Pertja Barat: Perbedaan antara revisi
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 56: | Baris 56: | ||
}} |
}} |
||
'''''Pertja Barat''''' terbit pertama di [[Padang]] pada 1890 |
'''''Pertja Barat''''' adalah surat kabar berbahasa Melayu yang terbit pertama kali di [[Padang]] pada 1890. Pendirinya adalah Lie Bian Goan, sementara percetakannya dilakukan di Winkeltmaatschappij (sebelumnya Paul Bauner & Co). Surat kabar ini dikomandoi oleh [[Dja Endar Moeda|Dja Endar]] sebagai pemimpin redaksi, H.A Gani mengurusi administrasi, dan Dja Endar Boengsoe menjadi ''redacteur'' sekaligus ''vranwoordelick''. Mereka berkantor di [[Kampung Pondok, Padang Barat, Padang|Pondok, Padang]].{{sfn|Rahzen|2007|p=17-19}} |
||
Meski terbit di Padang, ''Pertja Barat'' punya agen di beberapa negara, seperti "Agent boeat Nederland Algemeen Exp. B.J. Rubben & Co. Amsterdam-Boeat Frankrikl, Engeland, Belgia en kolonien: John F Jones & Co. Parijs, Rue Du Faubourg Montmartre 31 bis."{{sfn|Rahzen|2007|p=17-19}} |
Meski terbit di Padang, ''Pertja Barat'' punya agen di beberapa negara, seperti "Agent boeat Nederland Algemeen Exp. B.J. Rubben & Co. Amsterdam-Boeat Frankrikl, Engeland, Belgia en kolonien: John F Jones & Co. Parijs, Rue Du Faubourg Montmartre 31 bis."{{sfn|Rahzen|2007|p=17-19}} |
||
Surat kabar ini terbit tiap Selasa, Kamis, dan Sabtu, kecuali pada hari besar. ''Pertja Barat'' dijual dengan harga langgana satu tahun f8, enam bulan f4, tiga bulan f2, dan satu bulan f0,75.{{sfn|Rahzen|2007|p=17-19}} |
Surat kabar ini terbit tiap Selasa, Kamis, dan Sabtu, kecuali pada hari besar. ''Pertja Barat'' dijual dengan harga langgana satu tahun f8, enam bulan f4, tiga bulan f2, dan satu bulan f0,75.{{sfn|Rahzen|2007|p=17-19}} Surat kabar ini mengusung jargon "Organ dari Segala Bangsa". Surat kabar ini berhenti terbit pada 1911. |
||
Menurut buku ''Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007'', kekuatan surat kabar ini adalah kritik yang tersisip pada tiap-tiap artikel dan beritanya. Kritik ditulis dengan gaya satire dan sindiran, mulai dari kebijakan pemerintah, keadaan masyarakat, budaya, dan hal-hal yang jamak dalam hidup sehari-hari.{{sfn|Rahzen|2007|p=17-19}} |
Menurut buku ''Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007'', kekuatan surat kabar ini adalah kritik yang tersisip pada tiap-tiap artikel dan beritanya. Kritik ditulis dengan gaya satire dan sindiran, mulai dari kebijakan pemerintah, keadaan masyarakat, budaya, dan hal-hal yang jamak dalam hidup sehari-hari.{{sfn|Rahzen|2007|p=17-19}} |
Revisi per 27 Desember 2023 14.36
Organ dari Segala Bangsa | |
Tipe | Surat kabar harian |
---|---|
Pendiri | Lie Bian Goan |
Pemimpin redaksi | Dja Endar |
Didirikan | 1890 |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Berhenti publikasi | 1911 |
Pusat | Administratie Pondok, Padang |
Negara | Indonesia |
Kota | Padang |
Pertja Barat adalah surat kabar berbahasa Melayu yang terbit pertama kali di Padang pada 1890. Pendirinya adalah Lie Bian Goan, sementara percetakannya dilakukan di Winkeltmaatschappij (sebelumnya Paul Bauner & Co). Surat kabar ini dikomandoi oleh Dja Endar sebagai pemimpin redaksi, H.A Gani mengurusi administrasi, dan Dja Endar Boengsoe menjadi redacteur sekaligus vranwoordelick. Mereka berkantor di Pondok, Padang.[1]
Meski terbit di Padang, Pertja Barat punya agen di beberapa negara, seperti "Agent boeat Nederland Algemeen Exp. B.J. Rubben & Co. Amsterdam-Boeat Frankrikl, Engeland, Belgia en kolonien: John F Jones & Co. Parijs, Rue Du Faubourg Montmartre 31 bis."[1]
Surat kabar ini terbit tiap Selasa, Kamis, dan Sabtu, kecuali pada hari besar. Pertja Barat dijual dengan harga langgana satu tahun f8, enam bulan f4, tiga bulan f2, dan satu bulan f0,75.[1] Surat kabar ini mengusung jargon "Organ dari Segala Bangsa". Surat kabar ini berhenti terbit pada 1911.
Menurut buku Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007, kekuatan surat kabar ini adalah kritik yang tersisip pada tiap-tiap artikel dan beritanya. Kritik ditulis dengan gaya satire dan sindiran, mulai dari kebijakan pemerintah, keadaan masyarakat, budaya, dan hal-hal yang jamak dalam hidup sehari-hari.[1]
Pada edisi 27 Juni 1911, misalnya, surat kabar mengkritik nasib guru atau engku di Padang pada zaman itu yang gajinya kecil dan mengalami kesulitan ekonomi. Padahal, guru pada saat itu merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah. Pertja Barat mengkritik pemerintahan saat itu yang tidak memberi para guru fasilitas yang layak.[1]
Referensi
Daftar pustaka
- Rahzen, Taufik; et al. (2007). Seabad Pers Kebangsaan: Bahasa Bangsa, Tanahair Bangsa. Jakarta: I:Boekoe. ISBN 978-979-1436-02-1.