Robert Budi Hartono: Perbedaan antara revisi
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 18: | Baris 18: | ||
| alma_mater = Universitas Diponegoro |
| alma_mater = Universitas Diponegoro |
||
}} |
}} |
||
'''Robert Budi Hartono''' atau nama asli '''Oei Hwie Tjhong''', ({{lahirmati|[[Semarang]]|28|4|1941}}) adalah seorang pengusaha Indonesia. Dia merupakan |
'''Robert Budi Hartono''' atau nama asli '''Oei Hwie Tjhong''', ({{lahirmati|[[Semarang]]|28|4|1941}}) adalah seorang pengusaha Indonesia. Dia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan [[Djarum]] yakni [[Oei Wie Gwan]]. Robert merupakan peranakan [[Tionghoa-Indonesia]]. Kakak dia bernama [[Michael Bambang Hartono]] alias Oei Hwie Siang. Pada [[2022]], ''[[Forbes]]'' merilis daftar orang terkaya di Indonesia, Budi Hartono dan Bambang Hartono menduduki peringkat kesatu dengan total kekayaan AS$ 47,7 Miliar.<ref>{{Cite web|title=R. Budi & Michael Hartono|url=https://www.forbes.com/profile/r-budi-michael-hartono/|website=Forbes|language=en|access-date=2023-03-03}}</ref> Budi Hartono sendiri menduduki peringkat ke-64 dunia dengan total kekayaan AS$ 23,2 Miliar.<ref>{{Cite web|title=R. Budi Hartono|url=https://www.forbes.com/profile/r-budi-hartono/|website=Forbes|language=en|access-date=2023-03-03}}</ref> |
||
Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di [[Bank Central Asia]] (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd kuasai 51 % saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan [[kelapa sawit]] seluas 65.000 hektare di [[Kalimantan Barat]] sejak 2008, serta sejumlah properti antaranya pemilik [[Grand Indonesia]] dan perusahaan elektronik. Satu dari bisnis Grup Djarum di sektor ini bergerak bawah bendera [[Polytron]] yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Kini perusahaan Polytron juga produksi [[ponsel]] yang sebelumnya hanya produksi [[Penyejuk udara|AC]], [[kulkas]], produk video dan audio dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Global Digital Prima Ventures (GDP Ventures), [[Global Digital Niaga]] (Blibli.com), mereka juga beli [[Kaskus]], situs Indonesia yang paling populer.<ref>{{Cite web |url=http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/3-5-tahun-lagi-djarum-jadi-pemegang-saham-mayoritas-kaskus/6632 |title=3-5 Tahun Lagi, Djarum Jadi Pemegang Saham Mayoritas Kaskus |access-date=2014-05-27 |archive-date=2014-05-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140527221617/http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/3-5-tahun-lagi-djarum-jadi-pemegang-saham-mayoritas-kaskus/6632 |dead-url=yes }}</ref> |
Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di [[Bank Central Asia]] (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd kuasai 51 % saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan [[kelapa sawit]] seluas 65.000 hektare di [[Kalimantan Barat]] sejak 2008, serta sejumlah properti antaranya pemilik [[Grand Indonesia]] dan perusahaan elektronik. Satu dari bisnis Grup Djarum di sektor ini bergerak bawah bendera [[Polytron]] yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Kini perusahaan Polytron juga produksi [[ponsel]] yang sebelumnya hanya produksi [[Penyejuk udara|AC]], [[kulkas]], produk video dan audio dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Global Digital Prima Ventures (GDP Ventures), [[Global Digital Niaga]] (Blibli.com), mereka juga beli [[Kaskus]], situs Indonesia yang paling populer.<ref>{{Cite web |url=http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/3-5-tahun-lagi-djarum-jadi-pemegang-saham-mayoritas-kaskus/6632 |title=3-5 Tahun Lagi, Djarum Jadi Pemegang Saham Mayoritas Kaskus |access-date=2014-05-27 |archive-date=2014-05-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140527221617/http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/3-5-tahun-lagi-djarum-jadi-pemegang-saham-mayoritas-kaskus/6632 |dead-url=yes }}</ref> |
Revisi per 23 Juli 2024 08.08
Robert Budi Hartono | |
---|---|
Lahir | 28 April 1941 Semarang, Jawa Tengah, Hindia Belanda |
