waktu melebihi pertimbangan lainnya, berpegang teguh pada jadwal yang menjamin kedatangan mereka sesuai dengan waktu yang diiklankan. Kapal-kapal ini sering dioperasikan dengan kecepatan penuh, menganggap peringatan bahaya hanyalah anjuran, bukannya perintah untuk bertindak. Secara umum dipercayai bahwa es hanya menimbulkan risiko kecil; peringatan jarak dekat sangatlah jarang, dan tabrakan langsung tidak dianggap sebagai mara bahaya. Pada tahun 1907, kapal Jerman SS Kronprinz Wilhelm menabrak gunung es dan mengalami patah haluan, tetapi masih sanggup menyelesaikan pelayarannya. Pada tahun yang sama, calon nakhoda Titanic, Edward Smith, menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa ia tidak bisa "membayangkan kondisi apa pun yang akan mengakibatkan kapal tenggelam. Pembuatan kapal modern sudah mengatasi segalanya."[29]
"Gunung es, tepat di depan!"
Menjelang tabrakan
Menjelang Titanic menabrak gunung es, sebagian besar penumpang sudah terlelap, dan komando anjungan telah beralih dari Opsir Kedua Charles Lightoller ke Opsir Pertama William Murdoch. Petugas pengawas Frederick Fleet dan Reginald Lee berada di menara jala, 29 meter (95 ft) di atas geladak. Suhu udara turun nyaris mendekati titik beku, dan lautan teramat tenang. Kolonel Archibald Gracie, salah seorang penyintas musibah ini, kelak mengungkapkan bahwa "laut seperti kaca, begitu halus sehingga bintang-bintang terpantul dengan jelas."[30] Kemudian diketahui bahwa kondisi air laut yang tenang sebagaimana saat itu adalah pertanda adanya hanyutan es di sekitarnya.[31]
Meskipun udara cerah, tidak ada penampakan bulan. Dengan kondisi laut yang begitu tenang, sulit untuk mengetahui posisi gunung es terdekat; seandainya laut lebih bergelora, niscaya ombak yang menghantam gunung es akan membuat keberadaannya lebih terlihat.[32] Akibat ketergesaan di Southampton, pengawas tidak memiliki teropong; akan tetapi, teropong juga tidak begitu berguna dalam kegelapan total, yang hanya disinari cahaya bintang dan lampu kapal.[33] Petugas pengawas tetap waspada akan bahaya es, karena Lightoller telah memerintahkan mereka dan awak lainnya agar "terus mengawasi es, terutama es kecil dan bongkahan es".[34]
Pada pukul 23.30, Fleet dan Lee melihat sebersit kabut di cakrawala di hadapan mereka, tetapi tidak melakukan apa-apa. Beberapa pakar meyakini bahwa kabut tersebut sebenarnya adalah fatamorgana yang disebabkan oleh pertemuan antara air dingin dengan udara hangat selagi Titanic melewati Lorong Gunung Es, mirip dengan fatamorgana air di padang gurun. Fenomena tersebut menyebabkan cakrawala terlihat cembung, sehingga pengawas tidak bisa melihat apa pun di kejauhan.[35][36]
Tabrakan
Sembilan menit kemudian, pada pukul 23.39, Fleet melihat gunung es di jalur Titanic. Ia membunyikan bel pengawas tiga kali dan menelepon anjungan untuk memberi tahu Opsir Keenam James Moody. Fleet bertanya, "Apakah ada orang di sana?" Moody menjawab, "Ya, apa yang kau lihat?" Fleet menjawab, "Gunung es, tepat di depan!".[37] Setelah berterima kasih kepada Fleet, Moody meneruskan pesan tersebut kepada Murdoch, yang memerintahkan Intendans Robert Hichens untuk mengubah arah kapal.[38] Murdoch diyakini memberikan perintah "belok penuh ke kanan", yang mengakibatkan kemudi kapal diputar penuh ke sisi kanan dalam upaya membelokkan kapal ke sisi kiri.[33] Pembalikan arah ini, jika dibandingkan dengan praktik pada kapal laut modern, biasa terjadi pada kapal laut Britania pada masa itu. Murdoch juga membunyikan sinyal "mesin mundur penuh" pada telegraf kapal.[24]
Menurut keterangan Opsir Keempat Joseph Boxhall, Murdoch memberi tahu Kapten Smith bahwa ia berupaya "berbelok tajam ke kiri [gunung es]", membuktikan ia mencoba melakukan manuver "memutar ke kiri" dengan cara mengayunkan haluan di sekitar gunung es, kemudian mengayunkan buritan agar kedua ujung kapal tidak menabrak gunung es. Terjadi penundaan sebelum perintah ini diberlakukan; mekanisme kemudi bertenaga uap memerlukan waktu hingga 30 detik untuk memutar kemudi kapal,[24] dan tugas rumit untuk menyetel mesin ke posisi mundur juga memerlukan waktu untuk dikerjakan.[39] Dikarenakan turbin tengah tidak bisa diputar dibalik, turbin dan baling-baling tengah dimatikan, yang letaknya tepat di depan kemudi kapal. Tindakan ini mengurangi keefektifan kemudi, dengan demikian memperlambat pula kemampuan belok kapal. Andai kata Murdoch membelokkan kapal sembari mempertahankan kecepatan majunya, Titanic mungkin bisa menghindari gunung es dengan jarak beberapa meter.[40] Terdapat bukti bahwa Murdoch hanya memberi isyarat agar mesin dimatikan, bukannya dimundurkan. Kepala Juru Api Frederick Barrett bersaksi bahwa lampu berhenti sempat menyala, tetapi perintah tersebut belum dilaksanakan menjelang tabrakan.[41]
Akibat tindakan tersebut, haluan Titanic berbelok tepat pada waktunya untuk menghindari tabrakan langsung, tetapi perubahan arah mendadak menyebabkan kapal menabrak gunung es dengan hantaman sekilas. Kendati demikian, sebuah taji es di bawah air menggarit sisi kanan kapal selama kira-kira tujuh detik; bongkahan es yang rontok dari bagian atas gunung es jatuh ke geladak depan.[42] Kira-kira lima menit setelah tabrakan, seluruh mesin Titanic dimatikan, dengan haluan menghadap ke utara dan kapal perlahan hanyut terbawa Arus Labrador ke selatan.[43]
Dampak tabrakan
Sekian lama, tabrakan dengan gunung es diduga sebagai penyebab munculnya bukaan besar di lambung Titanic, "panjangnya tidak kurang dari 300 kaki (91 m), 10 kaki (3 m) di atas permukaan lunas", sebagaimana diutarakan oleh seorang penulis.[44] Di kala Britania Raya menyelidiki penyebab kecelakaan, Edward Wilding (kepala arsitek galangan Harland and Wolff) menghitung volume air yang membanjiri kompartemen empat puluh menit setelah tabrakan. Menurut perhitungannya, area lambung tercabik kira-kira sepanjang 12 square feet (1,1 m2)".[45] Wilding juga mengungkapkan, "Saya yakin hal tersebut pasti terjadi di beberapa tempat, bukan cabikan yang bersambungan", tetapi dengan memperhitungkan banjir di beberapa kompartemen, cabikan lain pastilah meluas ke sekeliling lambung kapal.[45] Penyelidikan lain menemukan bahwa cabikan meluas sepanjang 90 meter, dan kebanyakan pakar menyepakati pernyataan yang samar ini. Peninjauan ultrasonografi modern terhadap bangkai kapal menemukan bahwa kerusakan yang terjadi pada lambung kapal selaras dengan pernyataan Wilding, memiliki enam cabikan sempit yang mencakup area seluas kira-kira 12 hingga 13 square feet (1,1 hingga 1,2 m2). Menurut perhitungan Paul K. Matthias, kerusakan lambung kapal berupa "serangkaian deformasi di sisi kanan yang berawal dan berujung di sepanjang lambung ... kira-kira 10 kaki (3 m) di atas dasar kapal".[46]
Jarak cabikan, yang terpanjang berukuran kira-kira 39 kaki (12 m), diperkirakan mengikuti garis pelat lambung. Hal ini menunjukkan bahwa paku keling besi di sepanjang lapisan pelat yang terlepas atau tercabut telah menciptakan celah sempit tempat air masuk membanjiri. Wilding mengutarakan teorinya ini dalam penyelidikan British Wreck Commissioner selepas bencana tersebut, tetapi pandangannya ini diabaikan.[46] Penemu bangkai Titanic, Robert Ballard, berpendapat bahwa dugaan kapal mengalami kerusakan besar hanyalah "produk mistik Titanic. Tidak seorang pun percaya bahwa kapal raksasa tersebut tenggelam akibat cabikan kecil di lambungnya.[47] Kerusakan di lambung kapal mungkin menjadi faktor penyebabnya. Potongan pelat lambung Titanic yang ditemukan kelihatannya hancur akibat benturan dengan gunung es tanpa mengalami lekukan.[48]
Pelat di bagian tengah lambung Titanic (kira-kira 60 persen dari keseluruhan lambung) dipasang menyatu dengan menggunakan tiga baris paku keling baja ringan, tetapi pelat di haluan dan buritan disatukan dengan dua baris paku keling besi tempa yang diduga hampir mendekati batas tegangan sebelum kapal menabrak gunung es.[49][50] Paku keling besi "Best" No. 3 ini memiliki inklusi terak yang tinggi, menjadikannya lebih rapuh daripada paku keling besi "Best-Best" No. 4, dan lebih rentan patah saat berada di bawah tekanan, terutama ketika cuaca sangat dingin.[51][52] Tom McCluskie, seorang pensiunan pengarsip Harland & Wolff, mengungkapkan bahwa RMS Olympic, kapal saudari Titanic, dipaku dengan menggunakan besi yang sama dan beroperasi tanpa insiden selama hampir 25 tahun, selamat dari beberapa tabrakan besar, termasuk ketika ditabrak oleh sebuah kapal penjelajah Britania.[53] Di kala Olympic menabrak dan menenggelamkan U-boot SM U-103 dengan haluannya, stemnya terpelintir dan pelat lambung di sisi kanan kapal tertekuk tanpa merusak kebersatuan lambung.[53][54]
