Lompat ke isi

Suku Mee: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdiel wee (bicara | kontrib)
Perbaikan kesalahan ketik
Tag: pengguna baru menambah pranala merah Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Abdiel wee (bicara | kontrib)
k Perbaikan kesalahan ketik
Tag: pengguna baru menambah pranala merah Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 43: Baris 43:


• *[[Pietrus Waine, (purn) Widyaiswara kepolisian utama tingkat I Sespim lemdiklat polri]]
• *[[Pietrus Waine, (purn) Widyaiswara kepolisian utama tingkat I Sespim lemdiklat polri]]

• *[[Thomas Tigi, mantan bupati Dogiyai]]
• *[[ Thomas Tigi, mantan bupati Dogiyai ]]


• *[[Yakobus Dumupa, bupati dogiyai]]
• *[[Yakobus Dumupa, bupati dogiyai]]

Revisi per 30 September 2023 12.26

Mee
Bunani Mee, Ekari
Wanita asli suku Mee mengenakan pakaian adat.
Jumlah populasi
172.000[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Papua Tengah
Bahasa
Mee
Indonesia
Melayu Papua (lingua franca)
Agama
Kristen, agama tradisional, Islam[1]
Kelompok etnik terkait
Moni, Napan (Auye), Wolani

Suku Mee, dikenal juga sebagai Bunani Mee atau Ekari, adalah sebuah Kelompok etnis yang mendiami kawasan pegunungan di Provinsi Papua Tengah, Indonesia. Suku ini mendiami wilayah pegunungan Kabupaten Nabire, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai, Paniai, dan pegunungan bagian barat Kabupaten Mimika yang termasuk kedalam wilayah adat Mee Pago.[2] Suku Mee mayoritas beragama Kristen, dan sebagian beragama Islam di pesisir Kabupaten Nabire.

Signifikansi epidemiologis

Pada tahun 1970-an, investigasi dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia yang prihatin dengan tingginya angka orang Mee yang dirawat di rumah sakit karena luka bakar. Studi tersebut mengungkapkan banyak orang Mee menderita sistiserkosis yang disebabkan oleh cacing pita babi, Taenia solium, yang sebelumnya tidak ditemukan di Pulau Papua. Akibatnya, banyak yang menderita kejang saat berada di dekat api, melukai diri mereka sendiri dalam prosesnya. Babi yang terinfeksi cacing pita kemungkinan terbawa dari daerah lain (seperti Pulau Bali dengan kuliner daging mentah Lawar) di Indonesia yang endemik cacing pita.[3] Diperparah pula dengan tradisi orang Mee mengkonsumsi daging babi dengan cepat (tanpa diketahui tetangga) sehingga masih belum matang seluruhnya.[4] Walaupun berdasarkan analisa genetika dari sampel Taenia solium dari Pulau Papua dan Pulau Bali, sampel cacing Papua lebih dekat dengan garis turunan cacing pita lain asal Asia dibanding dengan sampel cacing Bali dan wilayah lain di Indonesia, yang menandakan garis keturunan cacing pita paling tua berasal dari Papua dan tidak berasal dari introduksi modern dari populasi cacing pita asal Bali.[3]

Tokoh suku Mee

• *Ateng Edowai, Bupati Deiyai

• *Benny Giay, Pendeta, pembicara

• *Darius Nawipa, pendeta, politikus

• *Dance Takimai, mantan bupati Deiyai

• *Frans pekey, PJ Walikota Jayapura

• *Fred Ferdinando Mote, pesepakbola

• *Hengki kayame, mantan bupati Paniai

• *Isaias Douw, mantan bupati Nabire

• *Karel gobay, mantan bupati Nabire

• *Mesak Magai, Bupati Nabire

• *Meki Fritz Nawipa, bupati Paniai

• *Natalius Pigai, Aktivis

•*Neles Tebay, Pastor, Aktivis

• *Pietrus Waine, (purn) Widyaiswara kepolisian utama tingkat I Sespim lemdiklat polri

• *Thomas Tigi, mantan bupati Dogiyai

• *Yakobus Dumupa, bupati dogiyai

• *Yanuarius Teofilus Matopai You, Uskup Jayapura

• *Zakheus Pakage, pendeta, guru

Representasi di media

  • National Geographic menayangkan film Tribal Odyssey: The Chief Who Talks to God: The Mee, Papua pada tahun 2005 sebagai bagian dari seri Tribal Odyssey.[5]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Mee in Indonesia". Joshua Project. Diakses tanggal 2014-09-18. 
  2. ^ Carmel Budiardjo & Soei Liong Liem (1988). West Papua: The Obliteration Of A People. TAPOL. ISBN 0-9506-7515-6. 
  3. ^ a b Yanagida, Tetsuya; Swastika, Kadek; Dharmawan, Nyoman Sadra; Sako, Yasuhito; Wandra, Toni; Ito, Akira; Okamoto, Munehiro (2021). "Origin of the pork tapeworm Taenia solium in Bali and Papua, Indonesia". Parasitology International. Elsevier BV. 83: 102285. doi:10.1016/j.parint.2021.102285. ISSN 1383-5769. 
  4. ^ "How the West (Papua) Was Won." Cultural Survival. N.p., Dec. 1987. Web. 12 Apr. 2017.
  5. ^ "Tribal Odyssey". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-03. Diakses tanggal 2012-03-01.