Lompat ke isi

Kejawen: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tambahan kecil
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Spasi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 10: Baris 10:
Kata “Kejawen” berasal dari kata "Jawa", yang artinya dalam [[bahasa Indonesia]] adalah "segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa (Kejawaan)".
Kata “Kejawen” berasal dari kata "Jawa", yang artinya dalam [[bahasa Indonesia]] adalah "segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa (Kejawaan)".


Sejatinya Kejawen adalah titik temu Islam dan budaya Jawa, akulturasi, dan proses perpaduan antara tasawuf Islam dengan ajaran Jawa yang diprakarsai oleh Wali Sanga. Oleh karena itu, Kêjawen dapat disebut sebagai  ajaran untuk menarik pemeluk agama lama kepada ajaran Islam dengan cara yang halus. Ajaran spiritual asli Jawa tidak memiliki nama. Orang Jawa tidak memiliki agama resmi sebelum masuknya agama-agama mancanegara, sebagaimana seperti Hindu, Buddha, Islam, Kristen. .

Sejatinya Kejawen adalah titik temu Islam dan budaya Jawa, akulturasi, dan proses perpaduan antara tasawuf Islam dengan ajaran Jawa yang diprakarsai oleh Wali Sanga. Oleh karena itu, Kêjawen dapat disebut sebagai  ajaran untuk menarik pemeluk agama lama kepada ajaran Islam dengan cara yang halus. Ajaran spiritual asli Jawa tidak memiliki nama. Orang Jawa tidak memiliki agama resmi sebelum masuknya agama-agama mancanegara, sebagaimana seperti Hindu, Buddha, Islam, Kristen. .

== Kitab dan Teks Utama ==
== Kitab dan Teks Utama ==
Kejawen tidak memiliki Kitab Suci, tetapi [[orang Jawa]] memiliki bahasa [[Sandi (disambiguasi)|sandi]] yang dilambangkan dan disiratkan dalam semua sendi kehidupannya dan mempercayai ajaran-ajaran Kejawen tertuang di dalamnya tanpa mengalami perubahan sedikitpun karena memiliki ''pakem'' (aturan yang dijaga ketat), kesemuanya merupakan ajaran yang tersirat untuk membentuk laku utama yaitu Tata Krama (Aturan Hidup Yang Luhur) untuk membentuk orang Jawa yang ''hanjawani'' (memiliki akhlak terpuji), hal-hal tersebut terutama banyak tertuang dalam jenis karya tulis sebagai berikut:
Kejawen tidak memiliki Kitab Suci, tetapi [[orang Jawa]] memiliki bahasa [[Sandi (disambiguasi)|sandi]] yang dilambangkan dan disiratkan dalam semua sendi kehidupannya dan mempercayai ajaran-ajaran Kejawen tertuang di dalamnya tanpa mengalami perubahan sedikitpun karena memiliki ''pakem'' (aturan yang dijaga ketat), kesemuanya merupakan ajaran yang tersirat untuk membentuk laku utama yaitu Tata Krama (Aturan Hidup Yang Luhur) untuk membentuk orang Jawa yang ''hanjawani'' (memiliki akhlak terpuji), hal-hal tersebut terutama banyak tertuang dalam jenis karya tulis sebagai berikut:

Revisi per 11 April 2024 02.00

Simbol religius Hyang dalam Aksara Jawa dengan menggunakan cakrabindu artinya simbol yang disucikan.

Kejawen (Jawa: Kajawèn; Carakan: ꦏꦗꦮꦺꦤ꧀; Pegon: كَجَوٓينْ) adalah aliran spiritualisme hasil dari akulturasi agama Islam dengan pandangan hidup yang dianut di sebagian Pulau Jawa oleh suku Jawa. Kejawen merupakan kumpulan pandangan hidup dan filsafat yang telah menyesuaikan dengan masuknya tasawuf Islam dalam kehidupan orang Jawa. Kejawen bukanlah agama akan tetapi cara dan pandangan spiritual yang dijalani para penganut Islam di Jawa yang dirumuskan dan dipraktikkan dengan Bahasa Jawa.

Etimologi

Seorang petapa Jawa sedang bersemadi di bawah pohon beringin pada era Hindia Belanda 1916.

Kata “Kejawen” berasal dari kata "Jawa", yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah "segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa (Kejawaan)".