Di permukaan, hanya timbul sedikit bukti tabrakan. Para awak kabin di ruang makan kelas satu merasakan getaran, yang mereka pikir disebabkan oleh baling-baling kapal yang terlepas. Banyak penumpang merasakan benturan atau getaran, "seolah-olah kita berjalan melewati kira-kira seribu kelereng",[55] tutur salah seorang penyintas, tetapi mereka tidak mengetahui persis apa yang telah terjadi.[56] Orang-orang yang berada di geladak terendah, lokasi terdekat dengan pusat tabrakan, lebih merasakan getarannya. Juru minyak Walter Hurst mengenang ia "terbangun oleh benturan keras di sepanjang sisi kanan kapal. Tidak ada kekhawatiran tetapi kami tahu kapal telah menabrak sesuatu."[57] Juru api George Kemish mendengar "gedebuk keras dan suara robekan" dari lambung kanan.[58]
Kapal dengan cepat mulai kebanjiran, kecepatan air yang masuk diperkirakan 7 ton panjang (7,1 t) per detik, lima belas kali lebih cepat daripada air yang sanggup dipompa keluar.[59] Teknisi J. H. Hesketh dan stoker kepala Frederick Barrett terkena semburan air es di ruang ketel No. 6 dan berhasil lolos tepat sebelum pintu kedap air ruangan ditutup.[60] Situasi demikian teramat berbahaya bagi staf mesin; ketel masih dipenuhi uap panas bertekanan tinggi dan berisiko besar ketel tersebut akan meledak jika bersentuhan dengan air laut dingin yang membanjiri ruang ketel. Para stoker dan juru api diperintahkan untuk mengurangi pembakaran dan memadamkan ketel, yang menghantarkan uap dalam jumlah besar melalui pipa ventilasi cerobong kapal. Ruang ketel digenangi air es setinggi pinggang saat para awak bekerja.[61]
Geladak bawah Titanic dibagi menjadi enam belas kompartemen. Setiap kompartemen dipisahkan oleh sekat kedap air yang membentang selebar kapal; keseluruhannya berjumlah lima belas sekat. Tiap-tiap sekat memanjang ke bagian bawah Dek E selebar satu dek, atau sekitar 11 kaki (3,4 m) di atas garis air. Dua sekat yang paling dekat dengan haluan dan enam sekat paling dekat dengan buritan letaknya satu dek lebih tinggi.[62]
Masing-masing sekat ditutup dengan pintu kedap air. Ruang mesin dan ruang ketel yang berada di dek di atas tangki memiliki pintu penutup vertikal yang dapat dikontrol jarak jauh dari anjungan. Pintu ini bisa diturunkan secara otomatis dengan menggunakan pelampung jika digenangi air, atau ditutup secara manual oleh awak. Tindakan menutup pintu ini memerlukan waktu sekitar 30 detik; lonceng peringatan dan rute pelarian alternatif disediakan agar awak tidak terperangkap di pintu. Di atas ruang tangki, di Geladak Orlop, Dek F, dan Dek E, pintu ditutup secara horizontal dan dioperasikan secara manual. Pintu bisa ditutup sendiri atau pun dari dek di atas.[62]
Kendati sekat kedap air berada jauh di atas garis air, sekat ini tidak disegel di bagian atasnya. Andai kata terlalu banyak kompartemen yang kebanjiran, haluan kapal akan tenggelam lebih dalam di air, dan air akan meluap dari satu kompartemen ke kompartemen berikutnya secara berurutan, serupa dengan air yang tumpah di atas baki es batu. Hal demikian terjadi pada Titanic, yang mengalami kerusakan pada tangki bagian depan, tiga palka depan, ruang ketel No. 6, dan sebagian kecil ruang ketel No. 5 – total enam kompartemen yang digenangi air. Titanic dirancang untuk mengapung jika hanya dua kompartemen digenangi air, tetapi bisa tetap mengapung jika tiga atau bahkan empat kompartemen mengalami kebocoran. Namun, jika lima atau lebih kompartemen bocor, bagian atas sekat akan terendam dan kapal akan terus-menerus kebanjiran.[62][63]
Kapten Smith merasakan tabrakan di kabinnya dan bergegas menuju anjungan. Setelah diberitahu mengenai situasi tersebut, ia memanggil Thomas Andrews, perancang Titanic, yang merupakan salah seorang rekayasawan Harland and Wolff yang ikut serta mengamati pelayaran perdana kapal penumpang tersebut.[64] Kapal miring lima derajat ke arah kanan dan dua derajat ke arah depan beberapa menit setelah tabrakan.[65] Smith dan Andrews menuju ke geladak bawah dan menemukan bahwa ruang kargo depan, ruang surat, dan lapangan skuas telah kebanjiran, sedangkan ruang ketel No. 6 sudah tergenang air sedalam 14 kaki (4,3 m). Air meluap ke ruang ketel No. 5,[65] dan para awak di sana berupaya memompa air keluar.[66]
Dalam waktu 45 menit setelah tabrakan, setidaknya 13.500 ton panjang (13.700 t) air telah membanjiri kapal. Hal demikian terlalu berat untuk ditangani oleh pompa balas dan lambung Titanic; total kapasitas pemompaan dari keseluruhan pompa hanya 1.700 ton panjang (1.700 t) per jam.[67] Andrews memberi tahu nakhoda bahwa lima kompartemen telah kebanjiran, dan dengan demikian Titanic akan karam. Andrews secara akurat memperkirakan bahwa kapal bisa tetap mengapung tidak lebih dari dua jam.[68]
Dari mulai tabrakan sampai saat tenggelam, setidaknya 35.000 ton panjang (36.000 t) air membanjiri Titanic, mengakibatkan daya benamnya naik hampir dua kali lipat dari 48.300 ton panjang (49.100 t) menjadi lebih dari 83.000 ton panjang (84.000 t).[69] Pembanjiran tidak berlangsung dengan kecepatan konstan, dan tidak pula disebarkan secara merata ke seluruh area kapal, dikarenakan konfigurasi kompartemen yang kebanjiran. Mula-mula, kemiringan ke arah kanan disebabkan oleh banjir asimetris di sisi kanan saat air meluap ke lorong di bagian bawah kapal.[70] Ketika lorong tersebut dipenuhi air, kemiringannya berubah dengan sendirinya, dan kemudian kapal mulai miring 10 derajat ke arah kiri karena sisi tersebut juga dibanjiri secara asimetris.[71]
Sudut hunjam Titanic berubah cukup cepat dari nol derajat menjadi kira-kira empat setengah derajat dalam waktu satu jam setelah tabrakan, tetapi laju penghunjaman kapal melambat pada jam kedua, hanya turun kira-kira satu derajat.[72] Situasi demikian memunculkan harapan palsu pada orang-orang yang berada di kapal bahwa Titanic sanggup mengapung cukup lama sebelum diselamatkan. Pada pukul 01.30, laju tenggelam bagian depan meningkat hingga mencapai sudut hunjam sepuluh derajat.[71] Kira-kira pukul 02.15, laju tenggelam Titanic meningkat dengan cepat di kala air mulai membanjiri bagian kapal yang belum terendam melalui palka geladak, dan akhirnya menghilang dari pandangan pada pukul 02.20.[73]
15 April 1912
Bersiap meningggalkan kapal
Pukul 00.05 tanggal 15 April, Kapten Smith memerintahkan agar sekoci kapal disingkap dan para penumpang dikumpulkan. Ketika itu, banyak penumpang yang sudah terbangun, menyadari bahwa mesin dan getaran yang menyertainya tiba-tiba berhenti.[63] Smith juga memerintahkan agar operator radio mulai mengirimkan sinyal darurat. Operator radio salah menentukan lokasi kapal di sisi barat sabuk es dan mengarahkan kapal penyelamat ke lokasi yang tidak akurat sejauh kira-kira 135 mil laut (155 mi; 250 km).[22][74] Di geladak bawah, air mulai meluap ke lantai terbawah kapal. Ketika ruang surat kebanjiran, para penyortir surat berjibaku menyelamatkan 400.000 pucuk surat yang diangkut oleh Titanic. Di tempat lain, terdengar bunyi udara menyesak dipaksa keluar oleh air yang masuk.[75] Di geladak atas, awak kabin bergegas dari pintu ke pintu, membangunkan para penumpang dan awak yang tertidur karena Titanic tidak memiliki sistem alamat massal, lalu menyuruh mereka untuk bertolak ke geladak sekoci.[76]
Kesaksamaan dalam mengumpulkan penumpang ditentukan oleh kelas; awak kabin kelas satu hanya bertanggung jawab atas beberapa kabin, sementara awak kabin yang bertanggung jawab atas penumpang kelas dua dan tiga harus mengurusi banyak penumpang. Awak kabin kelas satu memberikan bantuan langsung, membantu para penumpang berpakaian dan membawa mereka ke geladak. Dengan begitu banyaknya penumpang yang harus diurus, awak kabin kelas dua dan tiga umumnya membatasi upaya untuk membuka pintu dan memberi tahu penumpang agar mengenakan baju pelampung dan naik ke lantai atas. Di kelas tiga, sebagian besar penumpang dibiarkan berjuang sendiri setelah diberi tahu untuk naik ke geladak.[77] Kebanyakan penumpang dan awak enggan menuruti perintah ini, entah menolak untuk memercayai bahwa ada masalah pada kapal atau lebih memilih kehangatan interior kapal daripada udara malam yang sangat dingin. Penumpang tidak diberi tahu bahwa kapal akan tenggelam, meskipun beberapa penumpang menyadari bahwa kapal telah miring.[76]
Kira-kira pukul 00.15, awak kabin mulai memerintahkan penumpang untuk mengenakan pelampung,[78] meskipun masih banyak penumpang yang menganggap perintah tersebut sebagai lelucon.[76] Beberapa penumpang mulai bermain sepak bola dadakan dengan bongkahan es yang berserakan di geladak depan.[79] Di geladak sekoci, para awak mulai menyiapkan sekoci penolong. Sulit untuk mendengar apa pun di sana karena bisingnya suara uap bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh ketel uap dan keluar melalui katup pada cerobong kapal. Seorang penyintas bernama Lawrence Beesley mengibaratkan suara tersebut dengan "ledakan keras dan memekakkan telinga yang membuat kami sulit bercakap-cakap; bayangkan 20 lokomotif menyemburkan uap dengan nada rendah, seperti itulah suara yang kami dengar saat kami naik ke geladak atas."[80] Suara tersebut teramat bising sehingga para awak harus menggunakan isyarat tangan untuk berkomunikasi.[81]
