Bahasa Arab Indonesia: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 3: | Baris 3: | ||
| nativename = ''Bahasa Arab Lokal''<br>العربية الاندونيسية |
| nativename = ''Bahasa Arab Lokal''<br>العربية الاندونيسية |
||
| pronunciation = |
| pronunciation = |
||
|ethnicity = [[Arab-Indonesia]] |
| ethnicity = [[Arab-Indonesia]]<br>[[Santri]] (formal) |
||
| states = {{flag|Indonesia}} (daerah pemukiman keturunan Arab dan pesantren) |
| states = {{flag|Indonesia}} (daerah pemukiman keturunan Arab dan pesantren) |
||
| image = [[File:Orang Arab di Talise 1920. Koleksi Het Geheugen van Nederland.jpg|ka|jmpl|Penutur bahasa Arab di [[Talise, Mantikulore, Palu|Talise]], 1920.]] |
| image = [[File:Orang Arab di Talise 1920. Koleksi Het Geheugen van Nederland.jpg|ka|jmpl|Penutur bahasa Arab di [[Talise, Mantikulore, Palu|Talise]], 1920.]] |
Revisi per 10 Juli 2024 03.57
Bahasa Arab Indonesia
Bahasa Arab Lokal العربية الاندونيسية | |||||
---|---|---|---|---|---|
Dituturkan di | Indonesia (daerah pemukiman keturunan Arab dan pesantren) | ||||
Etnis | Arab-Indonesia Santri (formal) | ||||
Penutur | |||||
| |||||
Abjad Arab | |||||
Status resmi | |||||
Diakui sebagai bahasa minoritas di | |||||
Kode bahasa | |||||
ISO 639-3 | – | ||||
Glottolog | Tidak ada | ||||
IETF | ayh-ID | ||||
| |||||
Lokasi penuturan | |||||
Lokasi penggunaan bahasa Arab Indonesia pada enklave dilambangkan dengan lingkaran biru; terutama terdapat di Jawa bagian timur. | |||||
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
| |||||
Portal Bahasa | |||||
Bahasa Arab Indonesia (bahasa Arab: العربية الاندونيسية) adalah varietas bahasa Arab yang dituturkan di Indonesia. Bahasa Arab di Indonesia terutama dituturkan oleh keturunan Arab dan kaum santri yang mempelajari bahasa Arab di tempat pendidikan Islam atau pesantren. Bahasa ini umumnya memiliki selingan kata dari bahasa daerah di Indonesia dalam pengunaannya, sesuai dengan wilayah dimana bahasa ini dituturkan.
Sejarah
Jika ditinjau berdasarkan aspek sejarah, bahasa dan budaya Arab telah dikenal sejak masuknya Islam ke Kepulauan Melayu, yang artinya jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, bahasa Arab sudah mulai dikenal oleh masyarakat pribumi. Jika ditelusuri hubungan antara bahasa Arab dan Islam di Indonesia, maka budaya dan bahasa Arab mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat dan budaya Islam Nusantara (Islam Indonesia), misalnya dari segi bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat, dimana bahasa Arab merupakan salah satu unsur asing yang cukup banyak menyumbangkan kosakata pada bahasa-bahasa asli di Indonesia, termasuk bahasa Indonesia.[3]
Perkembangan bahasa Arab terjadi karena kedatangan para pedagang Arab dan Persia di Indonesia dalam jangka waktu yang lama. Diketahui bahwa bahasa dan sastra Arab diperkirakan telah ada di Indonesia sejak awal abad ke-7 hingga ke-8 M dan mulai berkembang pesat pada abad ke-9 hingga ke-12 M, dimana teori ini didukung dan disepakati oleh Hamka, van Leur, dan T.W. Arnold.[3]
Penggunaan
Bahasa Arab yang dituturkan di Indonesia umumnya digunakan oleh orang keturunan Arab dan kaum santri, terutama didasarkan pada bahasa Arab Hadhrami yang dibawa oleh para pedagang Arab yang berasal dari Hadramaut, Yaman.[4][5] Bahasa ini memiliki keunikan, yaitu percampuran kosakata dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia serta bahasa daerah lainnya, hal ini tentunya berbeda dengan bahasa Arab standar yang digunakan oleh ekspatriat Arab abad ke-21. Bahasa ini umumnya digunakan di tempat pendidikan Islam atau pesantren dan kampung-kampung yang dihuni oleh orang-orang keturunan Arab atau disebut Kampung Arab.[6][7]
