Masjid Raya Pariaman: Perbedaan antara revisi
OrophinBot (bicara | kontrib) |
|||
Baris 12: | Baris 12: | ||
| map_relief = |
| map_relief = |
||
| map_caption = |
| map_caption = |
||
| location = [[Kota Pariaman]], [[ |
| location = [[Kota Pariaman]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]] |
||
| latitude = |
| latitude = |
||
| longitude = |
| longitude = |
||
Baris 89: | Baris 89: | ||
}} |
}} |
||
'''Masjid Raya Pariaman''' atau '''Masjid Raya Nagari Pasar Pariaman''' terletak di Jalan Syekh Mohammad Jamil, [[Kampung Perak, Pariaman Tengah, Pariaman|Kampung Perak]], [[Pariaman Tengah, Pariaman|Pariaman Tengah]], [[Kota Pariaman]], [[ |
'''Masjid Raya Pariaman''' atau '''Masjid Raya Nagari Pasar Pariaman''' terletak di Jalan Syekh Mohammad Jamil, [[Kampung Perak, Pariaman Tengah, Pariaman|Kampung Perak]], [[Pariaman Tengah, Pariaman|Pariaman Tengah]], [[Kota Pariaman]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]].<ref>{{Cite web|url=https://sumbar.antaranews.com/berita/62785/52-bangunan-cagar-budaya-di-kota-pariaman|title=52 Bangunan Cagar Budaya di Kota Pariaman|last=Agency|first=ANTARA News|website=Antara News Sumbar|access-date=2020-05-28}}</ref> Masjid ini didirikan atas prakarsa seorang ulama bernama [[Syekh Muhammad Jamil El Khalidi]] (1830–1928). |
||
Pemerintah Indonesia telah menetapkannya sebagai benda cagar budaya di bawah [[Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala|Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau]]. |
Pemerintah Indonesia telah menetapkannya sebagai benda cagar budaya di bawah [[Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala|Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau]]. |
Revisi per 28 September 2023 22.16
Masjid Raya Pariaman | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Kepemimpinan | Wakaf |
Lokasi | |
Lokasi | Kota Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | Minangkabau tradisional |
Dibangun oleh | Syekh Muhammad Jamil |
Spesifikasi | |
Kapasitas | 600 |
Panjang | 21 meter |
Menara | 2 |
Masjid Raya Pariaman atau Masjid Raya Nagari Pasar Pariaman terletak di Jalan Syekh Mohammad Jamil, Kampung Perak, Pariaman Tengah, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia.[1] Masjid ini didirikan atas prakarsa seorang ulama bernama Syekh Muhammad Jamil El Khalidi (1830–1928).
Pemerintah Indonesia telah menetapkannya sebagai benda cagar budaya di bawah Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.
Sejarah
Kementerian Agama Republik Indonesia mencatat bahwa masjid ini didirikan pada tahun 1300 Hijirah (sekitar tahun 1882).[2][3] Pembangunnya diprakarsai oleh ulama setempat bernama Syekh Muhammad Jamil El Khalidi (1843–1928).[4] Sebelumnya, Syekh Muhammad Jamil El Khalidi telah mendirikan Surau Anjuang (sekitar tahun 1860–1870) bersebelahan dengan masjid sebagai tempat mengajarnya. Surau ini beratap rumbia dan baru diganti dengan seng pada tahun 1931. Kelak, Syekh Muhammad Jamil El Khalidi dan adiknya, Moehammad Adam dimakamkan di depan surau tersebut.[5]
Pembangunan Masjid Raya Pariaman dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Pasar Pariaman dipimpin seorang tukang bernama Sutan Tundun. Pembangunannya memakan waktu empat tahun.[6] Masjid ini tercatat sebagai menjadi masjid batu pertama yang terdapat di Pariaman.[6]
Sebelum masjid ini didirikan, Nagari Pasar Pariaman hanya memiliki masjid yang terbuat dari kayu. Masjid tersebut diperkirakan berdiri pada 1829, bersamaan dengan pembangunan Masjid Raya Badano dan Masjid Raya Padusunan di Nagari IV Angkek Padusunan. Arsitektur serta desain dari ketiga masjid ini memiliki persamaan, karena memang dirancang dan dibangun oleh arsitek yang sama.[6]
Pada tahun 1916, seorang ulama bernama Sutan Darab pernah mengajar di sini.[6] Pada 1925, sebuah sekolah agama bernama Madrasatul Falah dibangun di kompleks Masjid Raya Pariaman oleh Dja'afar, putra Syekh Muhammad Jamil El Khalidi.[5]
Saat gempa bumi Padang Panjang 1926, bangunan masjid ini tetap utuh, bahkan tidak retak sama sekali.[5]
Bangunan
Masjid Raya Pariaman bertingkat dua. Pada tingkat pertama berukuran 21 x 21 meter dan pada tingkat kedua berukuran 9,5 x 9,5 meter. Masjid ini memiliki atap tumpang sebanyak lima buah. Dari luar, bangunan terlihat hanya memiliki satu lantai tetapi setelah masuk ke dalam bangunan maka pada bagian atas terdapat loteng yang dihubungkan dengan sebuah tangga dibagian belakang bangunan. Bagian loteng ini terbuat dari bahan kayu yang merupakan satu rangkaian dengan kerangka atap dan plafon.[7]
Bagian tubuh bangunan tersusun dari bata berplester. Di bagian ruang utama masjid, terdapat sembilan buah tiang dan salah satunya merupakan tiang utama atau soko guru yang berada di tengah-tengah bangunan. Pada saf terdepan terdapat tiang-tiang yang dihubungkan dengan lengkungan, bagian tersebut membedakan antara saf pertama dengan saf yang ada di belakangnya.[7]
Atap masjid semula terbuat dari ijuk dan kini telah berganti menjadi seng.[7] Pada tahun 1992, masjid dipugar oleh pengurus masjid.
Bangunan lain
Di samping masjid terdapat makam Syekh Mohammad Jamil yang dimakamkan pada 10 Februari 1928. Selain itu, terdapat surau pasar yang beratap tumpang tiga dan terbuat dari kayu. Surau ini difungsikan untuk tempat mengaji.[7]
Rujukan
- ^ Agency, ANTARA News. "52 Bangunan Cagar Budaya di Kota Pariaman". Antara News Sumbar. Diakses tanggal 2020-05-28.
- ^ http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/91108/
- ^ https://issuu.com/waspada/docs/waspada__minggu_30_mei_2010/20
- ^ https://pariamankota.go.id/berita/sejarah-mesjid-raya-kota-pariaman-mesjid-batu-pertama-di-kota-pariaman
- ^ a b c Waluyo, Harry (1997). Pengungkapan dan pengkajian naskah kuno kota Pariaman, Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
- ^ a b c d Sadri Chaniago. "Mengenal Syekh Muhammad Jamil El Khalidi, Ulama Besar Pariaman Zaman Hindia Belanda". Diakses tanggal 2020-05-28.
- ^ a b c d https://situsbudaya.id/surau-pasar-masjid-raya-pariaman/[pranala nonaktif permanen]