Zuber Usman: Perbedaan antara revisi
OrophinBot (bicara | kontrib) |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
Baris 37: | Baris 37: | ||
Guru besar sastra dan bahasa Indonesia di [[Universitas Sydney]] Keith Foulcher mencatat Zuber Usman sebagai perintis kritik sastra Indonesia.{{sfn|Foulcher|2002|p=101}} |
Guru besar sastra dan bahasa Indonesia di [[Universitas Sydney]] Keith Foulcher mencatat Zuber Usman sebagai perintis kritik sastra Indonesia.{{sfn|Foulcher|2002|p=101}} |
||
Zuber Usman merupakan orang yang pertama kali yang mengemukakan ide pembentukan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya dalam makalah yang dipaparkannya pada seminar "Pembangunan Daerah |
Zuber Usman merupakan orang yang pertama kali yang mengemukakan ide pembentukan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya dalam makalah yang dipaparkannya pada seminar "Pembangunan Daerah Sumatera Barat" di Padang pada tahun 1964. Makalah tersebut menuntut agar sarana pendidikan di Sumatera Barat dikembangkan agar provinsi tersebut dapat mengikuti perkembangan nasional, setelah beberapa tahun sebelumnya diasingkan karena menjadi tempat duduknya [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]]. Namun, Usman tidak membantu dalam urusan administratif sehingga fakultas itu didirikan pada tahun 1982.{{sfn|Andalas 2011, Sejarah Ringkas}} |
||
== Rujukan == |
== Rujukan == |
Revisi terkini sejak 30 September 2023 06.53
Zuber Usman | |
---|---|
Lahir | 12 Desember 1916 Padang, Sumatera Barat, Hindia Belanda |
Meninggal | 25 Juli 1976 Jakarta, Indonesia | (umur 59)
Pekerjaan | Penulis, guru |
Bahasa | Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Periode | 1940-an sampai 1973 |
Genre | Cerita pendek, sejarah |
Zuber Usman (12 Desember 1916 – 25 Juli 1976) adalah penulis cerita pendek dan perintis kritik sastra Indonesia. Lahir di Padang, ia dididik di sekolah-sekolah Islam sejak kecil sampai tahun 1937, kemudian menjadi guru bahasa. Berkecimpung dalam penulisan cerpen selama pendudukan Jepang di Indonesia dan perjuangan perang kemerdekaan, ia terus mengajar dan menulis tentang sastra sampai akhir hayatnya.
Biografi
[sunting | sunting sumber]Zuber Usman lahir di Padang, Sumatera Barat pada 12 Desember 1916. Ia mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Islam sejak kecil. Tamat dari Adabiyah School di Padang, ia belajar ke Sumatra Thawalib di Padang Panjang.[1] Pada tahun 1937, setelah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi Islamic College di Padang, ia pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dan menjadi guru bahasa Melayu di sebuah sekolah Muhammadiyah.[2] Ia terus mengajar di berbagai sekolah sampai ia meninggal.
Selama periode pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945) dan perjuangan perang kemerdekaan (1945–1949), ia menulis sejumlah cerita pendek yang umumnya berkaitan dengan tema ketekunan dan perjalanan menuju cinta sejati. Sebelas dari cerita pendek yang ia tulis kemudian disusun dalam antologi Sepanjang Jalan (dan beberapa cerita lain), yang diterbitkan pada tahun 1953 oleh Balai Pustaka; pada tahun 2005, buku itu telah mengalami cetakan ketiga.[3] Setelah itu, ia menerbitkan dua buku sejarah sastra Indonesia, yaitu Kesusastraan Lama Indonesia (1954) dan Kesusastraan Baru Indonesia (1957).[1] Kedua buku ini ditulis ringkas dan disusun berdasarkan urutan waktu.[4] Bekerja sama dengan H.B. Jassin, ia juga menerjemahkan beberapa karya Poerbatjaraka yang kemudian ditulis dalam Tjerita Pandji pada tahun 1958.[5] Pada tahun 1960, ia menerbitkan sebuah karya akademis mengenai bahasa dan sastra Indonesia berjudul Kedudukan Bahasa dan Sastra Indonesia.[2]