Titanic memiliki 20 sekoci, 16 di antaranya adalah sekoci kayu pada dewi-dewi, dengan delapan sekoci pada masing-masing sisi kapal, dan empat sekoci lipat dengan alas kayu dan dinding kanvas.[76] Sekoci lipat disimpan terbalik dengan kedua sisinya dilipat, sekoci ini harus diberdirikan dan dipindahkan ke dewi-dewi agar bisa diturunkan ke laut.[82] Dua sekoci lipat disimpan di bawah sekoci kayu dan dua lainnya diikat di atas barak kelasi.[83] Letak yang terakhir ini menyulitkan sekoci tersebut untuk diluncurkan, karena beratnya beberapa ton dan harus diangkut ke geladak.[84] Rata-rata sekoci sanggup menampung hingga 68 orang, dan secara keseluruhan mampu mengangkut 1.178 orang, hampir setengah dari penghuni Titanic dan sepertiga dari jumlah yang diizinkan untuk diangkut oleh kapal tersebut. Kurangnya jumlah sekoci bukan disebabkan oleh ketidaktersediaan ruang maupun biaya. Titanic dirancang untuk menampung maksimal 68 sekoci, yang cukup untuk mengangkut seluruh awak dan penumpang di dalamnya. Biaya yang dibutuhkan untuk menambah 32 sekoci pun hanya sekitar US$16,000 ($415.000 tahun 2024),[5], kurang lebih hanya 1% dari $7,5 juta biaya yang dihabiskan perusahaan untuk membuat Titanic.[85]
Dalam keadaan darurat, sekoci pada masa itu hanya digunakan untuk memindahkan penumpang dari kapal yang kecelakaan menuju kapal penyelamat terdekat.[86][e] Oleh karena itu, sudah jadi hal lumrah bilamana kapal memiliki sekoci yang jauh lebih sedikit daripada jumlah sekoci yang dibutuhkan untuk menampung keseluruhan penumpang dan awak, dan dari 39 kapal Britania berbobot lebih dari 10.000 ton panjang (10.000 t) pada masa itu, 33 di antaranya memiliki kapasitas sekoci yang lebih sedikit daripada jumlah penumpang.[88] White Star Line menginginkan kapal memiliki geladak pejalan kaki yang luas dengan pemandangan laut tak terhalang, dan keberadaan deretan sekoci akan menghalangi pemandangan tersebut.[89]
Kapten Smith adalah pelaut berpengalaman yang telah mengabdi selama 40 tahun di lautan, termasuk 27 tahun sebagai nakhoda. Peristiwa ini menjadi krisis pertama dalam kariernya, dan ia pun menyadari bahkan jika semua sekoci terisi penuh, lebih dari seribu orang akan terperangkap di kapal saat Titanic tenggelam, dengan sedikit atau tidak ada peluang untuk selamat.[63] Beberapa sumber kelak mengungkapkan bahwa setelah memahami apa yang akan terjadi, Kapten Smith didera ketakutan, mengalami gangguan mental atau kegugupan, dan menjadi linglung. Hal demikian membuatnya tidak bisa mencari solusi untuk meminimalisir korban jiwa.[90][91] Namun, sejumlah penyintas mengungkapkan bahwa Smith berperan aktif dan bersikap dingin serta tenang pada saat-saat kritis. Setelah kapal menabrak gunung es, Smith lekas memulai penyelidikan mengenai kondisi dan tingkat kerusakan, menginspeksi sendiri geladak bawah untuk mengetahui kerusakan, dan memerintahkan petugas nirkabel untuk meminta bantuan. Ia bertindak cepat dengan memerintahkan para awak agar mulai mempersiapkan pemuatan sekoci, dan membantu penumpang memakai baju pelampung sebelum ia diberitahu oleh Andrews bahwa kapal akan tenggelam. Smith terlihat di dekat geladak, sendirian mengawasi dan membantu memuat sekoci, bercakap-cakap dengan penumpang, dan berupaya meyakinkan pentingnya mengikuti perintah evakuasi sembari menghindari kepanikan.[92]
Opsir Keempat Boxhall diberitahu oleh Smith pada pukul 00.25 bahwa kapal akan tenggelam,[93] sedangkan Intendans George Rowe tidak menyadari kalau keadaan sedang darurat sampai proses evakuasi dimulai, ia menelepon anjungan dari stasiun pengawasnya, bertanya kenapa ia baru saja melihat sebuah sekoci lewat.[94] Para awak kapal tidak siap menghadapi keadaan darurat karena minimnya pelatihan sekoci. Tercatat hanya satu pelatihan sekoci yang dilaksanakan, yakni saat kapal berlabuh di Southampton. Pelatihan tersebut hanya berjalan sekilas, tatkala dua sekoci diturunkan, masing-masing diawaki oleh seorang kelasi dan empat awak yang mendayung mengitari dermaga selama beberapa menit, kemudian kembali ke kapal. Sekoci seyogianya dilengkapi dengan perbekalan darurat, tetapi penumpang Titanic menemukan bahwa hanya sedikit perbekalan yang tersedia di sekoci, meskipun ada upaya dari tukang roti kapal bernama Charles Joughin dan stafnya untuk memasok perbekalan ke sekoci.[95] Tidak ada pelatihan sekoci atau pelatihan damkar yang diselenggarakan sejak Titanic meninggalkan Southampton.[95] Pelatihan sekoci dijadwalkan pada hari Minggu pagi menjelang kapal tenggelam, tetapi dibatalkan oleh Kapten Smith karena alasan yang tidak diketahui.[96]
Daftar penugasan awak untuk menangani sekoci telah ditempel di kapal, tetapi hanya sedikit awak yang membacanya atau mengetahui apa yang mesti dilakukan. Sebagian besar awak kapal bukanlah pelaut, beberapa di antaranya bahkan belum pernah mendayung perahu. Para awak harus menghadapi tugas rumit dalam mengatur penurunan 20 sekoci untuk membawa 1.100 orang, yang berjejer sepanjang 70 kaki (21 m) di sisi kapal.[84] Menurut sejarawan bencana, Thomas E. Bonsall, evakuasi diatur dengan sangat buruk, "seumpamanya mereka memiliki jumlah sekoci yang cukup, mereka masih akan kesulitan meluncurkannya, mengingat keterbatasan waktu dan buruknya kepemimpinan." Hal demikian benar adanya, karena tidak semua sekoci di kapal Titanic berhasil diluncurkan sebelum kapal tenggelam.[97]
Kira-kira pukul 00.20, 40 menit setelah tabrakan, sekoci mulai disiagakan. Opsir Kedua Lightoller mengenang bahwa ia harus menangkupkan kedua tangannya di telinga Smith untuk berkomunikasi di tengah kebisingan. Lightoller mengungkapkan: "Saya berteriak sekuat tenaga, bukankah sebaiknya kita menaikkan wanita dan anak-anak ke dalam sekoci, Sir?' Dia mendengar dan mengangguk menjawab."[98] Smith lantas memerintahkan agar Lightoller dan Murdoch "menaikkan wanita dan anak-anak".[99] Lightoller mengambil alih sekoci di sisi kiri dan Murdoch mengambil alih sekoci di sisi kanan. Keduanya menafsirkan perintah evakuasi "wanita dan anak-anak" secara berbeda; Murdoch mengartikannya sebagai "mendahulukan wanita dan anak-anak", sedangkan Lightoller mengartikannya "hanya wanita dan anak-anak". Lightoller menurunkan sekoci dengan banyak tempat kosong jika tidak ada lagi wanita dan anak-anak yang akan naik, sedangkan Murdoch mengizinkan segelintir pria untuk naik jika seluruh wanita dan anak-anak di dekatnya sudah naik.[83]
Tidak ada awak yang mengetahui berapa banyak orang yang sanggup diangkut dengan aman di sekoci saat diturunkan, dan mereka tidak mau mengambil risiko dengan mengisi penuh sekoci. Sekoci sebenarnya bisa diturunkan cukup aman dengan berisi 68 orang, terutama dengan kondisi cuaca dan laut yang sangat bagus.[83] Sekiranya hal ini dilakukan, 500 orang lagi bisa diselamatkan. Sebaliknya, ratusan orang, kebanyakan pria, ditinggalkan di kapal saat sekoci diluncurkan dalam keadaan setengah penuh.[81][97]
Pada awalnya, hanya sedikit penumpang yang bersedia naik ke sekoci dan petugas evakuasi kesulitan untuk membujuk penumpang lainnya. Miliarder John Jacob Astor menyatakan: "Kami lebih aman di sini daripada di perahu kecil itu."[100] Sejumlah penumpang dengan tegas menolak untuk menaiki sekoci. J. Bruce Ismay yang menyadari betapa daruratnya situasi pada saat itu, menjelajahi geladak bagian kanan, mendesak para penumpang dan awak agar naik ke sekoci. Segelintir wanita, pasangan, dan pria lajang dibujuk untuk naik ke sekoci No. 7, menjadi sekoci pertama yang diturunkan.[100]
Keberangkatan sekoci
Pada pukul 00.45, sekoci No. 7 didayung menjauh dari Titanic dengan muatan 28 penumpang, meskipun kapasitasnya 65 orang. Sekoci No. 6 di sisi kiri kapal lantas diturunkan pada pukul 00.55. Sekoci tersebut juga memuat 28 orang, di antaranya adalah Margaret "Molly" Brown "yang tidak dapat tenggelam". Lightoller menyadari hanya ada seorang kelasi di sekoci tersebut (Intendans Robert Hichens) dan memanggil sukarelawan. Mayor Arthur Godfrey Peuchen dari Royal Canadian Yacht Club mengajukan diri dan naik ke sekoci; ia adalah satu-satunya penumpang pria dewasa yang diizinkan Lightoller untuk menaiki sekoci saat proses evakuasi di sisi kiri kapal.[101] Peran Peuchen ini menyoroti masalah utama saat proses evakuasi: nyaris tidak ada kelasi yang mengawaki perahu. Sejumlah awak dikirim ke geladak bawah untuk membuka pintu guna mengevakuasi lebih banyak penumpang, tetapi para awak ini tidak pernah kembali. Menurut dugaan, mereka terjebak dan tenggelam akibat air yang membanjiri geladak bawah.[102]
