Lompat ke isi

Bahasa Jawa Banyumasan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k ejaan & tata letak
Baris 1: Baris 1:
== Pengantar ==


'''Dialek Banyumas''' atau '''Dialek Banyumasan''' adalah dialek [[bahasa Jawa]] yang dipergunakan di wilayah barat [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di [[Banten]] utara serta daerah [[Cirebon]]-[[Indramayu]]. Dialek ini agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan dialek [[Banyumasan]] merupakan dialek yang masih berhubungan erat dengan [[bahasa Jawa Kuna]] ([[Kawi]]).
'''Dialek Banyumas''' atau '''Dialek Banyumasan''' adalah dialek [[bahasa Jawa]] yang dipergunakan di wilayah barat [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di [[Banten]] utara serta daerah [[Cirebon]]-[[Indramayu]]. Dialek ini agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan dialek [[Banyumasan]] merupakan dialek yang masih berhubungan erat dengan [[bahasa Jawa Kuna]] ([[Kawi]]).

Dialek Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut ''Banyumasan'' karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah [[Banyumasan]].

Seorang ahli bahasa yaitu : E.M. Uhlenbeck, 1964, di dalam bukunya : "A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura", The Hague: Martinus Nijhoff, mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.

Kelompok bahasa Jawa bagian barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat / Bahasa Sunda) inilah yang sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak).

Dibandingkan dengan bahasa [[Jawa]] dialek [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]], dialek Banyumas banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran 'a' tetap diucapkan 'a' bukan 'o'. Jadi jika di Solo orang makan dengan 'sego', di wilayah [[Banyumasan]] orang makan dengan 'sega'. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata ''enak'' oleh dialek lain bunyinya ''ena'', sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca ''enak'' dengan suara huruf 'k' yang jelas. Oleh karena itu Dialek Banyumasan juga dikenal dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.


{{bahasa|name=Bahasa Banyumasan|nativename=Basa mBanyumasan
{{bahasa|name=Bahasa Banyumasan|nativename=Basa mBanyumasan
|familycolor=pink
|familycolor=pink
|states=[[Wilayah Banyumasan]] ([[Jawa]]) ([[Indonesia]])
|states=Wilayah Banyumasan ([[Jawa]], [[Indonesia]])
|region=[[Banyumasan]]
|region=[[Banyumasan]]
|speakers=12 - 15 juta|rank=
|speakers=12 - 15 juta|rank=
Baris 26: Baris 15:
|agency=-
|agency=-
|iso1=-|iso2=bany|sil=-}}
|iso1=-|iso2=bany|sil=-}}
Dialek Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut ''Banyumasan'' karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah [[Banyumasan]].


Seorang ahli bahasa, E.M. Uhlenbeck, dalam bukunya ''A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura'' ([[1964]], [[Den Haag]], Martinus Nijhoff), mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.


Kelompok bahasa Jawa bagian barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak).

Dibandingkan dengan bahasa [[Jawa]] dialek [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]], dialek Banyumas banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran 'a' tetap diucapkan 'a' bukan 'o'. Jadi jika di Solo orang makan dengan 'sego', di wilayah [[Banyumasan]] orang makan dengan 'sega'. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata ''enak'' oleh dialek lain bunyinya ''ena'', sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca ''enak'' dengan suara huruf 'k' yang jelas. Oleh karena itu Dialek Banyumasan juga dikenal dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Gambar:Jawa.jpg|right|thumb|250px|Peta lokasi penutur Dialek Banyumas.]]
Menurut para pakar bahasa, sebagai bagian dari bahasa Jawa maka dari waktu ke waktu, bahasa Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut :
* Abad 9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno
Menurut para pakar bahasa, sebagai bagian dari bahasa Jawa maka dari waktu ke waktu, bahasa Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
* Abad 13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
* Abad ke-9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno
* Abad 16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru
* Abad ke-13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
* Abad 20 - sekarang, sebagai salah satu bahasa Jawa modern.
* Abad ke-16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru
* Abad ke-20 - sekarang, sebagai salah satu bahasa Jawa modern.
(Tahap-tahapan ini tidak berlaku secara universal)
(Tahap-tahapan ini tidak berlaku secara universal)

Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan menerpa masyarakat di wilayah Banyumasan, terbukti dari kemampuan mereka untuk tetap mempertahankan kosakata-kosakata dari bahasa Jawa kuno. Itulah sebabnya pada tahap perkembangan di era bahasa Jawa modern ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat Banyumasan timbul istilah ''bandhekan'' untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa ''wetanan'' (timur).
Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan menerpa masyarakat di wilayah Banyumasan, terbukti dari kemampuan mereka untuk tetap mempertahankan kosakata-kosakata dari bahasa Jawa kuno. Itulah sebabnya pada tahap perkembangan di era bahasa Jawa modern ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat Banyumasan timbul istilah ''bandhekan'' untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa ''wetanan'' (timur).


Menurut '''M. Koderi''' (salah seorang pakar budaya & bahasa Banyumasan), kata ''bandhek'' secara morfologis berasal dari kata ''gandhek'' yang berarti ''pesuruh'' (orang suruhan/yang diperintah), maksudnya orang suruhan Raja yang diutus ke wilayah Banyumasan. Para ''pesuruh'' ini tentu menggunakan gaya bahasa Jawa standar (Surakarta / Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa Banyumasan.
Menurut M. Koderi (salah seorang pakar budaya & bahasa Banyumasan), kata ''bandhek'' secara morfologis berasal dari kata ''gandhek'' yang berarti ''pesuruh'' (orang suruhan/yang diperintah), maksudnya orang suruhan Raja yang diutus ke wilayah Banyumasan. Para ''pesuruh'' ini tentu menggunakan gaya bahasa Jawa standar (Surakarta / Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa Banyumasan.


== Peta Penutur Bahasa Banyumasan ==
== Dialek-dialek Bahasa Jawa bagian barat ==
[[Gambar:Banyumasan.JPG|right|thumb|280px|Peta lokasi berdasarkan wilayah di Jawa.]]
[[Gambar:Jawa.jpg]]
Terdapat 4 sub-dialek utama dalam dialek Banyumasan yaitu Wilayah Utara (Tegalan), Wilayah Selatan (Banyumasan), Wilayah Cirebon - Indramayu (Cirebonan) dan Banten Utara.


===Wilayah Utara===


Dialek Tegalan dituturkan di wilayah utara, antara lain Tanjung, Ketanggungan, Larangan, Brebes, Slawi, Moga, Pemalang, Surodadi dan Tegal.
== Dialek-Dialek Bahasa Jawa Bagian Barat ==
Terdapat 4 Dialek Utama dalam bahasa Banyumasan yaitu : Wilayah Utara (Tegalan), Wilayah Selatan (Banyumasan), Wilayah Cirebon - Indramayu (Cirebonan) dan Banten Utara.


'''Wilayah Utara.'''
===Wilayah Selatan===


Dialek Tegalan dituturkan di wilayah utara, antara lain : Tanjung, Ketanggungan, Larangan, Brebes, Slawi, Moga, Pemalang, Surodadi dan Tegal.
Dialek ini dituturkan di wilayah selatan, antara lain Bumiayu, Karang Pucung, Cilacap, Nusakambangan, Kroya, Ajibarang, Purwokerto, Purbalingga, Bobotsari, Banjarnegara, Purwareja, Kebumen and Gombong.


===Cirebon - Indramayu===
'''Wilayah Selatan'''

Dialek ini dituturkan di wilayah selatan, antara lain : Bumiayu, Karang Pucung, Cilacap, Nusakambangan, Kroya, Ajibarang, Purwokerto, Purbalingga, Bobotsari, Banjarnegara, Purwareja, Kebumen and Gombong.

'''Cirebon - Indramayu'''


Dialek ini dituturkan di sekitar Cirebon, Jatibarang dan Indramayu. Secara administratif, wilayah ini termasuk dalam propinsi Jawa Barat.
Dialek ini dituturkan di sekitar Cirebon, Jatibarang dan Indramayu. Secara administratif, wilayah ini termasuk dalam propinsi Jawa Barat.


