Lompat ke isi

Muhaimin Iskandar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[revisi terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 138: Baris 138:
Muhaimin Iskandar juga aktif di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) [[Yogyakarta]], sebuah Lembaga yang merupakan rujukan pemikiran Islam progresif saat itu bahkan sampai saat ini.
Muhaimin Iskandar juga aktif di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) [[Yogyakarta]], sebuah Lembaga yang merupakan rujukan pemikiran Islam progresif saat itu bahkan sampai saat ini.


=== Karier awal ===
== Karier awal ==
Sebelum terjun ke dunia politik, Muhaimin bekerja di beberapa organisasi termasuk antara dan selama kuliah. Setelah menyelesaikan studinya ia pindah ke [[Jakarta]] dan bekerja di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) sebagai sekretaris, Lembaga Pendapat Umum (yang didirikan oleh Gus Dur) sebagai kepala divisi penelitian, dan aktif dalam ForumDemokrasi yang merupakan masa yang mengkritik keras terhadap Presiden [[Soeharto]] saat itu. Ia kemudian bersama [[Eros Djarot]] mendirikan tabloid Detik, di mana ia menjabat sebagai kepala penelitian dan pengembangan hingga publikasinya dikecam. Dia juga sempat bekerja di Helen Keller International.<ref name="nephew"/><ref name="rmol">{{cite news |date=30 May 2012 |title=Muhaimin Iskandar: Meraih Jabatan Politik di Usia Muda |language=id |work=[[Rakyat Merdeka]] |url=http://www.rmbiografi.com/05/2012/muhaimin-iskandar-meraih-jabatan-politik-di-usia-muda/ |url-status=dead |accessdate=15 March 2018 |archiveurl=https://web.archive.org/web/20180317102334/http://www.rmbiografi.com/05/2012/muhaimin-iskandar-meraih-jabatan-politik-di-usia-muda/ |archivedate=17 March 2018}}</ref>
Sebelum terjun ke dunia politik, Muhaimin bekerja di beberapa organisasi termasuk antara dan selama kuliah. Setelah menyelesaikan studinya ia pindah ke [[Jakarta]] dan bekerja di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) sebagai sekretaris, Lembaga Pendapat Umum (yang didirikan oleh Gus Dur) sebagai kepala divisi penelitian, dan aktif dalam ForumDemokrasi yang merupakan masa yang mengkritik keras terhadap Presiden [[Soeharto]] saat itu. Ia kemudian bersama [[Eros Djarot]] mendirikan tabloid Detik, di mana ia menjabat sebagai kepala penelitian dan pengembangan hingga publikasinya dikecam. Dia juga sempat bekerja di Helen Keller International.<ref name="nephew"/><ref name="rmol">{{cite news |date=30 May 2012 |title=Muhaimin Iskandar: Meraih Jabatan Politik di Usia Muda |language=id |work=[[Rakyat Merdeka]] |url=http://www.rmbiografi.com/05/2012/muhaimin-iskandar-meraih-jabatan-politik-di-usia-muda/ |url-status=dead |accessdate=15 March 2018 |archiveurl=https://web.archive.org/web/20180317102334/http://www.rmbiografi.com/05/2012/muhaimin-iskandar-meraih-jabatan-politik-di-usia-muda/ |archivedate=17 March 2018}}</ref>



