Lompat ke isi

Rabeprazol: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
+ 5 Kategori; ± 2 Kategori menggunakan HotCat
 
Baris 154: Baris 154:
[[Kategori:Benzimidazola]]
[[Kategori:Benzimidazola]]
[[Kategori:Piridina]]
[[Kategori:Piridina]]
[[Kategori:Janssen Pharamceutica]]
[[Kategori:Janssen Pharmaceutica]]
[[Kategori:Obat yang dikembangkan oleh Johnson & Johnson]]
[[Kategori:Obat yang dikembangkan oleh Johnson & Johnson]]
[[Kategori:Sulfoksida]]
[[Kategori:Sulfoksida]]

Revisi terkini sejak 31 Mei 2024 17.38

Nama sistematis (IUPAC)
(RS)-2-([4-(3-Metoksipropoksi)-3-metilpiridin-2-yl]metilsulfinil)-1H-benzo[d]imidazol
Data klinis
Nama dagang Pariet
AHFS/Drugs.com
MedlinePlus a699060
Data lisensi US Daily Med:pranala
Kat. kehamilan B1(AU) ?(US)
Status hukum ?
Rute Obat oral
Data farmakokinetik
Bioavailabilitas 52%
Ikatan protein 96.3%[1]
Metabolisme CYP2C19 dan CYP3A4 di hati
Waktu paruh 1 jam
Ekskresi 90% melalui ginjal sebagai metabolit[2][3]
Pengenal
Nomor CAS 117976-89-3 YaY
Kode ATC A02BC04 A02BC54 A02BD12 A02BD13
PubChem CID 5029
Ligan IUPHAR 7290
DrugBank DB01129
ChemSpider 4853 YaY
UNII 32828355LL
KEGG D08463 YaY
ChEBI CHEBI:8768 YaY
ChEMBL CHEMBL1219 YaY
Data kimia
Rumus C18H21N3O3S 
  • InChI=1S/C18H21N3O3S/c1-13-16(19-9-8-17(13)24-11-5-10-23-2)12-25(22)18-20-14-6-3-4-7-15(14)21-18/h3-4,6-9H,5,10-12H2,1-2H3,(H,20,21) YaY
    Key:YREYEVIYCVEVJK-UHFFFAOYSA-N YaY

Rabeprazol (merek dagang Pariet) merupakan obat golongan PPI (proton pump inhibitor) yang menurunkan produksi asam lambung. Rabeprazol digunakan untuk mengatasi produksi asam lambung yang berlebih seperti pada sindrom Zollinger-Ellison dan untuk ulkus duodenum atau erosi esofagitis (kerusakan esofagus karena asam lambung).[4][5][6][7][8]

Rabeprazol dapat menimbulkan efek samping nyeri kepala, nyeri tenggorokan, mulut kering, mual, diare, dan nyeri abdomen. Obat ini dapat menimbulkan kondisi yang serius yaitu penurunan kadar magnesium dalam darah, gangguan fungsi hati, osteoporosis, diare akibat Clostridium difficile, dan defisiensi vitamin B-12, tetapi hal ini jarang terjadi. Reaksi alergi terhadap obat ini juga sangat jarang.[4][5][6][9][10]

Sifat fisik dan kimia

[sunting | sunting sumber]
Gambaran 3D rabeprazol.

Rabeprazol dengan struktur kimia C18H21N3O3S memiliki berat molekul 359,4 gram/mol dengan nama kimia 2-([4-(3-metoksipropoksi)-3-metilpiridin-2-yl]metilsulfinil)-1H-benzimidazol. Rabeprazol berbentuk kristal putih dari eter (CH2Cl2) dengan titik cair 99-100 °C, perkiraan tekanan uap 2,2x10-15 mmHg pada suhu 25 °C. Koefisien penyekat air/oktanolnya 0,6. Rabeprazol sangat larut dalam air dan metanol, dapat larut dalam alkohol, kloroform, dan etil asetat, serta tidak larut dalam eter dan n-heksana.[11][12]

Penggunaan

[sunting | sunting sumber]