Nama lain | Oei Hwie Tjhong |
Almamater | Universitas Diponegoro |
Pekerjaan | Pengusaha |
Dikenal atas | |
Kekayaan bersih | US$ 48 Miliar ( US$ 242 Juta) (3 Maret 2023)[1] |
Suami/istri | Widowati Hartono |
Anak | 3 |
Orang tua | Oei Wie Gwan (ayah) |
Kerabat | Michael Bambang Hartono (kakak) |
Situs web | www |
|
Robert Budi Hartono atau nama asli Oei Hwie Tjhong, (lahir 28 April 1941) adalah seorang pengusaha Indonesia. Dia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yakni Oei Wie Gwan. Robert merupakan peranakan Tionghoa-Indonesia. Kakak dia bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang. Pada 2022, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, Budi Hartono dan Bambang Hartono menduduki peringkat kesatu dengan total kekayaan AS$ 47,7 Miliar.[2] Budi Hartono sendiri menduduki peringkat ke-64 dunia dengan total kekayaan AS$ 23,2 Miliar.[3]
Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd kuasai 51 % saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak 2008, serta sejumlah properti antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik. Satu dari bisnis Grup Djarum di sektor ini bergerak bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Kini perusahaan Polytron juga produksi ponsel yang sebelumnya hanya produksi AC, kulkas, produk video dan audio dan dispenser. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Global Digital Prima Ventures (GDP Ventures), Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga beli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.[4]
Robert sangat menyukai olahraga bulu tangkis. Mulanya dari sekadar hobi, lalu dia mendirikan PB Djarum di 1969. Satu dari pemain bulu tangkis yang berasal dari PB Djarum adalah Liem Swie King, yang terkenal dengan julukan “King of Smash”.
Robert Budi Hartono menikahi seorang wanita bernama Widowati Hartono atau lebih akrab bernama Giok Hartono. Bersama dia, Pemilik PT Djarum ini memiliki tiga orang putra yang semuanya telah menyelesaikan pendidikan. Mereka adalah Victor Hartono, Martin Hartono dan Armand Hartono.
Djarum
Berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek “Djarum” yang ternyata sukses di pasaran. Pada tahun 1963, pabrik perusahaan Djarum terbakar dan perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Oei meninggal tak lama kemudian.
Setelah Oei meninggal, Robert bersama kakaknya Michael Bambang Hartono, melanjutkan usaha tersebut. Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.
Di tangan dua bersaudara Hartono tersebut, Djarum bertumbuh menjadi perusahaan raksasa. Djarum saat ini memiliki pangsa pasar yang besar di Amerika Serikat. Di Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 miliar batang pertahun atau 20% dari total produksi nasional.[butuh rujukan] Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi Group Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia.
Pada tahun 2009, Djarum bersama dengan rokok kretek lain dilarang di Amerika Serikat. Hal ini terjadi akibat telah diluncurkannya Dos Hermanos, sebuah cerutu premium pencampuran tembakau Brasil dan Indonesia[5].[butuh rujukan]
Referensi
- ^ Forbes (3 Maret 2023). "R. Budi Hartono". forbes.com. Diakses tanggal 3 Maret 2023.
- ^ "R. Budi & Michael Hartono". Forbes (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-03.
- ^ "R. Budi Hartono". Forbes (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-03.
- ^ "3-5 Tahun Lagi, Djarum Jadi Pemegang Saham Mayoritas Kaskus". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-27. Diakses tanggal 2014-05-27.
- ^ Siti Afifiyah, Wong Semarang Terkaya Nomor 1 di Indonesia, Pebisnis Rokok yang Tidak Merokok, diakses tanggal 2 April 2019
- Orang hidup berusia 83
- Kelahiran 1941
- Wirausahawan industri tembakau Indonesia
- Wirausahawan teknologi Indonesia
- Wirausahawan perbankan Indonesia
- Wirausahawan perdagangan Indonesia
- Wirausahawan pertanian Indonesia
- Alumni Universitas Diponegoro
- Tokoh dari Semarang
- Tionghoa-Indonesia
- Marga Oey
- Miliarder Indonesia