Lompat ke isi

Masjid Raya Sabilal Muhtadin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Memperbaiki templat
k Memperbaiki deskripsi
Baris 8: Baris 8:
| province = {{flag|Kalimantan Selatan}}
| province = {{flag|Kalimantan Selatan}}
| country = {{flag|Indonesia}}
| country = {{flag|Indonesia}}
| established = [[1981]]<ref>{{Cite web|last=Banjarmasin|first=A. S. N.|title=Masjid Raya Sabilal Muhtadin|url=http://disbudpar.banjarmasinkota.go.id/2018/10/masjid-raya-sabilal-muhtadin.html|access-date=2022-12-25}}</ref>
| established = [[1974]] - [[1981]]<ref>{{Cite web|last=Banjarmasin|first=A. S. N.|title=Masjid Raya Sabilal Muhtadin|url=http://disbudpar.banjarmasinkota.go.id/2018/10/masjid-raya-sabilal-muhtadin.html|access-date=2022-12-25}}</ref>
| architect =
| architect =
| architecture_type = [[Masjid]]
| architecture_type = [[Masjid]]

Revisi per 23 Juni 2024 10.12

Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin
مسجد راي سبيلال المهتدين بانجارماسين
PetaKoordinat: 3°19′8″S 114°35′29″E / 3.31889°S 114.59139°E / -3.31889; 114.59139
Agama
AfiliasiIslamSunni
Provinsi Kalimantan Selatan
Lokasi
LokasiBanjarmasin
Negara Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Gaya arsitekturTimur Tengah
Didirikan1974 - 1981[1]
Spesifikasi
Kapasitas15.000 Jemaah[2]
Kubah1
Menara5

Masjid Raya Sabilal Muhtadin adalah sebuah masjid bersejarah yang berada di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan pada tahun 1981[3] sebagai penghormatan terhadap ulama besar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan berdiri di bekas tanah asrama tentara Pulau Tatas.[4][5][6] Pada era kolonialisme Belanda, tempat ini dikenal dengan Fort Van Tatas atau Benteng Tatas.[7]

Sejarah

Benteng Tatas pada zaman Hindia Belanda

Benteng Tatas

Dahulu, Pulau Tatas, yang merupakan pulau delta, merupakan lokasi dari Fort van Tatas yang merupakan benteng dan barak Belanda, dimana benteng ini dikelilingi kanal dan berada di persimpangan yang dinilai strategis, yaitu wilayah Kesultanan Banjar di Kuin di bagian baratnya dan daerah menuju Martapura dan Hulu Sungai di bagian timurnya. Selain strategis dari segi pertahanan, dari segi ekonomi juga dinilai strategis karena armada dagang Eropa (Belanda, Portugis, Inggris), Tiongkok, Melayu, Bugis, dan Jawa kerap berkabuh di daerah ini untuk melakukan perdagangan lada yang merupakan komoditas perdagangan kesultanan masa itu.[8]

Awalnya, Pulau Tatas tidak dilirik oleh VOC sebagai benteng pertahanan dan lebih memilih Sungai Barito di dekat muara Sungai Kuin karena berdekatan dengan keraton kesultanan. Bahkan pada kedatangan VOC yang kedua pada tahun 1612, armada VOC belum melihat pulau ini. Baru pada Oktober 1756, ketika Sultan Banjar melakukan perjanjian dengan Johan Andreas Para Vinci, pulau ini menjadi benteng pertahanan dimana wilayah ini berada di tangan Inggris, dimana benteng ini dibangun dengan bentuk pentagin yang diperkuat selekoh (bastion) di sisi sungai dan sisi daratan. Lalu, pada tahun 1786-1787, saat Sultan Banjar menyerahkan kedaulatan kepada VOC, VOC mendirikan pusat pemerintahan di pulau ini.[8]

Pembangunan

Keinginan untuk membangun sebuah masjid raya dimulai ketika beberapa tokoh seperti Brigjend H. Hasan Basry, H. Maksid, M. Yusi, dan sejumlah ulama sepakat membangun sebuah masjid raya yang berfungsi sebagai pusat kegiatan Islam dalam arti luas di Banjarmasin. Pada awalnya, lokasi masjid raya yang akan dibangun berlokasi di areal bekas Hotel Banjar. Rencana ini mendapat masukan dari Pangdam X Lambung Mangkurat saat itu, Amir Machmud dan Gubernur Kalsel pada saat itu, Aberani Sulaiman. Namun, pertimbangan lain yang kemudian diterima adalah bahwa lokasi masjid raya yang akan dibangun adalah di Pulau Tatas yang berada di pusat Kota Banjarmasin,dan lahannya masih tergolong luas (sekitar 100 ribu meter persegi), dimana pada saat itu merupakan asrama militer.[4][6][8][9]