Rabeprazol digunakan untuk pengobatan jangka pendek (4 sampai 8 minggu) penyakit refluks gastroesofagus (gastroesophageal reflux disease atau GERD). Pemberian obat ini bertujuan untuk mengatasi ulkus atau erosi, mengurangi gejala yang timbul pada GERD, serta mencegah kekambuhan penyakit ini. Rabeprazol juga digunakan untuk pengobatan esofagitis erosif dan ulkus duodenum. Khusus untuk ulkus duodenum, target pengobatan ada dua yaitu untuk penyembuhan ulkusnya dan eradikasi Helicobacter pylori untuk mengurangi risiko terjadinya ulkus. Untuk tujuan eradikasi Helicobacter pylori ini, rabeprazol diberikan bersama dengan amoksisilin dan klaritromisin sebagai tiga resimen obat. Rabeprazol juga digunakan untuk mengatasi hipersekresi asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellison.[5][13][14][15]

Farmakodinamika

[sunting | sunting sumber]

Aktivitas antisekresi rabeprazol tergantung kepada derajat dan durasi penekanan asam lambung dalam periode waktu 24 jam, serta lamanya pengobatan. Rata-rata efek antisekresi rabeprazol dimulai 1 jam setelah obat ini dikonsumsi. Rabeprazole 20 mg akan menghambat sekresi asam lambung basal sebesar 86% dan sekresi pepton 95% yang timbul karena stimulasi oleh makanan. Ini juga akan meningkatkan persentase pH lambung di atas angka 3 selama 24 jam, dari 10% menjadi 65%. Dengan pemberian rabeprazol 20 mg sekali sehari selama delapan hari berturut-turut, persentase pH lambung lebih dari 4, akan mengalami peningkatan.[5][9][14][15][16]

Pemberian rabeprazol juga akan menurunkan paparan asam lambung terhadap esofagus. Hal ini akan dicapai bila pH lambung lebih dari 4 setidaknya 35% dari 24 jam (setidaknya 8,4 jam pH lambung > 4). Pengaruh rabeprazol terhadap kadar gastrin dalam darah mencapai dua kali lipat dari nilai normal, dengan pemberian rabeprazol sekali sehari selama 4 minggu.[5][14][15][16]

Mekanisme kerja

[sunting | sunting sumber]

Rabeprazol tidak bekerja dengan mekanisme seperti antagonis reseptor-H2 histamin atau antikolinergik tetapi dengan cara menekan sekresi asam lambung. Penekanan sekresi asam lambung ini dilakukan dengan cara menghambat ATPase K+ dan H+ yang ada pada permukaan mukosa lambung yang menghasilkan sel parietal. Enzim ATPase ini merupakan pompa proton di dalam sel parietal, sehingga rabeprazol dianggap sebagai inhibitor pompa proton lambung dan menghambat proses akhir dari sekresi asam lambung yaitu pada proses transpor ion hidrogen ke dalam lumen lambung. Rabeprazol diprotonasi pada pH rendah sehingga tidak lagi bersifat lipofilik, kemudian berakumulasi, dan berubah menjadi sulfonamida aktif. Saat masuk ke dalam sel parietal, rabeprazol akan berakumulasi di dalam kanalikuli penghasil asam yang diaktivasi oleh proses katalisasi proton sehingga akan menghasilkan sulfonamida tiofilik atau asam sulfonat. Rabeprazol dalam bentuk aktif kemudian akan membentuk ikatan kovalen dengan asam amino sisteina ekstraseluler dari pompa proton (ATPase K+ dan H+) yang akan menghambat transpor ion hidrogen.[11][13][14][17][18]

Interaksi dengan obat lain

[sunting | sunting sumber]

Kombinasi rabeprazol, klaritromisin, dan amoksisilin digunakan sebagai resimen obat untuk eradikasi bakteri Helicobacter pylori. Pemberian rabeprazol bersamaan dengan antasida tidak mempengaruhi konsentrasi rabeprazol di dalam darah. Begitu juga dengan pemberiannya dengan obat-obat lain yang dimetabolisme oleh sistem sitokrom P450 seperti teofilin (sitokrom P450 1A2 atau CYP1A2), diazepam (sitokrom P450 2C9 atau CYP2C9 dan sitokrom P450 3A4 atau CYP3A4), dan fenitoin (sitokrom P450 2C9 atau CYP2C9 dan sitokrom P450 2C19 atau CYP2C19).[5][7][14][16][19]