Zuber Usman lulus dari Universitas Indonesia pada tahun 1961 dengan meraih gelar sarjana sastra sebelum mendapatkan diploma pada tahun berikutnya.[1] Selama lima belas tahun sesudah itu, sampai ia meninggal di Jakarta pada tanggal 25 Juli 1976, ia menulis secara ekstensif dan telah menghasilkan beberapa buku di antaranya 20 Dongeng Anak-Anak (1971) dan Putri Bunga Karang (1973).[1]
Pandangan
[sunting | sunting sumber]Usman mengartikan sastra Melayu lama sebagai sastra yang ditulis sebelum munuclnya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Menurut ia, Abdullah lebih memperhatikan masalah yang dihadapi orang dalam kehidupan sehari-hari, berbeda dari cerita tradisional yang penuh "dewa-dewa, raksasa-raksasa atau dongeng jang muluk-muluk dengan puterinya jang tjantik djelita serta dengan istananja jang indah permai".[6] Ini bisa dibedakan dengan periodisasi yang lebih nasionalis, seperti yang dilakukan A. Teeuw, yang menekankan kesadaran "Indonesia".[6]
Mengenai kebijikan bahasa Balai Pustaka selama masa kolonial, Usman menulis bahwa bahasa Melayu yang diwajibkan lebih bebas daripada bahasa Melayu tulis tradisional. Meski demikian, ia mengaku bahwa terbitan-terbitan di luar Balai Pustaka lebih bebas dalam penggunaan bahasanya.[7]
Warisan
[sunting | sunting sumber]Guru besar sastra dan bahasa Indonesia di Universitas Sydney Keith Foulcher mencatat Zuber Usman sebagai perintis kritik sastra Indonesia.[8]
Zuber Usman merupakan orang yang pertama kali yang mengemukakan ide pembentukan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya dalam makalah yang dipaparkannya pada seminar "Pembangunan Daerah Sumatera Barat" di Padang pada tahun 1964. Makalah tersebut menuntut agar sarana pendidikan di Sumatera Barat dikembangkan agar provinsi tersebut dapat mengikuti perkembangan nasional, setelah beberapa tahun sebelumnya diasingkan karena menjadi tempat duduknya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia. Namun, Usman tidak membantu dalam urusan administratif sehingga fakultas itu didirikan pada tahun 1982.[9]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d JCG, Zuber Usman.
- ^ a b Usman 2005, back cover.
- ^ Usman 2005, hlm. 1–185.
- ^ Salleh 2010, hlm. 70.
- ^ Salleh 2010, hlm. 170.
- ^ a b Christomy 2008, hlm. 12.
- ^ Wahab Ali 2012, hlm. 78.
- ^ Foulcher 2002, hlm. 101.
- ^ Andalas 2011, Sejarah Ringkas.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Wahab Ali, A (2012). Kemunculan Novel dalam Sastera Modern Indonesia dan Malaysia: Satu Kajian Perbandingan (dalam bahasa Malaysia). Kuala Lumpur: Institut Terjemahan Buku Malaysia. ISBN 978-983-068-590-8.
- Christomy, Tommy (2008). Signs of the Wali: Narratives at the Sacred Sites in Pamijahan, West Java (dalam bahasa Inggris). Canberra: Australian National University. ISBN 978-1-921313-69-1.
- Foulcher, Keith (2002). "Dissolving into the Elsewhere: Mimicry and ambivalence in Marah Roesli's 'Sitti Noerbaja'". Dalam Foulcher, Keith; Day, Tony. Clearing a Space: Postcolonial Readings of Modern Indonesian Literature (dalam bahasa Inggris). Leiden: KITLV Press. hlm. 85–108. ISBN 978-90-6718-189-1. OCLC 51857766. Diakses tanggal 11 August 2011.
- Salleh, Siti Hawa (2010). Malay Literature of the 19th Century (dalam bahasa Inggris). Kuala Lumpur: Institut Terjemahan Negara Malaysia. ISBN 978-983-068-517-5.
- "Sejarah Ringkas". Universitas Andalas. 20 May 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-22. Diakses tanggal 22 December 2012.
- Usman, Zuber (2005). Sepanjang Jalan (dan beberapa cerita lain). Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 978-979-666-204-3.
- "Zuber Usman". Ensiklopedia Jakarta. Pemerintah Kota Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-22. Diakses tanggal 22 December 2012.