Revisi per 28 Januari 2024 01.29

Muhaimin Iskandar
Potret Cak Imin sebagai calon wakil presiden
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
(Bidang Kesejahteraan Rakyat)
Mulai menjabat
1 Oktober 2019
PresidenJoko Widodo
KetuaPuan Maharani
Sebelum
Pendahulu
Fahri Hamzah
Pengganti
Petahana
Sebelum
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Masa jabatan
26 Maret 2018 – 30 September 2019
Menjabat bersama
PresidenJoko Widodo
Ketua MPRZulkifli Hasan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia ke-25
Masa jabatan
22 Oktober 2009 – 1 Oktober 2014
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Sebelum
Pengganti
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
(Bidang Industri, Perdagangan, dan Pembangunan)
Masa jabatan
1 Oktober 2004 – 1 Oktober 2009
PresidenMegawati Soekarnoputri
Susilo Bambang Yudhoyono
KetuaAgung Laksono
Pengganti
Pramono Anung
(Bidang Industri dan Pembangunan)
Anis Matta
(Bidang Ekonomi dan Keuangan)
Masa jabatan
26 Oktober 1999 – 1 Oktober 2004
PresidenAbdurahman Wahid
Megawati Soekarnoputri
KetuaAkbar Tanjung
Sebelum
Pengganti
Petahana
Sebelum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Mulai menjabat
2 Oktober 2014
Daerah pemilihanJawa Timur VIII
Masa jabatan
1 Oktober 2004 – 22 Oktober 2009
Pengganti
Imam Nahrawi
Sebelum
Daerah pemilihanJawa Timur I
Masa jabatan
1 Oktober 1999 – 30 September 2004[1]
Daerah pemilihanSidoarjo
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa
Mulai menjabat
25 Mei 2005
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
Sebelum
Pendahulu
Alwi Shihab
Pengganti
Petahana
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir24 September 1966 (umur 57)
Jombang, Jawa Timur, Indonesia
Partai politikPKB
Suami/istri
Rustini Murtadho
(m. 1995)
Hubungan
Anak3
Alma materUniversitas Gadjah Mada
Universitas Indonesia
PekerjaanPolitikus
Tanda tangan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Dr. (H.C.) Drs. H. Abdul Muhaimin Iskandar, M.Si. (lahir 24 September 1966), atau lebih dikenal sebagai Cak Imin atau Gus Imin adalah seorang politikus Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sejak 2019, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sejak 2005. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada 1999 hingga 2009, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia pada 2009 hingga 2014, dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia pada 2018 hingga 2019. Ia mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2024, sebagai pasangan Anies Baswedan. Kiprahnya di parlemen dimulai ketika menyertai Pemilu 1999 yang membawanya menduduki kursi legislatif mewakili Sidoarjo, Jawa Timur.[2]

Lahir di Jombang, Jawa Timur, ia menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI). Ia memasuki dunia politik pada masa kejatuhan presiden Suharto pada akhir 1990-an. Ia terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1999, sebagai anggota Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia dekat dengan presiden dan pendiri PKB Abdurrahman Wahid, dan terpilih sebagai ketua PKB pada tahun 2005.

Setelah bekerja di beberapa organisasi, karier pemerintahannya dimulai ketika ia terpilih dan menjadi wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun 1999 hingga 2009. Ia kemudian juga menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi antara tahun 2009 hingga 2014, di bawah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia sudah empat kali terpilih menjadi anggota DPR, meski baru menjabat tiga periode penuh.

Kehidupan awal

Abdul Muhaimin Iskandar dilahirkan pada tanggal 24 September 1966 di kota Jombang, Jawa Timur. Ayahnya Muhammad Iskandar adalah seorang guru di Pesantren Mamba'ul Ma'arif.[3] Ibunya Muhasonah Iskandar kemudian menjadi pemimpin pesantren tersebut.[4] Sejak kecil, ia dekat dengan presiden kelak Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur. Menurut Muhaimin, ia mengenal Gus Dur sebagai guru dan pedagang kacang, dan Gus Dur pernah mengajarinya bermain sepak bola.[5]

Saat memperingati wafatnya Gus Dur pada tahun 2016, Muhaimin dalam editorial majalah Tempo bercerita tentang ayahnya yang menguburkan seorang Muslim abangan, menjadikannya sebagai contoh perilaku yang manusiawi. Muhaimin menambahkan, tulisan itu "membuat ayahnya terkenal".[6] Ia dan Gus Dur mempunyai hubungan kekerabatan jauh, Iskandar sering disebut sebagai keponakan Gus Dur.[7]