Pemberian rabeprazol bersamaan dengan klopidogrel[20] akan menurunkan metabolit aktif klopidogrel sekitar 12% (klopidogrel dimetabolisme menjadi metabolit aktif oleh CYP2C19), dengan ketokonazol juga akan menurunkan konsentrasi maksimum ketokonazol sebesar 31%, dan dengan digoksin akan meningkatkan konsentrasi maksimalnya sekitar 29%. Rabeprazol, seperti juga omeprazol, menghambat metabolisme siklosporina, sehingga menyebabkan peningkatan kadarnya hingga 50 kali lebih tinggi dibandingkan pada orang sehat.[5][6][14][16][19]

Penggunaan rabeprazol bersamaan dengan obat antiretrovirus memberikan reaksi yang berbeda-beda. Pemberiannya bersama dengan saquinavir[21] akan meningkatkan toksisitasnya. Namun pemberiannya dengan antiretroviral yang lain (rilpivirin,[22] atazanavir,[23] dan nelfinavir[23]) akan menurunkan efek antivirus ketiga obat tersebut dan menyebabkan resistensi. Rabeprazol yang dikonsumsi dengan warfarin akan meningkatkan waktu protrombin yang akan menyebabkan gangguan pembekuan darah. Metotreksat[24] yang dikombinasikan dengan rabeprazol akan menyebabkan perpanjangan kadar metotreksat dan atau metabolitnya, hidroksimetotreksat, di dalam darah. Obat-obat yang penyerapannya tergantung kepada pH lambung seperti erlotinib,[25] dasatinib,[26] neratinib,[27] pazopanib,[26] peksidartinib,[28] akalabrutinib,[29] dakomitinib,[30] nilotinib,[31] mikofenolat mofetil,[32] dan itrakonazol[33] akan menurun absorbsinya. Rabeprazol juga dapat menyebabkan hasil positif palsu untuk diagnosis tumor neuroendokrin dengan cara meningkatkan kadar serum CgA (kromogranin A).[5][6][14][16]

Farmakokinetika

[sunting | sunting sumber]

Bioavailabilitas dari obat ini adalah 52%, mencapai kadar puncaknya dalam plasma dalam 2 hingga 5 jam, serta sekitar 96,3% berikatan dengan protein plasma. Absorbsi rabeprazol akan sedikit melambat bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang mengandung lemak. Sebagian besar rabeprazol dimetabolisme melalui reduksi nonenzimatik sistemik menjadi komponen tioeter. Selain itu, rabeprazol juga dimetabolisme menjadi komponen sulfon dan desmetil oleh sitokrom P450 di hati. Sitokrom P450 3A (CYP3A) berperan dalam metabolisme yang menghasilkan metabolit sulfon, sedangkan sitokrom P450 2C19 (CYP2C19) yang menghasilkan metabolit desmetil. Pada orang-orang dengan kelainan genetik defisiensi CYP2C19 (3-5% ras kaukasia dan 17-20% ras asia), metabolisme rabeprazol akan lebih lambat. Pada penderita gangguan fungsi hati waktu paruh eliminasi untuk obat ini meningkat 2 hingga 3 kali lipat dibandingkan orang yang sehat.[13][14][18][34]

Sekitar 90% rabeprazol diekskresikan melalui urine terutama dalam bentuk asam karboksilat tioeter (bentuk asam glukoronatnya) dan metabolit asam merkapturik. Sisanya ditemukan di dalam feses. Dengan fungsi ginjal yang normal, obat ini akan dieliminasi dari tubuh rata-rata dalam 1 hingga 2 jam. Untuk penderita gagal ginjal yang rutin melakukan cuci darah (kreatinin klirens ≤ 5 ml/menit/1,73m2), tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara klinis.[13][14][18][34]

Efek samping

[sunting | sunting sumber]

