Lompat ke isi

Bahasa Arab Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Elijah Mahoebessy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Elijah Mahoebessy (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 37: Baris 37:


Bahasa Arab di Indonesia umumnya dituturkan oleh keturunan Arab di [[Bogor]] ([[Empang, Bogor Selatan, Bogor|Empang]] dan [[Cisarua, Bogor|Cisarua]]), [[Surabaya]] ([[Ampel]]), [[Bangkalan]] ([[Kamal, Bangkalan|Kamal]]), [[Jakarta]] ([[Pekojan, Tambora, Jakarta Barat|Pekojan]]), [[Gresik]], [[Pekalongan]], [[Kediri]], [[Kabupaten Pasuruan|Pasuruan]] ([[Bangil]]), [[Bondowoso]], [[Banjarmasin]], [[Palembang]], [[Kota Palu|Palu]] ([[Talise, Mantikulore, Palu|Talise]]), [[Kota Ambon|Ambon]], serta daerah pemukiman Arab lainnya di Indonesia.<ref>{{Cite journal|last=Indraswara|first=Mohammad Sahid|last2=Hardiman|first2=Gagoek|last3=Rukayah|first3=Siti|last4=Firmandhani|first4=Satriya W.|date=2022-04-13|title=Karakteristik Kampung Arab di pesisir dan pedalaman (Kasus : Kampung Arab Pekojan, Pasar Kliwon Surakarta dan Sugihwaras Pekalongan)|url=http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/psa/article/view/19767|journal=Jurnal Planologi|language=en|volume=19|issue=1|pages=1–18|doi=10.30659/jpsa.v19i1.19767|issn=2615-5257}}</ref>
Bahasa Arab di Indonesia umumnya dituturkan oleh keturunan Arab di [[Bogor]] ([[Empang, Bogor Selatan, Bogor|Empang]] dan [[Cisarua, Bogor|Cisarua]]), [[Surabaya]] ([[Ampel]]), [[Bangkalan]] ([[Kamal, Bangkalan|Kamal]]), [[Jakarta]] ([[Pekojan, Tambora, Jakarta Barat|Pekojan]]), [[Gresik]], [[Pekalongan]], [[Kediri]], [[Kabupaten Pasuruan|Pasuruan]] ([[Bangil]]), [[Bondowoso]], [[Banjarmasin]], [[Palembang]], [[Kota Palu|Palu]] ([[Talise, Mantikulore, Palu|Talise]]), [[Kota Ambon|Ambon]], serta daerah pemukiman Arab lainnya di Indonesia.<ref>{{Cite journal|last=Indraswara|first=Mohammad Sahid|last2=Hardiman|first2=Gagoek|last3=Rukayah|first3=Siti|last4=Firmandhani|first4=Satriya W.|date=2022-04-13|title=Karakteristik Kampung Arab di pesisir dan pedalaman (Kasus : Kampung Arab Pekojan, Pasar Kliwon Surakarta dan Sugihwaras Pekalongan)|url=http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/psa/article/view/19767|journal=Jurnal Planologi|language=en|volume=19|issue=1|pages=1–18|doi=10.30659/jpsa.v19i1.19767|issn=2615-5257}}</ref>
==Kesalahan pengucapan==
Terungkap bahwa penggunaan bahasa Arab cukup banyak dipengaruhi oleh [[sintaksis]] dalam [[bahasa Indonesia]], khususnya pada kalangan santri di pesantren. Frasa seperti ''lâ mâdza-mâdza'' لا ماذا ماذا (tidak apa-apa) atau ''maujûd-maujûd faqath'' موجود موجود فقط (ada-ada saja) merupakan beberapa contoh kesalahan pengucapan sintaksis bahasa Arab di pesantren. Sebenarnya jika dilihat kata demi kata dalam bahasa Indonesia, contoh ini tidaklah salah, namun jika digabungkan menjadi kurang tepat dan tidak bisa dipahami, bahkan tidak dapat ditemukan dalam ragam bahasa Arab lainnya, karena ungkapan tersebut tidak ada dalam bahasa mereka. Ungkapan yang benar dalam [[Bahasa Arab Baku Modern|bahasa Arab standar]] untuk ungkapan 'tidak apa-apa' adalah ''lâ ba’sa'' لا بأس atau bisa juga ''laisa musykilah'' ليس مشكلة. Sedangkan ungkapan 'ada-ada saja' pada dasarnya menunjukkan tanggapan terhadap sesuatu yang dianggap lelucon atau sesuatu yang tidak lazim, kemudian bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab standar menjadi ''laqad mazahta'' لقد مزحت (bercanda saja kamu) atau bisa juga menjadi ''hâdzaâ sya’un jadîd'' هذا شيء جديد (ini sesuatu yang baru).<ref name="umy">{{cite journal|url=https://mahadali.umy.ac.id/pengaruh-bahasa-arab-dan-penggunaanya-di-indonesia/|title=Pengaruh Bahasa Arab dan Penggunaanya di Indonesia|publisher=[[Universitas Muhammadiyah Yogyakarta]]|language=id|access-date=10 Juli 2024|date=|location=[[Kabupaten Bantul|Bantul]], Indonesia|journal=Ma'had Ali bin Abi Thalib|first=M.|last=Iqbal}}</ref>