Pendidikan

Muhaimin menyelesaikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama sederajat di madrasah di kampung halamannya, Madrasah Ibtidaiyah Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang (1973–1979) dan Madrasah Tsanawiyah Negeri Denanyar Jombang (1979–1982). Ia melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Yogyakarta (sederajat SMA) yang lulus pada tahun 1985. Selama sekolah menengah ini, ia juga mengajar di pesantren tempat ayahnya menjadi guru.[7]

Mendaftar di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta pada tahun 1985, ia belajar di jurusan sosiatri (kini bernama departemen pembangunan sosial dan kesejahteraan) pada fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas tersebut. Skripsinya berjudul Perilaku Kapitalis Masyarakat Santri: Telaah Sosiologi tentang Etos Kerja Masyarakat Desa di Jawa Timur, dan ia lulus dengan gelar Sarjana pada tahun 1992.[3][8][9]

Muhaimin melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, mempelajari manajemen komunikasi mulai tahun 1998. Ia lulus pada tahun 2001 dengan gelar Magister Sains.[10][11] Tesisnya berjudul Manajemen Hubungan Masyarakat Partai Kebangkitan Bangsa dalam Pemilu 1999.[12]

Ia menerima gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Ilmu Politik, Universitas Airlangga (2017).[13]

Selama dan setelah masa studinya, ia menjadi bagian dari beberapa organisasi kemahasiswaan, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di mana ia menjabat sebagai ketua umum antara tahun 1994 dan 1997,[14] Ketua Korps Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial (1989) dan anggota badan perwakilan mahasiswa fakultasnya (1990), selain menjadi ketua pengurus cabang PMII Yogyakarta (1990–1991). Ia juga anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia, di mana ia menjabat sebagai wakil ketua cabang Yogyakarta.[3][15] Semasa kuliah, ia dikenalkan dengan tokoh-tokoh seperti Tjahjo Kumolo (saat itu Ketua Umum KNPI) dan Susilo Bambang Yudhoyono.[16]

Muhaimin Iskandar juga aktif di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Yogyakarta, sebuah Lembaga yang merupakan rujukan pemikiran Islam progresif saat itu bahkan sampai saat ini.

Karier awal

Sebelum terjun ke dunia politik, Muhaimin bekerja di beberapa organisasi termasuk antara dan selama kuliah. Setelah menyelesaikan studinya ia pindah ke Jakarta dan bekerja di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) sebagai sekretaris, Lembaga Pendapat Umum (yang didirikan oleh Gus Dur) sebagai kepala divisi penelitian, dan aktif dalam ForumDemokrasi yang merupakan masa yang mengkritik keras terhadap Presiden Soeharto saat itu. Ia kemudian bersama Eros Djarot mendirikan tabloid Detik, di mana ia menjabat sebagai kepala penelitian dan pengembangan hingga publikasinya dikecam. Dia juga sempat bekerja di Helen Keller International.[7][16]

Karier politik

Pemerintahan Orde Baru, di bawah Soeharto, menjadikan Nahdlatul Ulama sebagai bagian dari Partai Persatuan Pembangunan dan membatasi kehadiran Islam dalam politik sambil mempromosikan kehadiran budayanya. Oleh karena itu, pada tahun 1984 organisasi ini menarik diri dari politik praktis.[17] Menurut Muhaimin, ia pernah diinterogasi bersama seluruh kelas di Madrasah Tsanawiyah saat membahas kekayaan Soeharto.[16]

Saat krisis keuangan Asia, Muhaimin menjabat sebagai Ketua Umum PMII sejak tahun 1994. Nahdlatul Ulama menunjuknya sebagai bagian dari tim asistensi pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa.[15] Peran Muhaimin adalah menyiapkan anggaran dasar partai.[16][18] Ia juga diangkat sebagai sekretaris jenderal partai tersebut.[3] Setelah kejatuhan Soeharto, partai baru ini berpartisipasi dalam pemilihan umum 1999 dan memenangkan 12,6% suara nasional, memperoleh 51 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dan menjadi kelompok terbesar ketiga di belakang PDI-P dan Golkar.[19]