Rabeprazol dapat menimbulkan efek samping nyeri kepala, nyeri tenggorokan, mulut kering, mual hingga muntah, diare, nyeri abdomen, hematuria (darah di dalam urine), demam, nyeri sendi, dan konstipasi. Kondisi serius yang dapat diakibatkan oleh rabeprazol yaitu penurunan kadar magnesium dalam darah atau hipomagnesemia. Kondisi ini ada yang tanpa gejala meskipun dari pemeriksaan darah sudah menunjukkan penurunan kadar magnesium dalam darah, dan timbul setelah mengkonsumsi obat ini setidaknya selama 3 bulan. Gejala hipomagnesemia yang timbul berupa pusing, tremor, kram otot, spasme otot tangan dan kaki, tetani, aritmia, dan kejang. Gangguan fungsi hati dari ringan hingga sedang dapat terjadi pada individu yang mengkonsumsi rabeprazol tanpa ada batas minimal dosis yang menyebabkan kondisi ini. Osteoporosis yang menyebabkan patah tulang panggul, pergelangan tangan, dan tulang belakang juga dapat dialami oleh mereka yang mengkonsumsi rabeprazol dosis tinggi dalam jangka panjang selama setahun atau lebih. Rabeprazol juga menyebabkan diare akibat Clostridium difficile, yang dipicu oleh resimen 3 obat untuk mengatasi Helicobacter pylori, yang mengandung antibiotik. Clostridium difficile adalah flora normal di dalam usus. Penggunaan antibiotik akan menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari flora ini. Clostridium difficile menghasilkan enterotoksin (toksin Clostridium difficile A) dan sitotoksin (toksin Clostridium difficile B). Defisiensi vitamin B-12 yang didapatkan pada individu yang menerima pengobatan rabeprazol selama lebih dari 3 tahun, adalah hal yang jarang terjadi. Reaksi alergi terhadap obat ini juga sangat jarang. Golongan PPI (penghambat pompa proton) termasuk rabeprazol dapat menyebabkan lupus eritematosus kutaneus (LEK) dan lupus eritematosus sistemik (LES) serta eksaserbasi atau perburukan kondisi dari penyakit autoimun yang sudah ada. Penyakit autoimun ini dapat timbul dengan pemberian rabeprazol yang kontinu selama beberapa minggu hingga beberapa tahun. Gejala yang timbul adalah ruam atau bercak kemerahan pada kulit, atralgia, dan sitopenia.[5][6][9][35][36][37][38][39][40]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Langtry, HD; Markham, A (October 1999). "Rabeprazole: a review of its use in acid-related gastrointestinal disorders". Drugs. 58 (4): 725–42. doi:10.2165/00003495-199958040-00014. PMID 10551440. 
  2. ^ "Rabeprazole". PubChem. NCBI. Diakses tanggal 10 January 2020. 
  3. ^ PubChem. "Rabeprazole". PubChem. Diakses tanggal 10 January 2020. 
  4. ^ a b "Rabeprazole: MedlinePlus Drug Information". medlineplus.gov. Diakses tanggal 13 November 2019. 
  5. ^ a b c d e f g h i "Rabeprazole Uses, Side Effects & Warnings". Drugs.com. Diakses tanggal 22 Maret 2020. 
  6. ^ a b c d e "Drugs & Medications". www.webmd.com. Diakses tanggal 22 Maret 2020. 
  7. ^ a b "Rabeprazole (Oral Route) Description and Brand Names - Mayo Clinic". www.mayoclinic.org. Diakses tanggal 22 Maret 2020. 
  8. ^ "NATRIUM RABEPRAZOL | PIO Nas". pionas.pom.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-23. Diakses tanggal 23 Maret 2020. 
  9. ^ a b c "Rabeprazole: Side Effects, Dosage, Uses, and More". Healthline. Diakses tanggal 22 Maret 2020. 
  10. ^ "Rabeprazole: Medicine to Lower Stomach Acid". nhs.uk. 26 November 2018. Diakses tanggal 23 Maret 2020. 
  11. ^ a b "Rabeprazole | C18H21N3O3S | ChemSpider". www.chemspider.com. Diakses tanggal 22 Maret 2020. 
  12. ^ "Rabeprazole". www.drugbank.ca. Diakses tanggal 22 Maret 2020. 
  13. ^ a b c d "Rabeprazole - FDA prescribing information, side effects and uses". Drugs.com. Diakses tanggal 23 Maret 2020. 
  14. ^ a b c d e f g h i "Aciphex (Rabeprazole Sodium): Uses, Dosage, Side Effects, Interactions, Warning". RxList. Diakses tanggal 23 Maret 2020. 
  15. ^ a b c Williams; Pounder (1999). "Review article: the pharmacology of rabeprazole". Alimentary Pharmacology & Therapeutics (dalam bahasa Inggris). 13 (s3): 3–10. doi:10.1046/j.1365-2036.1999.00019.x. ISSN 1365-2036. 
