Bahasa di Kabupaten Bogor: Perbedaan antara revisi
Super Hylos (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Super Hylos (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 7: | Baris 7: | ||
Perjanjian antara [[Surawisesa]] (raja Sunda) dengan [[Portugis]] pada tahun 1512 yang mengizinkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di [[Sunda Kalapa]] mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Setelah kedatangan perusahaan kongsi dagang [[VOC]] yang menggantikan Portugis, kemudian Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, VOC yang memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota itu. Selain itu, VOC juga banyak mendatangkan budak-budak dari luar pulau Jawa. Para keturunan campuran tersebut kemudian berasimilasi dan berkembang menjadi sebuah etnis yang disebut [[Suku Betawi|Betawi]].<ref>{{Cite web |url=http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |title=Ensiklopedi Jakarta: Cornelis Chastelein |access-date=2011-09-03 |archive-date=2011-07-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110717052850/http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |dead-url=yes }}</ref> |
Perjanjian antara [[Surawisesa]] (raja Sunda) dengan [[Portugis]] pada tahun 1512 yang mengizinkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di [[Sunda Kalapa]] mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Setelah kedatangan perusahaan kongsi dagang [[VOC]] yang menggantikan Portugis, kemudian Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, VOC yang memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota itu. Selain itu, VOC juga banyak mendatangkan budak-budak dari luar pulau Jawa. Para keturunan campuran tersebut kemudian berasimilasi dan berkembang menjadi sebuah etnis yang disebut [[Suku Betawi|Betawi]].<ref>{{Cite web |url=http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |title=Ensiklopedi Jakarta: Cornelis Chastelein |access-date=2011-09-03 |archive-date=2011-07-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110717052850/http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |dead-url=yes }}</ref> |
||
Sekitar tahun 1960-an, penduduk beretnis Betawi yang berasal dari [[Jakarta]], khususnya yang mendiami kawasan [[Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Senayan]] bermigrasi ke daerah selatan dari Jakarta akibat dari pengalihfungsian lahan pemukiman penduduk untuk pembangunan [[Stadion Utama Senayan]] pada masa [[Orde Lama]]. Mereka umumnya memilih bermukim di daerah Kabupaten Bogor, termasuk halnya [[Kota Depok]] yang saat itu masih berstatus [[kecamatan]].<ref>{{Cite web|url=https://www.republika.co.id/berita/qnrhiv282/betawi-bedol-desa-digusur-dari-senayan-jadi-okb-di-tebet|title=Betawi Bedol Desa: Digusur dari Senayan, Jadi OKB di Tebet|website=www.republika.co.id|language=id|access-date=29 Januari 2023}}</ref> Urbanisasi besar-besaran pada saat itu mempengaruhi pergeseran budaya dan bahasa di daerah-daerah yang sebelumnya didominasi oleh Sunda menjadi Betawi.<ref>{{cite web|url=https://www.liputan6.com/news/read/3307099/kala-bahasa-betawi-menggeser-bahasa-sunda-di-perbatasan-jakarta|title=Kala Bahasa Betawi Menggeser Bahasa Sunda di Perbatasan Jakarta|website=www.liputan6.com|language=id|access-date=29 Januari 2023}}</ref> |
Sekitar tahun 1960-an, penduduk beretnis Betawi yang berasal dari [[Jakarta]], khususnya yang mendiami kawasan [[Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Senayan]] bermigrasi ke daerah selatan dari Jakarta akibat dari pengalihfungsian lahan pemukiman penduduk untuk pembangunan [[Stadion Utama Senayan]] pada masa [[Orde Lama]]. Mereka umumnya memilih bermukim di daerah Kabupaten Bogor, termasuk halnya [[Kota Depok]] yang saat itu masih berstatus [[kecamatan]] di bawah pemerintahan Kabupaten Bogor.<ref>{{Cite web|url=https://www.republika.co.id/berita/qnrhiv282/betawi-bedol-desa-digusur-dari-senayan-jadi-okb-di-tebet|title=Betawi Bedol Desa: Digusur dari Senayan, Jadi OKB di Tebet|website=www.republika.co.id|language=id|access-date=29 Januari 2023}}</ref> Urbanisasi besar-besaran pada saat itu mempengaruhi pergeseran budaya dan bahasa di daerah-daerah yang sebelumnya didominasi oleh Sunda menjadi Betawi.<ref>{{cite web|url=https://www.liputan6.com/news/read/3307099/kala-bahasa-betawi-menggeser-bahasa-sunda-di-perbatasan-jakarta|title=Kala Bahasa Betawi Menggeser Bahasa Sunda di Perbatasan Jakarta|website=www.liputan6.com|language=id|access-date=29 Januari 2023}}</ref> |
||
==Penggunaan bahasa== |
==Penggunaan bahasa== |
Revisi per 21 Februari 2024 21.25
Di Kabupaten Bogor terdapat dua bahasa daerah yang secara dominan digunakan oleh penduduknya di samping bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, yakni bahasa Sunda dan Betawi. Wilayah penggunaan bahasa Sunda[a] meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten Bogor, sedangkan bahasa Betawi hanya dituturkan di bagian tengah dan utara Kabupaten Bogor.[2][3] Saat ini, di Kabupaten Bogor sangat rentan akan pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa Sunda ke bahasa Indonesia dan Betawi ini umumnya terjadi di kawasan-kawasan Kabupaten Bogor yang berdekatan dengan Kota Jakarta dan kota satelitnya, seperti Depok dan Bekasi. Beberapa faktornya adalah banyaknya pendatang dari daerah lain yang datang ke Kabupaten Bogor dan keengganan generasi muda untuk menggunakan bahasa ibu mereka.[4]
Sejarah
Sejak masa berkuasanya Kerajaan Sunda yang berpusat di Pakwan Pajajaran (Kota Bogor saat ini), bahasa Sunda telah digunakan oleh penduduk Kerajaan Sunda saat itu dalam bentuk yang disebut bahasa Sunda Kuno. Dari bahasa Sunda Kuno tersebut kemudian berkembang menjadi bahasa Sunda Klasik yang digunakan pada abad ke-17 hingga abad ke-19, tepatnya masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Atas dasar bukti ini, bisa disimpulkan bahwa penduduk asli Bogor merupakan orang Sunda yang telah turun-temurun mendiami wilayah Kabupaten Bogor saat ini, bahkan tersebar hampir di seluruh pulau Jawa bagian barat.