Anggota DPR RI

Beberapa minggu setelah terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ia menjadi wakil ketua DPR pada usia 33 tahun, salah satu yang termuda dalam sejarahnya. Jabatannya meliputi sektor industri, perdagangan dan pembangunan. Pada masa jabatan pertamanya, ia juga menjabat sebagai ketua Fraksi PKB.[3][15] Koalisi PKB di Majelis Permusyawaratan Rakyat kemudian mengantarkan Abdurrahman Wahid menjadi Presiden Indonesia ke-4 dalam pemungutan suara yang digambarkan The Economist sebagai "kejutan", mengalahkan Megawati Soekarnoputri 373 berbanding 313.[20]

Kemudian, setelah terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya pada pemilihan umum 2004, ia akan terus menjabat setelah terpilih kembali bersama politisi koalisi lainnya, dengan Agung Laksono sebagai ketuanya.[21] Ia menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa kompetensi badan tersebut dalam hal legislatif dan anggaran sangat lemah, karena kurangnya staf ahli.[22]

Muhaimin juga pernah menjabat Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sejak 26 Maret 2018 hingga 30 September 2019. Ia bersama Ahmad Basarah dan Ahmad Muzani didapuk jadi Wakil Ketua MPR berdasarkan revisi Undang-undang tentang MPR, DPR, DPRD, dan DPD (MD3).[23]

Di parlemen saat ini Muhaimin mengemban amanah sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bidang Kesejahteraan Rakyat untuk periode 2019-2024. Di pemerintahan, ia juga penah dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyo (SBY) menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi[24] periode 2009-2014.

Kariernya terus meroket, setelah terpilih menjadi Ketua Umum PKB di Muktamar PKB Tahun 2005 di Semarang. Muhaimin berhasil menyelamatkan PKB dari dinamika politik yang terjadi di PKB antara tahun 2005-2009. Muhaimin berhasil membawa PKB keluar dari lubang jarum Parliamentary Treshold (PT) pemilu 2009, di tengah banyak pengamat memprediksi PKB tdk akan lolos PT akibat konflik. Hanya dalam dua kali pemilu, 2014 dan 2019, Muhaimin berhasil bukan hanya mengembalikan suara PKB tapi juga membawa PKB melampaui perolehan suara dan kursi PKB pada saat pertama kali didirikan dan ikut Pemilu 1999. Saat Gus Dur masih menjadi tokoh sentral di PKB, kursi DPR RI PKB 2004 ada di 52 kursi dengan raihan suara 13 juta, sekarang di tangan Muhaimin, kursi PKB menjadi 58 kursi dengan suara 13,5 juta.

Karya

Beberapa buku yang pernah ditulisnya, antara lain; Melampaui Demokrasi; Merawat Bangsa dengan Visi Ulama (Klik.R, Yogyakarta, 2006); Momentum Untuk Bangkit, Percikan Pemikiran Ekonomi, Politik dan Kebangsaan (LKiS, 2009); Melanjutkan Pemikiran dan Perjuangan Gus Dur (LKiS, 2010); Intoleransi, Diskriminasi dan Politik Multikulturalisme (LKiS Yogyakarta),Visioning indonesia (LP3ES,2022) dan beberapa buku lainya.