  16. ^ a b c d e Wedemeyer, Ralph-Steven; Blume, Henning (2014). "Pharmacokinetic Drug Interaction Profiles of Proton Pump Inhibitors: An Update". Drug Safety. 37 (4): 201–211. doi:10.1007/s40264-014-0144-0. ISSN 0114-5916. PMC 3975086alt=Dapat diakses gratis. PMID 24550106. 
  17. ^ "Rabeprazole (Aciphex) Proton Pump Inhibitor Uses & Side Effects". MedicineNet. Diakses tanggal 23 Maret 2020. 
  18. ^ a b c Shin, Jai Moo; Kim, Nayoung (Januari 2013). "Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of the Proton Pump Inhibitors". Journal of Neurogastroenterology and Motility. 19 (1): 25–35. doi:10.5056/jnm.2013.19.1.25. ISSN 2093-0879. PMC 3548122alt=Dapat diakses gratis. PMID 23350044. 
  19. ^ a b "Aciphex (Rabeprazole) - Side Effects, Dosage, Interactions - Drugs". EverydayHealth.com. Diakses tanggal 23 Maret 2020. 
  20. ^ "Clopidogrel and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  21. ^ "Rabeprazole and saquinavir Drug Interactions". Drugs.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 26 Maret 2020. 
  22. ^ "Rabeprazole and rilpivirine Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  23. ^ a b "Atazanavir and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  24. ^ "Methotrexate and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  25. ^ "Erlotinib and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  26. ^ a b "Pazopanib and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  27. ^ "Neratinib and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  28. ^ "Pexidartinib and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  29. ^ "Acalabrutinib and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  30. ^ "Dacomitinib and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 25 Maret 2020. 
  31. ^ "Nilotinib and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 26 Maret 2020. 
  32. ^ "Mycophenolate mofetil and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 26 Maret 2020. 
  33. ^ "Itraconazole and rabeprazole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 26 Maret 2020. 
  34. ^ a b Zannikos, Peter N.; Doose, Dennis R.; Leitz, Gerhard J.; Rusch, Sarah; Gonzalez, Martha D.; Solanki, Bhavna; Haddad, Ibrahim; Mulberg, Andrew E. (Juni 2011). "Pharmacokinetics and Tolerability of Rabeprazole in Children 1 to 11 Years Old With Gastroesophageal Reflux Disease". Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition (dalam bahasa Inggris). 52 (6): 691–701. doi:10.1097/MPG.0b013e318207834d. ISSN 0277-2116. 
  35. ^ "AcipHex, AcipHex Sprinkle (rabeprazole) Uses, Side Effects, Dosage & Interactions". eMedicineHealth. Diakses tanggal 23 Maret 2020. 
  36. ^ Lv, Xiaoqun; Zhang, Jun; Jiang, Miao; Liu, Yujuan; Ren, Weifang; Fang, Zhonghong (15 Maret 2019). "Clostridium difficile-associated diarrhea following the therapy with antibiotic and proton pump inhibitors in a 77-year-old man with several comorbidities". Medicine. 98 (13). doi:10.1097/MD.0000000000015004. ISSN 0025-7974. PMID 30921218. 
  37. ^ YAMASAKI, YUKI; FUJIMURA, TAKASHI; OYAMA, KATSUNOBU; HIGASHI, YUKI; HIROSE, ATSUSHI; TSUKADA, TOMOYA; OKAMOTO, KOICHI; KINOSHITA, JUN; NAKAMURA, KEISHI (Juli 2017). "Effects of rabeprazole on bone metabolic disorders in a gastrectomized rat model". Biomedical Reports. 5 (1): 118–124. doi:10.3892/br.2016.689. ISSN 2049-9434. PMC 4906904alt=Dapat diakses gratis. PMID 27330752. 
  38. ^ Heidelbaugh, Joel J. (Juni 2013). "Proton pump inhibitors and risk of vitamin and mineral deficiency: evidence and clinical implications". Therapeutic Advances in Drug Safety. 4 (3): 125–133. doi:10.1177/2042098613482484. ISSN 2042-0986. PMC 4110863alt=Dapat diakses gratis. PMID 25083257. 
  39. ^ Florentin, Matilda; Elisaf, Moses S (6 Desember 2012). "Proton pump inhibitor-induced hypomagnesemia: A new challenge". World Journal of Nephrology. 1 (6): 151–154. doi:10.5527/wjn.v1.i6.151. ISSN 2220-6124. PMC 3782221alt=Dapat diakses gratis. PMID 24175253. 
  40. ^ LiverTox: Clinical and Research Information on Drug-Induced Liver Injury. Bethesda (MD): National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2012. PMID 31643484.