Sementara itu, awak kapal lainnya berjuang mempertahankan layanan vital karena air terus mengalir ke geladak bawah kapal. Para teknisi dan juru api berupaya mengeluarkan uap dari ketel untuk mencegahnya meledak saat bersentuhan dengan air dingin. Mereka membuka kembali pintu kedap air untuk memasang pompa portabel tambahan di kompartemen depan guna mengurangi luapan air, meskipun usaha ini sia-sia. Para awak juga mengupayakan generator listrik tetap menyala agar penerangan dan daya di seluruh kapal tetap hidup. Awak kabin Frederick Dent Ray nyaris tersapu air sewaktu dinding kayu di antara baraknya dan kabin kelas tiga di dek E runtuh, memerangkapnya di air setinggi pinggang.[103] Dua orang teknisi, Herbert Harvey dan Jonathan Shepherd (yang kaki kirinya patah setelah jatuh ke dalam ceruk beberapa menit sebelumnya), tewas pada pukul 00.45 di ruang ketel No. 5 ketika pintu bunker yang memisahkan ruang ketel No. 5 dan No. 6 ambruk dan tersapu oleh "gelombang busa hijau", sebagaimana diutarakan oleh juru api Frederick Barrett, yang juga hampir terperangkap di ruang ketel tersebut.[104]
Menurut pengakuan seorang penyintas bernama Trimmer George Cavell, pada pukul 01.20 di ruang ketel No. 4, air mulai meluap dari pelat lantai logam di bawah, menandakan bahwa bagian bawah kapal juga telah bocor akibat menabrak gunung es. Luapan air juga membanjiri ruang pompa, yang memaksa juru api dan juru batu bara untuk mengevakuasi ruang ketel.[105] Di buritan, Kepala Teknisi Bell dan rekan-rekannya serta sejumlah juru api dan juru minyak tetap tinggal di ruang ketel No. 1, 2, 3 serta ruang motor bakar torak dan turbin yang belum kebanjiran. Mereka terus menyalakan ketel dan generator listrik agar lampu dan pompa kapal bisa terus beroperasi dan radio tetap menyala sehingga sinyal mara bahaya dapat dikirim.[47] Beberapa sumber mengungkapkan bahwa para awak ini tetap berada di tempat tersebut sampai akhir, yang memastikan bahwa listrik Titanic tetap menyala sampai menit-menit terakhir tenggelamnya. Menurut juru api Frederick Scott, kira-kira pukul 02.05, ketika jelas bahwa usaha untuk mempertahankan kapal sia-sia, dan banjir di kompartemen depan terlalu parah untuk diatasi oleh pompa, ia bersama sejumlah teknisi dan awak lainnya naik ke geladak terbuka Titanic, tetapi saat itu semua sekoci telah berangkat. Scott bersaksi melihat 8 dari 35 orang insinyur kapal berkumpul di ujung belakang geladak di sisi kanan.[106] Tidak ada teknisi dan juru listrik Titanic yang selamat.[107] Begitu pula dengan 5 petugas pos di Titanic, yang terlihat terakhir kali sedang berjibaku menyelamatkan kantong surat yang mereka selamatkan dari ruang surat yang kebanjiran. Kesemuanya terperangkap oleh air yang membanjiri dek D.[108]
Sebagian besar penumpang kelas tiga juga berjuang menerobos air yang membanjiri kabin penumpang di dek E, F, dan G. Carl Jansson, salah seorang dari sedikit penyintas kelas tiga, mengutarakan:
Lantas saya berlari ke kabin saya untuk mengambil pakaian, jam tangan dan tas, tetapi hanya sempat mengambil jam tangan dan mantel ketika air dengan kekuatan yang sangat besar masuk ke kabin dan saya harus bergegas lagi naik ke geladak tempat saya menemukan teman-teman saya sedang berdiri memakai baju pelampung dan teror tergambar di wajah mereka. Apa yang harus saya lakukan sekarang, tanpa pelampung, tanpa sepatu dan tanpa topi?[109]
Sekoci diturunkan setiap beberapa menit sekali di masing-masing sisi kapal, tetapi sebagian besar sekoci tidak terisi penuh. Sekoci No. 5 berangkat dengan 41 penumpang, No. 3 berangkat dengan 32 penumpang, No. 8 berangkat dengan 39 penumpang,[110] dan No. 1 hanya berisikan 12 penumpang dari kapasitas 40 orang.[110] Evakuasi tidak berjalan lancar, dan penumpang mengalami kecelakaan atau cedera saat proses evakuasi. Seorang wanita jatuh saat hendak menaiki sekoci No. 10, tetapi seseorang menangkap pergelangan kakinya dan menariknya kembali ke geladak promenade.[111] Penumpang kelas satu Annie Stengel mengalami patah tulang rusuk ketika seorang dokter Jerman-Amerika dan adik laki-lakinya melompat ke sekoci No. 5, yang menindih dan membuatnya pingsan.[112][113] Proses penurunan sekoci juga berisiko. Sekoci No. 6 hampir kebanjiran saat turun akibat air yang meluap dari sisi kapal, tetapi berhasil menjauh dari kapal.[110][114] Penumpang di sekoci No. 3 nyaris terlempar ke laut ketika salah satu penggerek macet sesaat.[115]
Pada pukul 01.20, keseriusan situasi mulai terlihat di atas geladak tatkala para penumpang mulai saling mengucapkan selamat tinggal dan para suami mengawal istri dan anak-anak mereka ke sekoci. Suar mara bahaya ditembakkan setiap beberapa menit sekali untuk menarik perhatian kapal terdekat, dan operator radio berulang kali mengirimkan sinyal mara bahaya CQD. Operator radio Harold Bride menyarankankan agar rekannya, Jack Phillips, harus menggunakan sinyal SOS, karena "mungkin ini adalah kesempatan terakhirmu untuk mengirimkannya". Bertentangan dengan ucapan Bride, SOS bukanlah sinyal baru, melainkan telah digunakan berkali-kali sebelumnya.[116] Kedua operator radio tersebut menghubungi kapal lain untuk meminta bantuan. Beberapa kapal menanggapi, yang terdekat adalah RMS Carpathia, berjarak 58 mil (93 km) dari Titanic.[117] Kecepatan Carpathia jauh lebih lambat daripada Titanic, bahkan jika dikemudikan dengan kecepatan maksimum 17 kn (20 mph; 31 km/h), kapal ini membutuhkan waktu empat jam untuk mencapai Titanic.[118] Kapal lainnya yang menanggapi adalah SS Mount Temple, tetapi perjalanannya terhalang oleh bongkahan es saat hendak berlayar menuju Titanic.[119]
Sebenarnya, kapal terdekat dari Titanic adalah SS Californian, yang telah memperingatkan Titanic mengenai bahaya es beberapa jam sebelumnya. Kapten Californian, Stanley Lord, khawatir bahwa kapalnya akan terjebak di ladang es hanyut dan memutuskan untuk berhenti kira-kira pukul 22.00 sembari menunggu datangnya siang untuk menemukan jalan melewati ladang es.[120] Pada pukul 23.30, 10 menit sebelum Titanic menabrak gunung es, operator radio Californian bernama Cyril Evans mematikan perangkatnya pada malam itu dan tidur.[121] Di anjungan, Opsir Ketiga Charles Groves melihat sisi kanan sebuah kapal besar kira-kira berjarak 10 hingga 12 mi (16 hingga 19 km) dari Californian, yang mendadak berbelok ke kiri dan berhenti. Seandainya operator radio Californian tetap di tempatnya lima belas menit lebih lama, ratusan nyawa mungkin bisa diselamatkan.[122] Satu jam kemudian, Opsir Kedua Herbert Stone melihat lima roket putih meledak di atas kapal yang berhenti. Stone tidak yakin mengenai makna roket itu, ia lantas memanggil Kapten Lord yang sedang beristirahat di ruang peta dan melaporkan penampakan tersebut.[123] Lord tidak melakukan tindakan apa pun terkait laporan tersebut, meskipun Stone bersikeras bahwa "Sebuah kapal tidak akan menembakkan roket di laut dengan sia-sia," ujarnya kepada salah seorang rekannya.[124]
Pada saat itu, para penumpang dan awak yang berada di Titanic sudah menyadari bahwa kapal benar-benar akan tenggelam dan sekoci tidak cukup untuk mengangkut semua orang. Ada yang masih berpegang teguh pada harapan bahwa hal terburuk tidak akan terjadi. Eloise Hughes Smith memohon apakah Lucian, suami yang baru dinikahinya dua bulan lalu, boleh naik sekoci bersamanya, tetapi Kapten Smith mengabaikannya, berteriak melalui megafonnya bahwa wanita dan anak-anak harus didahulukan. Lucian berkata, "Tidak apa-apa, kapten, mengenai masalah itu; saya akan memastikan dia naik sekoci", lalu ia memberi tahu Eloise, "Aku tidak pernah berharap memintamu untuk patuh, tetapi kali ini kau harus menurutiku. Ini hanyalah masalah mendahulukan wanita dan anak-anak. Peralatan di kapal ini lengkap dan semua orang akan diselamatkan."[125] Suami Charlotte Collyer, Harvey, berseru kepada istrinya saat ia dinaikkan ke atas sekoci, "Pergilah, Lottie! Demi Tuhan, beranilah dan pergilah! Aku akan mendapat tempat duduk di sekoci lain!". Tidak seorang pun dari pria ini yang selamat.[125]
Pasangan lain menolak untuk dipisahkan. Ida Straus, istri pemilik swalayan Macy's dan mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat Isidor Straus, berkata kepada suaminya: "Kami telah hidup bersama selama bertahun-tahun. Ke mana kau pergi, aku ikut."[125] Mereka berdua duduk di sepasang kursi di geladak dan menunggu sampai akhir.[126] Industriawan Benjamin Guggenheim mengganti baju pelampung dan sweternya dengan topi tinggi dan baju pesta dan menyatakan keinginannya untuk "berpulang selayaknya pria terhormat".[47]