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Anggota DPR-RI 1999-2004, diakses 26 Desember 2021.
  2. ^ "Compromise Cabinet 2.0". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 2009-10-22. Diakses tanggal 2023-09-14. 
  3. ^ a b c d e "Muhaimin Iskandar". VIVA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2018. Diakses tanggal 15 March 2018. 
  4. ^ Osdar, Joseph (20 September 2011). "Cak Imin Bersimpuh di Jombang". Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2018. Diakses tanggal 15 March 2018. 
  5. ^ Prabowo, Dani (23 December 2014). Permana, Fidel Ali, ed. "Muhaimin Dulu Mengenal Gus Dur sebagai Guru dan Penjual Kacang Goreng". Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2018. Diakses tanggal 15 March 2018. 
  6. ^ Huda, Larissa (27 December 2016). Wibowo, Kukuh, ed. "Cak Imin: Tulisan Gus Dur di Tempo Bikin Ayah Saya Terkenal". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2018. Diakses tanggal 15 March 2018. 
  7. ^ a b c "Muhaimin Iskandar, Keponakan Gus Dur yang Terjungkal". Detik. 27 March 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2018. Diakses tanggal 15 March 2018. 
  8. ^ https://kbr.id/kenalicaleg/caleg/popular_detail/id/4878.html
  9. ^ Iskandar, Abdul Muhaimin (2004). Gus Dur yang saya kenal: sebuah catatan tentang transisi demokrasi kita. LKiS Pelangi Aksara. hlm. 241. ISBN 9789793381541. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2018. Diakses tanggal 15 March 2018. 
  10. ^ Muhaimin Iskandar Diarsipkan 2006-11-21 di Archive.is, diakses pada 18 Oktober 2009
  11. ^ Muhaimin Iskandar Diarsipkan 2009-10-23 di Wayback Machine., diakses pada 18 Oktober 2009
  12. ^ https://lib.ui.ac.id/m/detail.jsp?id=71468&lokasi=lokal
  13. ^ https://fisip.unair.ac.id/unair-anugerahkan-gelar-doktor-honoris-causa-ke-5/
  14. ^ "Profil Muhaimin Iskandar, Panglima Santri Asal Jombang". mediaipnu.or.id. Diakses tanggal 2022-08-30. 
  15. ^ a b c "Profil Muhaimin Iskandar". Tirto. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2018. Diakses tanggal 15 March 2018. 
  16. ^ a b c d "Muhaimin Iskandar: Meraih Jabatan Politik di Usia Muda". Rakyat Merdeka. 30 May 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2018. Diakses tanggal 15 March 2018. 
  17. ^ McGregor, E. Katharine (June 2009). "Confronting the Past in Contemporary Indonesia". Critical Asian Studies. 41 (2): 195–224. doi:10.1080/14672710902809351alt=Dapat diakses gratis. 
  18. ^ "Sejarah Pendirian". DPP Partai Kebangkitan Bangsa. National Awakening Party. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 January 2018. Diakses tanggal 16 March 2018. 
  19. ^ Ananta, Aris; Arifin, Evi Nurvidya; Suryadinata, Leo (2005). Emerging Democracy in Indonesia (dalam bahasa Inggris). Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 9789812303226. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-17. 
  20. ^ "New leader, new Indonesia?". The Economist (dalam bahasa Inggris). 21 October 1999. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2018. Diakses tanggal 16 March 2018. 
  21. ^ "Agung Laksono Jadi Ketua DPR". Detik. 2 October 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2018. Diakses tanggal 16 March 2018. 
  22. ^ Ziegenhain, Patrick (2008). The Indonesian Parliament and Democratization (dalam bahasa Inggris). Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 198. ISBN 9789812304858. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-06. 
  23. ^ Ismail, Taufik (26 Maret 2018). Simanjuntak, Johnson, ed. "Sah, Ahmad Muzani, Ahmad Basarah, Muhaimin Iskandar jadi Wakil Ketua MPR". TribunNews. Diakses tanggal 26 Maret 2018. 
  24. ^ MENAKERTRANS RI

Pranala luar

Jabatan politik
Didahului oleh:
Fahri Hamzah
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
Bidang Kesejahteraan Rakyat

2019–sekarang
Petahana
Didahului oleh:
Erman Soeparno
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2009–2014
Diteruskan oleh:
Hanif Dhakiri
Didahului oleh:
Khofifah Indar Parawansa
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
Bidang Industri, Perdagangan dan Pembangunan

1999–2009
Diteruskan oleh:
Pramono Anung Wibowo
Bidang Industri & Pembangunan
Diteruskan oleh:
Anis Matta
Bidang Ekonomi & Keuangan
Jabatan partai politik
Didahului oleh:
Alwi Shihab
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa
2005–sekarang
Petahana