Setelah pemilihan lokasi dilakukan dengan bantuan para ahli dari Institut Teknologi Bandung, dilakukan peletakan batu pertama oleh Aberani Sulaiman dan Amir Machmud pada tahun 1964. Namun, pembangunan masjid sempat tertunda karena kondisi perekonomian, politik, dan keamanan saat itu belum sepenuhnya stabil akibat peristiwa Gerakan 30 September. Selain itu, banyak pejabat dan tokoh yang berperan dalam pembangunan masjid mengalami mutasi tugas. Akhirnya, pada 10 November 1974, Gubernur Kalimantan Selatan saat itu, Soebardjo, baru meresmikan pemancangan tiang pertama Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang menandakan bahwa pembangunan masjid telah dimulai kembali, dimana dia menunjuk PT Griya Cipta Sarana sebagai perencana dan PT Barata Metelworles sebagai pelaksana pembangunan.[4][6][9][10] Seeblumnya, Kantor Wilayah Departemen Agama telah membentuk tim khusus untuk menentukan arah kiblat pada masjid ini pada tanggal 8 Agustus 1974 yang terdiri dari K.H. M.Hanafie Gobit, K.H. Abdullah Busthani, Drs. Mas’ud Djuhrie serta M. Arsyad Suban.[5]

Prasasti Peresmian Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Pada 31 Oktober 1979 atau 10 Zulhijah 1399 Hijriah, dilaksanakan Salat Iduladha untuk yang pertama kalinya di masjid ini. Meskipun kondisi masjid pada saat itu belum sepenuhnya selesai dibangun, salat berjamaah tersebut dapat dilaksanakan yang menandakan bahwa masjid ini sudah dapat digunakan pada masyarakat. Setelah itu, dibentuklah panitia pengumpul dana yang diketuai oleh K.H. Hasan Moegni Marwan dengan sekretaris H.M Rafi'i Hamdi. Kurang lebih selama tujuh tahun dibangun, akhirnya masjid ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 9 Februari 1981.[4][6][9][10]

Renovasi

Pada tahun 2009, dilakukan renovasi yang dilaksanakan oleh gubernur saat itu, Rudy Arifin dengan menggunakan anggaran sekitar 37 miliar rupiah. Renovasi dilakukan untuk memperbaiki berbagai sisi masjid termasuk kubah utama di bagian dalam masjid, mengngat beberapa bagian masjid dinilai sudah tidak prima karena usia. Meskipun begitu, proses renovasi ini tidak merubah bentuk asli masjid, meskipun ada wacana ingin memperluas areal pelataran masjid dan memasang atap payung elektrik seperti Masjid Nabawi pada tahun 2015.[9][11]

Arsitektur

Interior Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Seacar keseluruhan, masjid ini dapat menampung jamaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan. Bangunan ini dikelilingi empat menara setinggi 21 meter dan satu menara setinggi 45 meter. Bangunan ini menggunakan batu pualam sebagai pelapis lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam. Walaupun begitu, bangunan ini juga menggunakan porselen pada lantai tempat pengambilan air wudhu dan keramik pada lantai plazanya.[5][7]

Bangunan ini memiliki kerawang yang tembus pandang pada pintu-pintu dan dindingnya sebagai penyeimbang bangunan yang memiliki kubah yang berbentuk bulat pipih di atas bangunan, tiang-tiang yang kokoh dan dinding yang tebal. Bangunan ini juga didukung dengan 17 buah lampu hias dengan ribuan bola kaca di bagian dalam ruang utama yang tersusun dalam lingkaran bergaris tengah 9 meter.[5][7]

Mihrab dan Mimbar Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Masjid ini memiliki elemen hias kaligrafi yang diukir pada bahan tembaga berwarna gelap bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an, Asmaulhusna, lafaz Allah, dan lafaz Nabi Muhammad dan keempat sahabatnya yang ditulis dalam gaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulus, dan Kufik. Selain itu, masjid ini memiliki elemen hias berupa motif khas Kalimantan yang berbentuk tumbuh- tumbuhan.[5][7]

Referensi

  1. ^ Banjarmasin, A. S. N. "Masjid Raya Sabilal Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  2. ^ "Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Raya Sabilal Al Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  3. ^ Banjarmasin, A. S. N. "Masjid Raya Sabilal Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  4. ^ a b c d "Sejarah Singkat | Masjid Raya Sabilal Muhtadin". sabilalmuhtadin.or.id. Diakses tanggal 2022-12-25. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ a b c d e klikkalsel.com (2022-03-01). "Sejarah Masjid Raya Sabilal Muhtadin dari Lokasi Bekas Hotel Hingga Asrama Pulau Tatas - Laman 3 dari 4". Klikkalsel.com. Diakses tanggal 2022-12-25. 
  6. ^ a b c d "Sejarah Singkat Masjid Sabilal Muhtadin, Salah Satu Masjid Terbesar di Kota Banjarmasin". Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin. Diakses tanggal 2024-06-22. 
  7. ^ a b c d "Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Raya Sabilal Al Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  8. ^ a b c Helmi, Muhammad (20 Juli 2022). "Kisah Masjid Sabilal Muhtadin Berdiri di Atas Benteng dan Barak Belanda". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 22 Juni 2024. 
  9. ^ a b c d Maudhody, Achmad (2020-02-05). "KalselPedia: Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Masjid Terbesar di Kalsel". Banjarmasinpost.co.id. Diakses tanggal 2024-06-22. 
  10. ^ a b Masjid Raya Sabilal Muhtadin: Percikan Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Malang: Edulitera. Juni 2022. hlm. 6. ISBN 9786234850000. 
  11. ^ Maskuriah, Ulul (2014-02-05). "Sabilal Dirancang Seperti Madinah". ANTARA News Kalimantan Selatan. Diakses tanggal 2024-06-22.