Bahasa Arab di Indonesia umumnya dituturkan oleh keturunan Arab di Bogor (Empang dan Cisarua), Surabaya (Ampel), Bangkalan (Kamal), Jakarta (Pekojan), Gresik, Pekalongan, Kediri, Pasuruan (Bangil), Bondowoso, Banjarmasin, Palembang, Palu (Talise), Ambon, serta wilayah dengan populasi keturunan Arab yang cukup signifikan lainnya di Indonesia.[8]
Kesalahan pengucapan
Terungkap bahwa penggunaan bahasa Arab cukup banyak dipengaruhi oleh sintaksis dalam bahasa Indonesia, khususnya pada kalangan santri di pesantren. Frasa seperti lâ mâdza-mâdza لا ماذا ماذا (tidak apa-apa) atau maujûd-maujûd faqath موجود موجود فقط (ada-ada saja) merupakan beberapa contoh kesalahan pengucapan sintaksis bahasa Arab di pesantren yang kemudian mengakibatkan terjadinya reduplikasi kata. Sebenarnya jika dilihat kata demi kata dalam bahasa Indonesia, contoh ini tidaklah salah, namun jika digabungkan menjadi kurang tepat dan tidak bisa dipahami, bahkan tidak dapat ditemukan dalam ragam bahasa Arab lainnya, karena ungkapan tersebut tidak ada dalam bahasa mereka. Ungkapan yang benar dalam bahasa Arab standar untuk ungkapan 'tidak apa-apa' adalah lâ ba’sa لا بأس atau bisa juga laisa musykilah ليس مشكلة. Sedangkan ungkapan 'ada-ada saja' pada dasarnya menunjukkan tanggapan terhadap sesuatu yang dianggap lelucon atau sesuatu yang tidak lazim, kemudian bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab standar menjadi laqad mazahta لقد مزحت (bercanda saja kamu) atau bisa juga menjadi hâdzaâ sya’un jadîd هذا شيء جديد (ini sesuatu yang baru).[9]
Ketidaktepatan penggunaan ungkapan seperti ini pada variasi bahasa Arab ini tentu saja karena dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, atau lebih tepatnya dipengaruhi oleh bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari. Penyebab lainnya bisa jadi adalah kurangnya pemahaman mereka tentang aturan-aturan dalam bahasa Arab dan pengetahuan tentangnya, atau bisa juga karena ungkapan seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah dalam membentuk kalimat bahasa Arab di kalangan santri. Penutur asli variasi bahasa Arab lain mungkin mengatakan atau menganggap ini sebagai sebuah bahasa Arab dengan pengucapan dan tata bahasa yang buruk.[9]
Lihat juga
Referensi
- ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011.
- ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ a b adminfitk (2020-01-07). "Bahasa Arab di Indonesia". FITK (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-22.
- ^ "RootsWeb's WorldConnect Project: Naqobatul Asyrof Al-Kubro". wc.rootsweb.ancestry.com. Diakses tanggal 2017-04-18.
- ^ "Metode Pembelajaran Bahasa Asing Arab di Pondok Pesantren Modern". www.neliti.com. Diakses tanggal 9 Juli 2024.
- ^ Suroiyah, Evi Nurus; Zakiyah, Dewi Anisatuz (2021-06-07). "Perkembangan Bahasa Arab di Indonesia". Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab (dalam bahasa Inggris). 3 (1): 60–69. doi:10.51339/muhad.v3i1.302. ISSN 2721-9488.
- ^ "Bahasa Arab Berperan Besar dalam Pengembangan Bahasa Indonesia". Universitas Padjadjaran. 2020-12-29. Diakses tanggal 2023-11-22.
- ^ Indraswara, Mohammad Sahid; Hardiman, Gagoek; Rukayah, Siti; Firmandhani, Satriya W. (2022-04-13). "Karakteristik Kampung Arab di pesisir dan pedalaman (Kasus : Kampung Arab Pekojan, Pasar Kliwon Surakarta dan Sugihwaras Pekalongan)". Jurnal Planologi (dalam bahasa Inggris). 19 (1): 1–18. doi:10.30659/jpsa.v19i1.19767. ISSN 2615-5257.
- ^ a b Iqbal, M. "Pengaruh Bahasa Arab dan Penggunaanya di Indonesia". Ma'had Ali bin Abi Thalib. Bantul, Indonesia: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses tanggal 10 Juli 2024.
Pranala luar