Ketidaktepatan penggunaan ungkapan seperti ini pada variasi bahasa Arab ini tentu saja karena dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, atau lebih tepatnya dipengaruhi oleh [[Bahasa gaul Indonesia|bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari]]. Penyebab lainnya bisa jadi adalah kurangnya pemahaman mereka tentang aturan-aturan bahasa Arab dan pengetahuan tentangnya, atau bisa juga karena ungkapan seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah dalam membentuk kalimat bahasa Arab di kalangan santri.<ref name="umy"/>


==Lihat juga==
==Lihat juga==

Revisi per 10 Juli 2024 03.30

Bahasa Arab Indonesia
Bahasa Arab Lokal
العربية الاندونيسية
Penutur bahasa Arab di Talise, 1920.
Dituturkan di Indonesia (daerah pemukiman keturunan Arab dan pesantren)
EtnisArab-Indonesia (umumnya)
Santri (formal)
Penutur
Abjad Arab
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Kode bahasa
ISO 639-3
GlottologTidak ada
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
Arab Indonesia belum diklasifikasikan dalam tingkatan manapun pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Referensi: [1][2]
Lokasi penuturan
Lokasi penggunaan bahasa Arab Indonesia pada enklave dilambangkan dengan lingkaran biru; terutama terdapat di Jawa bagian timur.
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Arab Indonesia (bahasa Arab: العربية الاندونيسية) adalah varietas bahasa Arab yang dituturkan di Indonesia. Bahasa Arab di Indonesia umumnya dituturkan oleh keturunan Arab dan kaum santri yang mempelajari bahasa Arab di tempat pendidikan Islam atau pesantren. Bahasa ini umumnya memiliki selingan kata dari bahasa daerah di Indonesia dalam pengunaannya, sesuai wilayah dimana bahasa ini dituturkan.

Sejarah

Dilihat dari perspektif sejarah, bahasa dan budaya Arab telah dikenal sejak masuknya Islam ke Nusantara, itu artinya jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, bahasa Arab sudah mulai dikenal oleh masyarakat pribumi. Hubungan antara bahasa Arab dan Islam di Nusantara ini jika ditelusuri, kultur bahasa Arab sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan kultur Islam Nusantara, misalnya dari segi bahasa yang digunakan masyarakat sehari-hari.[3]

Perkembangan bahasa Arab terjadi disebabkan karena singgahnya para pedagang Arab dan Persia di Indonesia dalam kurun waktu yang panjang. Diketahui bahwa bahasa dan sastra Arab diperkirakan ada di Nusantara ini sejak awal abad ke 7–8 Masehi dan mulai berkembang pesat pada abad ke 9–12 Masehi (teori ini didukung oleh Hamka, Van Leur, dan T.W. Arnod).[3]

Penggunaan

Peta provinsi di Indonesia abad ke-21 dengan nama dalam bahasa Arab.