Pada saat itu, sebagian besar penumpang yang menaiki sekoci berasal dari kelas satu dan dua. Segelintir penumpang kelas tiga berhasil naik ke geladak, sedangkan sebagian besarnya masih tersesat di labirin koridor atau terjebak di balik gerbang dan partisi yang memisahkan kabin penumpang kelas tiga dengan area kelas satu dan dua.[127] Pemisahan ini bukan hanya karena alasan sosial, melainkan merupakan persyaratan undang-undang imigrasi Amerika Serikat, yang mewajibkan penumpang kelas tiga dipisahkan untuk mengontrol imigrasi dan mencegah penyebaran penyakit menular. Penumpang kapal kelas satu dan dua di jalur lintas Atlantik turun di dermaga utama di Pulau Manhattan, tetapi penumpang kelas tiga harus melewati pemrosesan dan pemeriksaan kesehatan di Pulau Ellis.[128] Di sejumlah tempat, awak Titanic diduga menghalangi penyelamatan penumpang kelas tiga. Beberapa gerbang dikunci dan dijaga oleh awak kapal untuk mencegah penumpang kelas tiga menyerbu sekoci.[127] Seorang penyintas asal Irlandia bernama Margaret Murphy menulis pada bulan Mei 1912:
Bahkan sebelum semua penumpang kelas tiga memiliki peluang untuk menyelamatkan diri, para pelaut Titanic mengunci pintu dan jalan samping yang berasal dari seksi kelas tiga ... Sekelompok pria mencoba naik ke geladak yang lebih tinggi dan berkelahi dengan para pelaut; semuanya menyerang dan bertarung dan menyumpah. Wanita dan beberapa anak-anak yang ada di sana berdoa dan menangis. Kemudian para pelaut menyegel pintu palka yang menuju ke seksi kelas tiga. Mereka mengatakan ingin menahan udara di bawah agar kapal bisa mengapung lebih lama. Itu berarti semua harapan hilang bagi mereka yang masih berada di bawah sana.[127]
Rute yang panjang dan berliku harus ditempuh untuk mencapai lantai atas. Kabin kelas tiga terletak di dek C sampai G, yang berada di paling ujung geladak, dan dengan demikian jadi yang terjauh pula dari sekoci. Sebaliknya, kabin kelas satu terletak di geladak atas dan paling dekat dengan sekoci. Kedekatan dengan sekoci menjadi faktor penting dalam penyelamatan. Situasi ini makin diperumit dengan banyaknya penumpang kelas tiga yang tidak bisa berbahasa Inggris. Faktanya, sebagian besar penyintas kelas tiga merupakan imigran asal Irlandia yang bisa berbahasa Inggris.[15] Banyak penyintas kelas tiga berutang nyawa pada awak kabin John Edward Hart, yang menerobos bagian dalam kapal untuk mengawal sekelompok penumpang kelas tiga ke geladak kapal. Penyintas lainnya menyelinap melalui gerbang terbuka atau menaiki tangga darurat.[129]
Beberapa penumpang yang sudah pasrah tidak berusaha menyelamatkan diri dan tinggal di kabin mereka atau berkumpul untuk berdoa di ruang makan kelas tiga.[130] Kepala Juru Api Charles Hendrickson menyaksikan sekerumunan penumpang kelas tiga di geladak bawah menenteng koper dan harta benda mereka, seolah menunggu seseorang untuk mengarahkan mereka.[131] Psikolog Wynn Craig Wade menyebut tindakan ini dengan "kepasrahan pasif" yang ditimbulkan oleh generasi yang diberi tahu apa yang harus dilakukan oleh pemimpin sosial.[108] August Wennerström, salah seorang penyintas pria, mengungkapkan bahwa kebanyakan rekannya tidak berusaha menyelamatkan diri. Ia menulis:
Ratusan orang mengelilingi lingkaran [di ruang makan kelas tiga] dan seorang pengkhotbah berdiri di tengah, berdoa, menangis, meminta Tuhan dan Bunda Maria untuk membantu mereka. Mereka berbaring di sana dan berteriak, tidak pernah mengangkat tangan untuk membantu diri sendiri. Mereka telah kehilangan daya kemauan sendiri dan berharap Tuhan menyelesaikannya untuk mereka.[132]
Peluncuran sekoci terakhir
Pada pukul 01.30, sudut kemiringan Titanic meningkat, meskipun tidak lebih dari 5 derajat, dengan peningkatan kemiringan ke sebelah kiri kapal. Situasi yang makin memburuk tercermin dari nada pesan yang dikirim dari kapal: "Kami menurunkan para wanita ke sekoci", yang dikirim pada pukul 01.25, "Ruang mesin kebanjiran" pada pukul 01.35, dan "Ruang mesin tergenang hingga ketel" pada pukul 01.45.[133] Ini adalah sinyal terakhir Titanic yang dapat dipahami, diduga dikirim saat sistem kelistrikan kapal mulai rusak; pesan-pesan selanjutnya campur aduk dan tidak dapat dipahami. Namun, kedua operator radio tersebut terus mengirimkan pesan mara bahaya sampai menit terakhir tenggelamnya Titanic.[134]
Sekoci yang tersisa diisi sesuai kapasitas dengan tergesa-gesa. Sekoci No. 11 bermuatan lima orang lebih banyak dari kapasitas nominalnya. Ketika diturunkan, sekoci ini nyaris kebanjiran air yang dipompa keluar dari kapal. Sekoci No. 13 juga menghadapi permasalahan yang sama, tetapi awak yang berada di kapal tidak bisa melepaskan tali penggerek. Sekoci tersebut mengayun ke belakang, bertepatan dengan diturunkannya sekoci No. 15. Tali penggerek berhasil dipotong tepat waktu dan kedua sekoci berangkat dengan selamat.[135]
Kepanikan pecah ketika sekelompok penumpang pria menyerbu ke sisi kiri kapal tempat sekoci No. 14 sedang diturunkan dengan muatan 40 orang. Opsir Kelima Lowe, yang menangani sekoci tersebut, melepaskan tiga tembakan peringatan ke udara untuk mengendalikan massa.[136] Sekoci No. 16 diturunkan lima menit kemudian. Salah seorang penumpang sekoci No. 16 adalah awak kabin Violet Jessop, yang mengulangi pengalamannya empat tahun kemudian ketika ia selamat dalam musibah tenggelamnya salah satu kapal saudari Titanic, RMS Britannic, pada Perang Dunia I.[137] Sekoci lipat C diluncurkan pada pukul 01.40 dari geladak kanan yang sekarang sudah sepi karena sebagian besar orang di geladak telah pindah ke buritan kapal. Di sekoci inilah J. Bruce Ismay, kepala dan direktur pelaksana White Star Line, penyintas Titanic yang paling kontroversial, menyelinap masuk ke sekoci, tindakan yang kemudian dikecam sebagai tindakan pengecut.[133]
Pada pukul 01.40, sekoci No. 2 diturunkan.[138] Tatkala sekoci hendak diturunkan, Lightoller mengetahui sekoci telah diduduki oleh para pria yang "bukan orang Inggris, atau ras penutur bahasa Inggris ... [melainkan dari] kategori luas yang dikenal para pelaut sebagai 'dago'."[139] Lightoller mengusir mereka dengan menodongkan revolvernya, tetapi ia tidak menemukan wanita dan anak-anak lagi untuk mengisi sekoci,[139] dan sekoci diturunkan dengan muatan hanya 25 orang dari kapasitas 40 orang.[138] John Jacob Astor mengantar istrinya ke tempat aman di sekoci No. 4 pada pukul 01.55, tetapi ditolak masuk oleh Lightoller, meskipun 20 dari 60 kursi di dalamnya kosong.[138]
Sekoci terakhir yang diluncurkan adalah sekoci lipat D, yang berangkat pada pukul 02.05 dengan muatan 25 orang;[140] dua penumpang pria melompat ke atas sekoci yang sedang diturunkan.[141] Air laut telah membanjiri geladak sekoci dan agil sudah tenggelam jauh di bawah air. Penumpang kelas satu Edith Evans menyerahkan tempatnya di sekoci, dan akhirnya tewas dalam kecelakaan tersebut. Ia merupakan satu dari empat wanita kelas satu yang tewas dalam tenggelamnya Titanic. Beberapa penyintas, termasuk penumpang kelas tiga Eugene Daly dan penumpang kelas satu George Rheims, mengaku menyaksikan seorang petugas menembak seorang atau dua orang penumpang saat terjadinya kericuhan memperebutkan sekoci, lantas menembak dirinya sendiri. Dikabarkan secara luas bahwa petugas tersebut adalah William Murdoch.[142]
Kapten Smith menjalankan kunjungan terakhirnya ke geladak, memberi tahu operator radio dan awak lainnya: "Sekarang selamatkan diri kalian sendiri."[143] Ia memberi tahu awak yang sedang berupaya meluncurkan sekoci lipat A, "Lakukan yang terbaik untuk wanita dan anak-anak, dan jaga dirimu sendiri," kemudian kembali ke anjungan tepat sebelum kapal tenggelam sepenuhnya.[144] Diperkirakan bahwa Smith memilih untuk tenggelam bersama kapalnya dan tewas di anjungan ketika area tersebut tenggelam ditelan lautan.[145][146] Menurut dugaan lain, Smith mungkin melompat ke laut dari anjungan saat kapal tenggelam. Ketika tengah berupaya menurunkan sekoci lipat B, Harold Bride melihat Kapten Smith terjun dari anjungan ke laut tepat sebelum anjungan terbenam.[147] Perancang kapal, Thomas Andrews, dilaporkan terakhir kali terlihat di ruangan merokok kelas satu kira-kira pukul 02.05, kemungkinan ia tidak berusaha menyelamatkan diri.[137][148] Akan tetapi, terdapat bukti tidak langsung yang menunjukkan bahwa Andrews terlihat di ruang merokok menjelang pukul 01.40, serta laporan lain yang membuktikan bahwa Andrews terus membantu proses evakuasi.[149][150] Ia dilaporkan terlihat melempar kursi geladak ke laut agar penumpang bisa berpegangan di air,[149] kemudian menuju anjungan untuk mencari Kapten Smith.[150] Awak kabin Cecil Fitzpatrick mengaku melihat Andrews melompat ke laut dari anjungan bersama Smith. Baik Smith maupun Andrews sama-sama tidak selamat.[149]