Perjanjian antara Surawisesa (raja Sunda) dengan Portugis pada tahun 1512 yang mengizinkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Setelah kedatangan perusahaan kongsi dagang VOC yang menggantikan Portugis, kemudian Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, VOC yang memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota itu. Selain itu, VOC juga banyak mendatangkan budak-budak dari luar pulau Jawa. Para keturunan campuran tersebut kemudian berasimilasi dan berkembang menjadi sebuah etnis yang disebut Betawi.[5]
Sekitar tahun 1960-an, penduduk beretnis Betawi yang berasal dari Jakarta, khususnya yang mendiami kawasan Senayan bermigrasi ke daerah selatan dari Jakarta akibat dari pengalihfungsian lahan pemukiman penduduk untuk pembangunan Stadion Utama Senayan pada masa Orde Lama. Mereka umumnya memilih bermukim di daerah Kabupaten Bogor, termasuk halnya Kota Depok yang saat itu masih berstatus kecamatan di bawah pemerintahan Kabupaten Bogor.[6] Urbanisasi besar-besaran pada saat itu mempengaruhi pergeseran budaya dan bahasa di daerah-daerah yang sebelumnya didominasi oleh Sunda menjadi Betawi.[7]
Penggunaan bahasa
Berikut ini tabel penggunaan bahasa daerah yang digunakan secara dominan per-desa/kelurahan di Kabupaten Bogor.[1]
Legenda:
Bahasa Sunda
Bahasa Betawi
Penutur dua bahasa
Kecamatan | Desa/kelurahan | Bahasa daerah |
---|---|---|
Babakan Madang |
| |
Bojonggede |
| |
Caringin |
| |
Cariu |
| |
Ciampea |
| |
Ciawi |
| |
Cibinong |
| |
Cibungbulang |
| |
Cigombong |
| |
Cigudeg |
| |
Cijeruk |
| |
Cileungsi |
| |
Ciomas |
| |
Cisarua |
| |
Ciseeng |
| |
Citeureup |
| |
Dramaga |
| |
Gunung Putri |
| |
Gunungsindur |
| |
Jasinga |
| |
Jonggol |
| |
Kemang |
| |
Klapanunggal |
| |
Leuwiliang |
| |
Leuwisadeng |
| |
Megamendung |
| |
Nanggung |
| |
Pamijahan |
| |
Parung |
| |
Parung Panjang |
| |
Rancabungur |
| |
Rumpin |
| |
Sukajaya |
| |
Sukamakmur |
| |
Sukaraja |
| |
Tajurhalang |
| |
Tamansari |
| |
Tanjungsari |
| |
Tenjo |
| |
Tenjolaya |
|
Lihat juga
- Bahasa Sunda
- Bahasa Sunda Bogor
- Bahasa Sunda di Kota Depok
- Bahasa Betawi
- Kabupaten Bogor
- Bahasa di Jawa Barat
Catatan
Referensi
- ^ a b Sutawijaya, Alam; Samsuri, Elin; Jupena Wahyu, Ucu (1985). Struktur Bahasa Sunda Dialek Bogor. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. OCLC 565980720.
- ^ Gumilar, Gugum Rachmat (2016-05-09). "Budaya Berbeda di Seberang Jalan". Pikiran-Rakyat.com. Diakses tanggal 29 Maret 2022.
- ^ Wahya (2005). "Inovasi dan Difusi-Geografis Leksikal Bahasa Melayu dan Bahasa Sunda di Perbatasan Bogor-Bekasi: Kajian Geolinguistik". Universitas Padjadjaran.
- ^ Apriansyah, Iwan (4 Desember 2010). "Bahasa Sunda Nyaris Punah di Bogor". Tribun News. Diakses tanggal 21 Februari 2024.
- ^ "Ensiklopedi Jakarta: Cornelis Chastelein". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-17. Diakses tanggal 2011-09-03.
- ^ "Betawi Bedol Desa: Digusur dari Senayan, Jadi OKB di Tebet". www.republika.co.id. Diakses tanggal 29 Januari 2023.
- ^ "Kala Bahasa Betawi Menggeser Bahasa Sunda di Perbatasan Jakarta". www.liputan6.com. Diakses tanggal 29 Januari 2023.