Sejatinya Kejawen adalah titik temu Islam dan budaya Jawa, akulturasi, dan proses perpaduan antara tasawuf Islam dengan ajaran Jawa yang diprakarsai oleh Wali Sanga. Oleh karena itu, Kêjawen dapat disebut sebagai  ajaran untuk menarik pemeluk agama lama kepada ajaran Islam dengan cara yang halus. Ajaran spiritual asli Jawa tidak memiliki nama. Orang Jawa tidak memiliki agama resmi sebelum masuknya agama-agama mancanegara, sebagaimana seperti Hindu, Buddha, Islam, Kristen. .

Kitab dan Teks Utama

Kejawen tidak memiliki Kitab Suci, tetapi orang Jawa memiliki bahasa sandi yang dilambangkan dan disiratkan dalam semua sendi kehidupannya dan mempercayai ajaran-ajaran Kejawen tertuang di dalamnya tanpa mengalami perubahan sedikitpun karena memiliki pakem (aturan yang dijaga ketat), kesemuanya merupakan ajaran yang tersirat untuk membentuk laku utama yaitu Tata Krama (Aturan Hidup Yang Luhur) untuk membentuk orang Jawa yang hanjawani (memiliki akhlak terpuji), hal-hal tersebut terutama banyak tertuang dalam jenis karya tulis sebagai berikut:

  • Kakawin (Sastra Kawi) – Kitab sastra metrum kuno (lama) berisi wejangan (nasihat) berupa ajaran yang tersirat dalam kisah perjalanan yang berjumlah 5 kitab, ditulis menggunakan aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno
  • Macapat (Sastra Carakan) – Kitab sastra metrum anyar (baru) berisi wejangan (nasihat) berupa ajaran yang tersirat dalam kisah perjalanan yang terdiri lebih dari 82 kitab, ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa beberapa ditulis menggunakan huruf Pegon
  • Babad (Sejarah) – Kitab yang menceritakan sejarah nusantara berjumlah lebih dari 15 kitab, ditulis menggunakan aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno serta aksara Jawa dan bahasa Jawa
  • Suluk (Jalan Spiritual) – Kitab tata cara menempuh jalan supranatural untuk membentuk pribadi hanjawani yang luhur dan dipercaya siapa saja yang mengalami kesempurnaan akan memperoleh kekuatan supranatural yang berjumlah lebih dari 35 kitab, ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa beberapa ditulis menggunakan huruf Pegon. Suluk juga merupakan jenis sastra yang ditembangkan.
  • Kidung (Doa-doa) – Sekumpulan doa-doa atau mantra-mantra yang dibaca dengan nada khas, sama seperti halnya doa lain ditujukan kepada tuhan bagi pemeluknya masing-masing yang berjumlah 7 kitab, ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa
  • Piwulang (Pengajaran) – Secara bahasa berarti "yang diulang-ulang" berupa kitab yang mengajarkan tatanan terdiri dari Pituduh (Perintah) dan Wewaler (Larangan) untuk membentuk pribadi yang hanjawani, ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa
  • Primbon (Himpunan) – Secara bahasa berarti "induk", "kumpulan", atau "rangkuman" berupa kitab praktik praktis dalam pelaksanaan tatanan adat sepanjang waktu, juga biasanya dilengkapi cara untuk membaca gelagat alam semesta untuk memprediksi kejadian. ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa

Naskah-naskah di atas mencakup seluruh sendi kehidupan orang Jawa dari kelahiran sampai kematian, dari resep makanan kuno sampai asmaragama (kamasutra), dan ada ribuan naskah lainya yang menyiratkan kitab-kitab utama di atas dalam bentuk karya tulis, biasanya dalam bentuk ajaran nasihat, falsafah, kaweruh (pengetahuan), dan sebagainya.

Beberapa Aliran Kejawen

Terdapat ratusan aliran kejawen dengan penekanan ajaran yang berbeda-beda.

Akan tetapi aliran-aliran ini biasanya mengadopsi sifat monotheisme ajaran Islam dan ada hal-hal yang disarikan dari ajaran Islam serta menggunakan istilah berasal dari bahasa Arab.

Namun biasanya ajaran yang banyak anggotanya lebih menekankan pada cara mencapai keseimbangan hidup dan tidak melarang anggotanya mempraktikkan ajaran agama lain. Kejawen memiliki beberapa cabang aliran, diantaranya:

Kepustakaan

Pranala luar