Di kala sebagian besar penumpang dan awak menuju ke buritan, tempat pendeta Thomas Byles, seorang penumpang kelas dua, sedang mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan absolusi, grup musik Titanic memainkan musik di depan gimnasium.[151] Titanic memiliki dua grup musik. Salah satunya adalah kuintet pimpinan Wallace Hartley yang bermain musik setelah acara makan malam dan kebaktian, sedangkan grup musik satu lagi adalah trio yang bermain musik di area resepsionis serta di depan kafe dan restoran. Kedua grup musik ini memiliki aransemen dan perpustakaan musik tersendiri dan tidak pernah bermain musik bersama sebelum kapal tenggelam. Kira-kira 30 menit setelah Titanic menabrak gunung es, menurut dugaan kedua grup musik tersebut dipanggil oleh Bendahara McElroy atau Kapten Smith dan diperintahkan untuk bermain musik di ruang duduk kelas satu.[152] Para penumpang yang hadir pada saat itu mengingat grup musik tersebut memainkan lagu-lagu ceria seperti "Alexander's Ragtime Band". Tidak diketahui apakah dua pemain piano sedang bersama grup musik tersebut pada saat itu. Waktu pastinya tidak diketahui, tetapi grup musik itu kemudian pindah ke geladak atas di depan pintu masuk kelas satu. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka pindah ke geladak,[153] melainkan tetap di dalam karena awak kabin Edward Brown mengaku melihat mereka di puncak tangga pintu masuk kelas satu.[154]
Desas-desus yang beredar mengenai tenggelamnya Titanic menyatakan bahwa para pemusik tersebut memainkan himne "Nearer, My God, to Thee" saat kapal hendak tenggelam, meskipun sejumlah pihak meragukan kebenarannya.[155] Sekalipun demikian, pernyataan tersebut berasal dari laporan awal mengenai tenggelamnya kapal tersebut,[156] dan himne bertalian dikaitkan erat dengan musibah Titanic sehingga lirik pembukanya diukir di monumen pemakaman pemimpin grup musik, Wallace Hartley, yang tewas dalam musibah tersebut.[157] Archibald Gracie secara tegas membantahnya dalam kesaksiannya, yang ditulisnya tak lama setelah ia diselamatkan, dan operator radio Harold Bride mengungkapkan bahwa ia mendengar grup musik memainkan "ragtime", kemudian "Autumn",[158] yang dia maksud kemungkinan adalah "Songe d'Automne" (Autumn Dream), lagu wals karya Archibald Joyce yang populer pada masa itu. George Orrell, pemimpin grup musik kapal penyelamat Carpathia yang berbicara dengan para penyintas, berkata: "Grup musik kapal dalam keadaan sedarurat apa pun diharapkan bermain musik untuk menenangkan para penumpang. Setelah Titanic menabrak gunung es, grup musik mulai memainkan musik yang ceria, musik dansa, lagu-lagu komikal, apa saja yang akan mencegah kepanikan penumpang ... penumpang yang ketakutan mulai memikirkan kematian yang akan mereka hadapi dan meminta pemusik untuk memainkan himne. Salah satu himne yang menarik bagi semua orang adalah 'Nearer My God to Thee'."[159]
Menurut Gracie, yang berada di geladak di dekat grup musik sampai bagian geladak tersebut ambruk, lagu-lagu yang dimainkan oleh grup musik tersebut "ceria", meskipun ia tidak mengenali satu lagu pun. Ia mengatakan bahwa jika grup musik tersebut memainkan "Nearer, My God, to Thee", ia "pasti menyadarinya dan menganggapnya sebagai peringatan yang tidak bijaksana mengenai kematian bagi kita semua dan kemungkinan besar akan menimbulkan kepanikan".[160] Sejumlah penyintas yang meninggalkan kapal paling akhir, termasuk Brown, mengungkapkan bahwa grup musik terus bermain sampai kapal akhirnya tenggelam.[152] Gracie menyatakan grup musik tersebut berhenti bermain musik kira-kira 30 menit sebelum kapal tenggelam. A. H. Barkworth, seorang penumpang kelas satu, berkata: "Saya tidak berniat meremehkan keberanian siapa pun, tetapi saya bisa menyebutkan bahwa ketika saya pertama kali tiba di geladak, grup musik sedang memainkan wals. Kali berikutnya saya melewati grup musik, para anggotanya telah mencampakkan alat musik mereka dan tidak kelihatan lagi."[153] Grup musik ini bisa jadi berhenti bermain sebentar untuk mengambil baju pelampung, kemudian lanjut bermain musik.[8]
Bride mendengar grup musik bermain saat ia meninggalkan ruang radio, yang saat itu sudah terendam air, ditemani oleh rekannya sesama operator, Jack Phillips. Ia berkelahi dengan seorang awak yang menurutnya adalah "seorang stoker, atau seseorang dari geladak bawah", yang menyelinap ke ruang radio dan hendak mencuri pelampung Phillips. Bride kelak menulis: "Saya melakukan tugas saya. Saya harap saya menghabisi [orang itu]. Saya tidak tahu. Kami meninggalkannya di lantai kabin ruang radio, dan dia tidak bergerak."[161] Masing-masing operator radio berlari ke arah berlawanan, Phillips menuju buritan dan Bride terus menuju sekoci lipat B.[161]
Archibald Gracie juga menuju buritan, tetapi di perjalanan ia menemukan jalannya diblokir oleh "kerumunan massa manusia sepanjang beberapa banjar, menutupi geladak sekoci, menghadap ke kami".[162] Ratusan penumpang kelas tiga yang menghadangnya akhirnya berhasil sampai ke geladak tepat saat sekoci terakhir berangkat. Gracie membatalkan niatnya menuju buritan dan melompat ke air untuk menjauh dari kerumunan.[162]
Menit terakhir
Kira-kira pukul 02.15, kemiringan Titanic di air mulai naik dengan cepat saat air mengalir melalui palka geladak ke bagian kapal yang belum terendam.[73] Kemiringannya yang tiba-tiba meningkat memicu "gelombang raksasa" yang menerjang bahtera dari ujung depan geladak sekoci, menyapu banyak orang ke lautan.[163] Orang-orang yang sedang berupaya meluncurkan sekoci lipat A dan B, termasuk Opsir Keenam Moody[164] dan Kolonel Archibald Gracie, tersapu gelombang bersama dengan dua sekoci (sekoci B hanyut dan terbalik, memerangkap Harold Bride di bawahnya, sedangkan sekoci A setengah kebanjiran dan kanvasnya tidak terbuka). Bride dan Gracie berhasil naik ke sekoci B, tetapi Moody tewas.[165][166]
Lightoller, yang gagal meluncurkan sekoci B, memilih meninggalkan posisinya karena ia menyadari sia-sia saja pergi ke buritan dan terjun ke laut dari atap barak kelasi. Ia tersedot masuk ke mulut lubang ventilasi, tetapi terlontar lagi keluar oleh "hembusan udara panas yang dahsyat" dan muncul di samping sekoci B yang terbalik.[167] Cerobong depan ambruk karena tak sanggup menopang beratnya sendiri, menggilas sejumlah orang, termasuk Charles Duane Williams.[168] Cerobong kapal anjlok ke air dan nyaris menimpa sekoci.[169] Cerobong juga hampir menimpa Lightoller dan menimbulkan gelombang besar yang menghanyutkan sekoci sejauh 40 meter dari kapal yang tenggelam.[167] Orang-orang yang masih berada di Titanic merasakan struktur kapal bergetar karena didera tekanan yang dahsyat. Penumpang kelas satu Jack Thayer mengungkapkan:
Sesekali terdengar bunyi gedebuk atau ledakan mematikan di dalam kapal. Sekarang, tanpa peringatan Titanic sepertinya mulai maju, bergerak ke depan dan masuk ke dalam air dengan sudut sekitar lima belas derajat. Gerakan ini serta air yang mengalir deras ke arah kami diiringi oleh raungan gemuruh, bercampur dengan ledakan yang lebih teredam. Rasanya seperti berdiri di bawah jembatan kereta api baja selagi kereta ekspres melintas di atas kepala bercampur dengan suara pabrik baja pengepresan dan kehancuran barang pecah belah.[170]
Saksi mata manyaksikan buritan Titanic terangkat tinggi ke udara saat haluan kapal miring ke dalam air. Sudut kemiringannya dikatakan telah mencapai 30–45 derajat,[171] "tampaknya berpusar di sekitar pusat gravitasi tepat di bagian tengah kapal", ujar Lawrence Beesley.[172] Banyak penyintas mendengar suara menggelegar, yang kemudian diketahui sebagai ledakan ketel uap.[173] Beesley menggambarkan suara tersebut: "sebagian berupa erangan, sebagian seperti kelontangan, dan sebagian seperti suara pecah, dan itu bukan raungan tiba-tiba seperti suara ledakan: hal itu berlangsung berturut-turut selama beberapa detik, mungkin lima belas sampai dua puluh detik". Ia menduga suara tersebut berasal dari "mesin dan peralatan yang terlepas dari baut dan bantalannya, kemudian jatuh menimpa kompartemen dan menghantam apa saja yang menghalanginya.[172]
Beberapa menit kemudian, lampu kapal berkedip sekali dan kemudian padam total, menyebabkan Titanic tenggelam dalam kegelapan. Jack Thayer mengaku melihat "seribu lima ratus orang masih di atas kapal, menempel berkelompok atau bergelantungan, seperti lebah yang bergerombol; jatuh ke kerumunan massa, berpasangan atau sendiri-sendiri selagi bagian belakang kapal yang maha besar, dua ratus lima puluh kaki tingginya, naik ke langit."[169]
Catatan
- ^ a b Pada saat tabrakan, jam Titanic disetel 2 jam 2 menit lebih cepat dari Zona Waktu Timur dan 2 jam 58 menit lebih lambat dari Waktu Greenwich. Waktu kapal ditetapkan pada tengah malam, 13–14 April 1912, dan berdasarkan perkiraan posisi Titanic pada tengah hari waktu setempat tanggal 14 April, yang pada dasarnya merunut pada penampakan bintang pada malam tanggal 13 April, disesuaikan dengan perhitungan mati. Akibat terjadinya kecelakaan, jam Titanic tidak disesuaikan pada tengah malam tanggal 14–15 April.[1]
- ^ Kapal ketiga adalah RMS Britannic, yang tidak pernah beroperasi sebagai kapal penumpang; sebaliknya, Britannic langsung dipesan untuk beroperasi sebagai Kapal Rumah Sakit (HMHS Britannic) saat Perang Dunia I.