Bahasa Arab yang dituturkan di Indonesia umumnya digunakan oleh orang keturunan Arab dan kaum santri, terutama didasarkan pada bahasa Arab Hadhrami yang dibawa oleh para pedagang Arab yang berasal dari Hadramaut, Yaman.[4][5] Bahasa ini memiliki keunikan, yaitu percampuran kosakata dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia serta bahasa daerah lainnya, hal ini tentunya berbeda dengan bahasa Arab standar yang digunakan oleh ekspatriat Arab abad ke-21. Bahasa ini umumnya digunakan di tempat pendidikan Islam atau pesantren dan kampung-kampung yang dihuni oleh orang-orang keturunan Arab atau disebut Kampung Arab.[6][7]

Bahasa Arab di Indonesia umumnya dituturkan oleh keturunan Arab di Bogor (Empang dan Cisarua), Surabaya (Ampel), Bangkalan (Kamal), Jakarta (Pekojan), Gresik, Pekalongan, Kediri, Pasuruan (Bangil), Bondowoso, Banjarmasin, Palembang, Palu (Talise), Ambon, serta daerah pemukiman Arab lainnya di Indonesia.[8]

Kesalahan pengucapan

Terungkap bahwa penggunaan bahasa Arab cukup banyak dipengaruhi oleh sintaksis dalam bahasa Indonesia, khususnya pada kalangan santri di pesantren. Frasa seperti lâ mâdza-mâdza لا ماذا ماذا (tidak apa-apa) atau maujûd-maujûd faqath موجود موجود فقط (ada-ada saja) merupakan beberapa contoh kesalahan pengucapan sintaksis bahasa Arab di pesantren. Sebenarnya jika dilihat kata demi kata dalam bahasa Indonesia, contoh ini tidaklah salah, namun jika digabungkan menjadi kurang tepat dan tidak bisa dipahami, bahkan tidak dapat ditemukan dalam ragam bahasa Arab lainnya, karena ungkapan tersebut tidak ada dalam bahasa mereka. Ungkapan yang benar dalam bahasa Arab standar untuk ungkapan 'tidak apa-apa' adalah lâ ba’sa لا بأس atau bisa juga laisa musykilah ليس مشكلة. Sedangkan ungkapan 'ada-ada saja' pada dasarnya menunjukkan tanggapan terhadap sesuatu yang dianggap lelucon atau sesuatu yang tidak lazim, kemudian bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab standar menjadi laqad mazahta لقد مزحت (bercanda saja kamu) atau bisa juga menjadi hâdzaâ sya’un jadîd هذا شيء جديد (ini sesuatu yang baru).[9]

Ketidaktepatan penggunaan ungkapan seperti ini pada variasi bahasa Arab ini tentu saja karena dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, atau lebih tepatnya dipengaruhi oleh bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari. Penyebab lainnya bisa jadi adalah kurangnya pemahaman mereka tentang aturan-aturan bahasa Arab dan pengetahuan tentangnya, atau bisa juga karena ungkapan seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah dalam membentuk kalimat bahasa Arab di kalangan santri.[9]

Lihat juga

Referensi

  1. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  2. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  3. ^ a b adminfitk (2020-01-07). "Bahasa Arab di Indonesia". FITK (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-22. 
  4. ^ "RootsWeb's WorldConnect Project: Naqobatul Asyrof Al-Kubro". wc.rootsweb.ancestry.com. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  5. ^ "Metode Pembelajaran Bahasa Asing Arab di Pondok Pesantren Modern". www.neliti.com. Diakses tanggal 9 Juli 2024. 
  6. ^ Suroiyah, Evi Nurus; Zakiyah, Dewi Anisatuz (2021-06-07). "Perkembangan Bahasa Arab di Indonesia". Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab (dalam bahasa Inggris). 3 (1): 60–69. doi:10.51339/muhad.v3i1.302. ISSN 2721-9488. 
  7. ^ "Bahasa Arab Berperan Besar dalam Pengembangan Bahasa Indonesia". Universitas Padjadjaran. 2020-12-29. Diakses tanggal 2023-11-22. 
  8. ^ Indraswara, Mohammad Sahid; Hardiman, Gagoek; Rukayah, Siti; Firmandhani, Satriya W. (2022-04-13). "Karakteristik Kampung Arab di pesisir dan pedalaman (Kasus : Kampung Arab Pekojan, Pasar Kliwon Surakarta dan Sugihwaras Pekalongan)". Jurnal Planologi (dalam bahasa Inggris). 19 (1): 1–18. doi:10.30659/jpsa.v19i1.19767. ISSN 2615-5257. 
  9. ^ a b Iqbal, M. "Pengaruh Bahasa Arab dan Penggunaanya di Indonesia". Ma'had Ali bin Abi Thalib. Bantul, Indonesia: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses tanggal 10 Juli 2024. 

Pranala luar