- ^ Teks asli: "bergs, growlers and field ice"
- ^ Terlepas dari mitos di kemudian hari, misalnya yang digambarkan dalam film Titanic tahun 1997, kapal Titanic tidak berupaya mencetak rekor kecepatan lintas atlantik; White Star Line telah memutuskan untuk tidak bersaing dengan saingan mereka, Cunard, dalam hal kecepatan, melainkan berfokus pada ukuran dan kemewahan.[27]
- ^ Sebuah insiden menegaskan anggapan ini saat Titanic sedang dibangun: kapal White Star Republic mengalami tabrakan dan tenggelam. Meskipun kapal tersebut tidak memiliki sekoci yang cukup untuk menampung keseluruhan penumpang, mereka semua terselamatkan karena kapal dapat mengapung cukup lama untuk diangkut ke kapal penyelamat.[87]
Referensi
- ^ Halpern 2011, hlm. 78.
- ^ Hutchings & de Kerbrech 2011, hlm. 37.
- ^ a b Butler 1998, hlm. 10.
- ^ a b Butler 1998, hlm. 16–20.
- ^ a b 1634–1699: McCusker, J. J. (1997). How Much Is That in Real Money? A Historical Price Index for Use as a Deflator of Money Values in the Economy of the United States: Addenda et Corrigenda (PDF). American Antiquarian Society. 1700–1799: McCusker, J. J. (1992). How Much Is That in Real Money? A Historical Price Index for Use as a Deflator of Money Values in the Economy of the United States (PDF). American Antiquarian Society. 1800–present: Federal Reserve Bank of Minneapolis. "Consumer Price Index (estimate) 1800–". Diakses tanggal 28 Mei 2023.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 67.
- ^ Eaton & Haas 1994, hlm. 76.
- ^ a b Fitch, Layton & Wormstedt 2012, hlm. 286-288.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 71.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 76.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 77.
- ^ a b Butler 1998, hlm. 238.
- ^ Lord 1987, hlm. 83.
- ^ Butler 1998, hlm. 27–28.
- ^ a b Howells 1999, hlm. 95.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 43–44.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 49.
- ^ Fire Down Below Diarsipkan 9 December 2019 di Wayback Machine.. Retrieved 7 January 2017.
- ^ Halpern & Weeks 2011, hlm. 122–126.
- ^ Halpern 2011, hlm. 80.
- ^ Ryan 1985, hlm. 8.
- ^ a b Ballard 1987, hlm. 199.
- ^ a b c Ryan 1985, hlm. 9.
- ^ a b c Barczewski 2006, hlm. 191.
- ^ a b c d Ryan 1985, hlm. 10.
- ^ a b Ryan 1985, hlm. 11.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 24.
- ^ Mowbray 1912, hlm. 278.
- ^ Barczewski 2006, hlm. 13.
- ^ Gracie 1913, hlm. 247.
- ^ Halpern 2011, hlm. 85.
- ^ Eaton & Haas 1987, hlm. 19.
- ^ a b Brown 2000, hlm. 47.
- ^ Barratt 2010, hlm. 122.
- ^ Broad, William J. (9 April 2012). "A New Look at Nature's Role in the Titanic's Sinking". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 June 2018. Diakses tanggal 15 April 2018.
- ^ Lord 2005, hlm. 2.
- ^ Eaton & Haas 1994, hlm. 137.
- ^ Brown 2000, hlm. 67.
- ^ Barczewski 2006, hlm. 194.
- ^ "Were Titanic's engines put into reverse before the accident? > Tim Maltin" (dalam bahasa Inggris). 2019-03-17. Diakses tanggal 2021-08-10.
- ^ Halpern & Weeks 2011, hlm. 100.
- ^ Halpern 2011, hlm. 94.
- ^ Hoffman & Grimm 1982, hlm. 20.
- ^ a b "Testimony of Edward Wilding". Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2019. Diakses tanggal 6 October 2014.
- ^ a b Broad 1997.
- ^ a b c Ballard 1987, hlm. 25.
- ^ Zumdahl & Zumdahl 2008, hlm. 457.
- ^ Foecke 2008.
- ^ McCarty & Foecke 2012, hlm. 83.
- ^ Broad 2008.
- ^ Verhoeven 2007, hlm. 49.
- ^ a b Ewers 2008.
- ^ Mills 1993, hlm. 46.
- ^ "Testimony of Mrs J Stuart White at the US Inquiry". Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 October 2018. Diakses tanggal 1 May 2017.
- ^ Butler 1998, hlm. 67–69.
- ^ Barratt 2010, hlm. 151.
- ^ Barratt 2010, hlm. 156.
- ^ Aldridge 2008, hlm. 86.
- ^ Ballard 1987, hlm. 71.
- ^ Barczewski 2006, hlm. 18.
- ^ a b c Mersey 1912.
- ^ a b c Ballard 1987, hlm. 22.
- ^ Barczewski 2006, hlm. 147.
- ^ a b Butler 1998, hlm. 71.
- ^ Butler 1998, hlm. 72.
- ^ Halpern & Weeks 2011, hlm. 112.
- ^ Barczewski 2006, hlm. 148.
- ^ Halpern & Weeks 2011, hlm. 106.
- ^ Halpern & Weeks 2011, hlm. 116.
- ^ a b Halpern & Weeks 2011, hlm. 118.
- ^ Halpern & Weeks 2011, hlm. 109.
- ^ a b Barratt 2010, hlm. 131.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 120.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 118–119.
- ^ a b c d Barczewski 2006, hlm. 20.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 121.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 126.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 116.
- ^ Beesley 1960, hlm. 32–33.
- ^ a b Bartlett 2011, hlm. 124.
- ^ Lord 1987, hlm. 90.
- ^ a b c Barczewski 2006, hlm. 21.
- ^ a b Bartlett 2011, hlm. 123.
- ^ Hutchings & de Kerbrech 2011, hlm. 112.
- ^ Hutchings & de Kerbrech 2011, hlm. 116.
- ^ Chirnside 2004, hlm. 29.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 30.
- ^ Marshall 1912, hlm. 141.
- ^ Butler 1998, hlm. 250–252.
- ^ Cox 1999, hlm. 50–52.
- ^ Fitch, Layton & Wormstedt 2012, hlm. 162–163.
- ^ Fitch, Layton & Wormstedt 2012, hlm. 183.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 106.
- ^ a b Mowbray 1912, hlm. 279.
- ^ Aldridge 2008, hlm. 47.
- ^ a b Cox 1999, hlm. 52.
- ^ Gleicher 2006, hlm. 65.
- ^ Lord 2005, hlm. 37.
- ^ a b Lord 1976, hlm. 73–74.
- ^ Lord 1976, hlm. 87.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 150.
- ^ Lord 1976, hlm. 78.
- ^ Halpern & Weeks 2011, hlm. 126.
- ^ Lord 1976, hlm. 76.
- ^ "Day 6 – Testimony of Frederick Scott (Greaser, SS Titanic)". British Wreck Commissioner's Inquiry. 10 May 1912. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 January 2021. Diakses tanggal 9 April 2020.
- ^ Butler 1998, hlm. 226.
- ^ a b Butler 1998, hlm. 225.
- ^ Gleicher 2006, hlm. 40.
- ^ a b c Ballard 1987, hlm. 24.
- ^ Lord 1976, hlm. 90.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 147.
- ^ Eaton & Haas 1994, hlm. 150.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 145.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 152.
- ^ Fitch, Layton & Wormstedt 2012, hlm. 205.
- ^ Butler 1998, hlm. 98.
- ^ Butler 1998, hlm. 113.
- ^ "Testimony of Henry James Moore at the US Inquiry". Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 June 2018. Diakses tanggal 1 May 2017.
- ^ Butler 1998, hlm. 159.
- ^ Butler 1998, hlm. 161.
- ^ Butler 1998, hlm. 160.
- ^ Butler 1998, hlm. 162.
- ^ Butler 1998, hlm. 163.
- ^ a b c Lord 1976, hlm. 84.
- ^ Lord 1976, hlm. 85.
- ^ a b c Barczewski 2006, hlm. 284.
- ^ Howells 1999, hlm. 96.
- ^ Lord 1976, hlm. 91–95.
- ^ Lord 1976, hlm. 97.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 131.
- ^ Gittins, Akers-Jordan & Behe 2011, hlm. 167.
- ^ a b Ballard 1987, hlm. 26.
- ^ Regal 2005, hlm. 34.
- ^ Eaton & Haas 1994, hlm. 153.
- ^ Eaton & Haas 1994, hlm. 154.
- ^ a b Eaton & Haas 1994, hlm. 155.
- ^ a b c Ballard 1987, hlm. 222.
- ^ a b Winocour 1960, hlm. 296.
- ^ "Testimony of Arthur Bright". Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 October 2018. Diakses tanggal 6 October 2014.
- ^ "Testimony of Hugh Woolner". Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2018. Diakses tanggal 6 October 2014.
- ^ Fitch, Layton & Wormstedt 2012, hlm. 305–308.
- ^ Butler 1998, hlm. 130.
- ^ "Day 9 – Testimony of Edward Brown (First Class Steward, SS Titanic)". British Wreck Commissioner's Inquiry. 16 May 1912. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 July 2018. Diakses tanggal 6 June 2015.
- ^ Bartlett 2011, hlm. 224.
- ^ Ballard 1987, hlm. 40–41.
- ^ "Testimony of Harold Bride at the US Inquiry". Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 April 2019. Diakses tanggal 6 October 2014.
- ^ Chirnside 2004, hlm. 177.
- ^ a b c Fitch, Layton & Wormstedt 2012, hlm. 321–323
- ^ a b Bullock, Shan (1912). "VIII: The sinking of the Titanic". Thomas Andrews Shipbuilder. Diakses tanggal 21 April 2011.
- ^ Butler 1998, hlm. 135.
- ^ a b Fitch, Layton & Wormstedt 2012, hlm. 177-179.
- ^ a b Barczewski 2006, hlm. 132–33
- ^ Fitch, Layton & Wormstedt 2012, hlm. 178-179.
- ^ Howells 1999, hlm. 128.
- ^ Howells 1999, hlm. 129.
- ^ Richards 2001, hlm. 395.
- ^ Richards 2001, hlm. 396.
- ^ Turner 2011, hlm. 194.
- ^ Gracie 1913, hlm. 20.
- ^ a b Winocour 1960, hlm. 317.
- ^ a b Winocour 1960, hlm. 138–139.
- ^ Lynch 1998, hlm. 117.
- ^ Testimony of Samuel Hemming Diarsipkan 30 July 2018 di Wayback Machine. at Titanic inquiry.com
- ^ Gracie 1913, hlm. 61.
- ^ Winocour 1960, hlm. 316.
- ^ a b Winocour 1960, hlm. 299.
- ^ Fitch, Layton & Wormstedt 2012, hlm. 232–233.
- ^ a b Barczewski 2006, hlm. 28.
- ^ Gleicher 2006, hlm. 229.
- ^ Ballard 1987, hlm. 202.
- ^ a b Beesley 1960, hlm. 47.
- ^ Mowbray 1912, hlm. 70.
Bibliografi
Buku
- Aldridge, Rebecca (2008). The Sinking of the Titanic. New York: Infobase Publishing. ISBN 978-0-7910-9643-7.
- Ballard, Robert D. (1987). The Discovery of the Titanic. New York: Warner Books. ISBN 978-0-446-51385-2.
- Barczewski, Stephanie (2006). Titanic: A Night Remembered. London: Continuum International Publishing Group. ISBN 978-1-85285-500-0.
- Barratt, Nick (2010). Lost Voices From the Titanic: The Definitive Oral History. London: Random House. ISBN 978-1-84809-151-1.
- Bartlett, W.B. (2011). Titanic: 9 Hours to Hell, the Survivors' Story. Stroud, Gloucestershire: Amberley Publishing. ISBN 978-1-4456-0482-4.
- Beesley, Lawrence (1960) [1912]. "The Loss of the SS Titanic; its Story and its Lessons". The Story of the Titanic as told by its Survivors. London: Dover Publications. ISBN 978-0-486-20610-3.
- Björkfors, Peter (2004). "The Titanic Disaster and Images of National Identity in Scandinavian Literature". Dalam Bergfelder, Tim; Street, Sarah. The Titanic in myth and memory: representations in visual and literary culture. London: I.B. Tauris. ISBN 978-1-85043-431-3.
- Brown, David G. (2000). The Last Log of the Titanic. New York: McGraw-Hill Professional. ISBN 978-0-07-136447-8.
- Butler, Daniel Allen (1998). Unsinkable: The Full Story of RMS Titanic. Mechanicsburg, PA: Stackpole Books. ISBN 978-0-8117-1814-1.
- Chirnside, Mark (2004). The Olympic-class ships : Olympic, Titanic, Britannic. Stroud, Gloucestershire: Tempus. ISBN 978-0-7524-2868-0.
- Cox, Stephen (1999). The Titanic Story: Hard Choices, Dangerous Decisions. Chicago: Open Court Publishing. ISBN 978-0-8126-9396-6.
- Eaton, John P.; Haas, Charles A. (1987). Titanic: Destination Disaster: The Legends and the Reality. Wellingborough, Northamptonshire: Patrick Stephens. ISBN 978-0-85059-868-1.
- Eaton, John P.; Haas, Charles A. (1994). Titanic: Triumph and Tragedy. Wellingborough, Northamptonshire: Patrick Stephens. ISBN 978-1-85260-493-6.
- Everett, Marshall (1912). Wreck and Sinking of the Titanic. Chicago: Homewood Press. OCLC 558974511.
- Fitch, Tad; Layton, J. Kent; Wormstedt, Bill (2012). On A Sea of Glass: The Life & Loss of the R.M.S. Titanic. Amberley Books. ISBN 978-1848689275.
- Foster, John Wilson (1997). The Titanic Complex. Vancouver: Belcouver Press. ISBN 978-0-9699464-1-0.
- Georgiou, Ioannis (2000). "The Animals on board the Titanic". Atlantic Daily Bulletin. Southampton: British Titanic Society. ISSN 0965-6391.
- Gittins, Dave; Akers-Jordan, Cathy; Behe, George (2011). "Too Few Boats, Too Many Hindrances". Dalam Halpern, Samuel. Report into the Loss of the SS Titanic: A Centennial Reappraisal. Stroud, Gloucestershire: The History Press. ISBN 978-0-7524-6210-3.
- Gleicher, David (2006). The Rescue of the Third Class on the Titanic: A Revisionist History. Research in Maritime History, No. 31. St. John's, Newfoundland: International Maritime Economic History Association. ISBN 978-0-9738934-1-0.
- Gracie, Archibald (1913). The Truth about the Titanic. New York: M. Kennerley.
- Also published as: Gracie, Archibald (2009). Titanic: A Survivor's Story. The History Press. ISBN 978-0-7509-4702-2.
- Halpern, Samuel (2011). "Account of the Ship's Journey Across the Atlantic". Dalam Halpern, Samuel. Report into the Loss of the SS Titanic: A Centennial Reappraisal. Stroud, Gloucestershire: The History Press. ISBN 978-0-7524-6210-3.
- Halpern, Samuel; Weeks, Charles (2011). "Description of the Damage to the Ship". Dalam Halpern, Samuel. Report into the Loss of the SS Titanic: A Centennial Reappraisal. Stroud, Gloucestershire: The History Press. ISBN 978-0-7524-6210-3.
- Hoffman, William; Grimm, Jack (1982). Beyond Reach: The Search For The Titanic. New York: Beaufort Books. ISBN 978-0-8253-0105-6.
- Howells, Richard Parton (1999). The Myth of the Titanic. New York: Palgrave Macmillan. ISBN 978-0-312-22148-5.
- Hutchings, David F.; de Kerbrech, Richard P. (2011). RMS Titanic 1909–12 (Olympic Class): Owners' Workshop Manual. Sparkford, Somerset: Haynes. ISBN 978-1-84425-662-4.
- Kuntz, Tom (1998). The Titanic Disaster Hearings. New York: Pocket Book. ISBN 978-1-56865-748-6.
- Lord, Walter (1976). A Night to Remember. London: Penguin Books. ISBN 978-0-14-004757-8.
- Lord, Walter (2005) [1955]. A Night to Remember. New York: St. Martin's Griffin. ISBN 978-0-8050-7764-3.
- Lord, Walter (1987). The Night Lives On. London: Penguin Books. ISBN 978-0-670-81452-7.
- Lynch, Donald (1998). Titanic: An Illustrated History. New York: Hyperion. ISBN 978-0-786-86401-0.
- Marcus, Geoffrey (1969). The Maiden Voyage. New York: Viking Press. ISBN 978-0-670-45099-2.
- Marshall, Logan (1912). Sinking of the Titanic and Great Sea Disasters. Philadelphia: The John C. Winston Co. OCLC 1328882.
- McCarty, Jennifer Hooper; Foecke, Tim (2012) [2008]. What Really Sank The Titanic – New Forensic Evidence. New York: Citadel. ISBN 978-0-8065-2895-3.
- Mills, Simon (1993). RMS Olympic – The Old Reliable. Dorset: Waterfront Publications. ISBN 0-946184-79-8.
- Mowbray, Jay Henry (1912). Sinking of the Titanic. Harrisburg, PA: The Minter Company. OCLC 9176732.
- Parisi, Paula (1998). Titanic and the Making of James Cameron. New York: Newmarket Press. ISBN 978-1-55704-364-1.
- Regal, Brian (2005). Radio: The Life Story of a Technology. Westport, CT: Greenwood Publishing Group. ISBN 978-0-313-33167-1.
- Richards, Jeffrey (2001). Imperialism and Music: Britain, 1876–1953. Manchester: Manchester University Press. ISBN 978-0-7190-6143-1.
- Turner, Steve (2011). The Band that Played On. Nashville, TN: Thomas Nelson. ISBN 978-1-59555-219-8.
- Verhoeven, John D. (2007). Steel Metallurgy for the Non-Metallurgist. Materials Park, OH: ASM International. ISBN 978-0-87170-858-8.
- Winocour, Jack, ed. (1960). The Story of the Titanic as told by its Survivors. London: Dover Publications. ISBN 978-0-486-20610-3.
- Zumdahl, Steven S.; Zumdahl, Susan A. (2008). Chemistry. Belmont, CA: Cengage Learning. ISBN 978-0-547-12532-9.
Artikel jurnal
- Foecke, Tim (26 September 2008). "What really sank the Titanic?". Materials Today. Elsevier. 11 (10): 48. doi:10.1016/s1369-7021(08)70224-4 . Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 August 2020. Diakses tanggal 4 March 2012.
- Maltin, Tim (March 2012). "Did the Titanic Sink Because of an Optical Illusion?". Smithsonian. Smithsonian Institution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 August 2020. Diakses tanggal 15 April 2012.
- Ryan, Paul R. (Winter 1985–1986). "The Titanic Tale". Oceanus. Woods Hole, MA: Woods Hole Oceanographic Institution. 4 (28).
- Uchupi, Elazar; Ballard, Robert D.; Lange, William N. (Fall 1986). "Resting in Pieces: New Evidence About Titanic's Final Moments". Oceanus. Woods Hole, MA: Woods Hole Oceanographic Institution. 29 (3): 53–60.
Laporan berita
- Broad, William J. (8 April 1997). "Toppling Theories, Scientists Find 6 Slits, Not Big Gash, Sank Titanic". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 August 2020. Diakses tanggal 5 November 2011.
- Broad, William J. (15 April 2008). "In Weak Rivets, a Possible Key to Titanic's Doom". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 August 2020. Diakses tanggal 13 March 2012.
- Ewers, Justin (25 September 2008). "The Secret of How the Titanic Sank". U.S. News & World Report. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 April 2020. Diakses tanggal 11 April 2012.
Investigasi
- "Passenger List and Survivors of Steamship Titanic". United States Senate Inquiry. 30 July 1912. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 April 2011. Diakses tanggal 5 June 2011.
- Mersey, Lord (1999) [1912]. The Loss of the Titanic, 1912. The Stationery Office. ISBN 978-0-11-702403-8.
- Portman, Jamie (12 November 1994). "U.K. Titanic exhibit an off-season draw". The Toronto Star.
- "Report on the Loss of the "Titanic." (s.s.)". British Wreck Commissioner's Inquiry. 30 July 1912. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 August 2014. Diakses tanggal 12 February 2012.
- "Report on the Loss of the "Titanic." (s.s.)". British Wreck Commissioner's Inquiry, Final Report (Watertight Compartments). 30 July 1912. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 January 2014. Diakses tanggal 14 April 2012.
- "Report on the Loss of the "Titanic." (s.s.)". British Wreck Commissioner's Inquiry, Final Report (Description of Damage). 30 July 1912. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 January 2014. Diakses tanggal 14 April 2012.