'''Banten Utara'''
===Banten Utara===


Dialek ini dituturkan di wilayah Banten utara yang secara administratif termasuk dalam propinsi Banten.
Dialek ini dituturkan di wilayah Banten utara yang secara administratif termasuk dalam propinsi Banten.


Selain itu terdapat beberapa sub-sub dialek dalam bahasa Banyumasan, antara lain sub dialek Bumiayu dan lain-lain.

Selain itu terdapat beberapa sub-sub dialek dalam bahasa Banyumasan, antara lain : Sub Dialek Bumiayu dll.


[[Gambar:Banyumasan.JPG]]

Dialek-dialek tersebut mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck, 1964, di dalam bukunya : "A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura", The Hague: Martinus Nijhoff.


== Kosakata ==
== Kosakata ==
Sebagian besar kosakata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta / Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik.
Sebagian besar kosakata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik.


<table border=1 width=%75>
<table border=1 width=%75>
Baris 112: Baris 97:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
*{{id}} [http://hanacaraka.fateback.com/logat_bms.htm hanacaraka.fateback.com Dialek Banyumas (logat Banyumas) dapat dilihat keterangannya secara gamblang pada kamus Dialek Banyumas-Indonesia]
*{{id}} [http://hanacaraka.fateback.com/logat_bms.htm hanacaraka.fateback.com] - Dialek Banyumas (logat Banyumas) dapat dilihat keterangannya secara gamblang pada kamus Dialek Banyumas-Indonesia


{{stub}}
{{stub}}

Revisi per 15 Juni 2005 05.19

Dialek Banyumas atau Dialek Banyumasan adalah dialek bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah, Indonesia. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Dialek ini agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan dialek Banyumasan merupakan dialek yang masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi).


Bahasa Banyumasan
Basa mBanyumasan
Dituturkan diWilayah Banyumasan (Jawa, Indonesia)
WilayahBanyumasan
Penutur
12 - 15 juta
Lihat sumber templat}}
Posisi bahasa Jawa Banyumasan dalam harap diisi Sunting klasifikasi ini 

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Status resmi
Bahasa resmi di
-
Diatur oleh-
Kode bahasa
ISO 639-1-
ISO 639-2bany
ISO 639-3
Glottologbany1247[1]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Dialek Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Banyumasan.

Seorang ahli bahasa, E.M. Uhlenbeck, dalam bukunya A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura (1964, Den Haag, Martinus Nijhoff), mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.

Kelompok bahasa Jawa bagian barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak).

Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumas banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran 'a' tetap diucapkan 'a' bukan 'o'. Jadi jika di Solo orang makan dengan 'sego', di wilayah Banyumasan orang makan dengan 'sega'. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena, sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf 'k' yang jelas. Oleh karena itu Dialek Banyumasan juga dikenal dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.

Sejarah

Peta lokasi penutur Dialek Banyumas.

Menurut para pakar bahasa, sebagai bagian dari bahasa Jawa maka dari waktu ke waktu, bahasa Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:

  • Abad ke-9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno
  • Abad ke-13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
  • Abad ke-16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru
  • Abad ke-20 - sekarang, sebagai salah satu bahasa Jawa modern.

(Tahap-tahapan ini tidak berlaku secara universal) Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan menerpa masyarakat di wilayah Banyumasan, terbukti dari kemampuan mereka untuk tetap mempertahankan kosakata-kosakata dari bahasa Jawa kuno. Itulah sebabnya pada tahap perkembangan di era bahasa Jawa modern ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat Banyumasan timbul istilah bandhekan untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa wetanan (timur).

Menurut M. Koderi (salah seorang pakar budaya & bahasa Banyumasan), kata bandhek secara morfologis berasal dari kata gandhek yang berarti pesuruh (orang suruhan/yang diperintah), maksudnya orang suruhan Raja yang diutus ke wilayah Banyumasan. Para pesuruh ini tentu menggunakan gaya bahasa Jawa standar (Surakarta / Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa Banyumasan.

Dialek-dialek Bahasa Jawa bagian barat

Berkas:Banyumasan.JPG
Peta lokasi berdasarkan wilayah di Jawa.

Terdapat 4 sub-dialek utama dalam dialek Banyumasan yaitu Wilayah Utara (Tegalan), Wilayah Selatan (Banyumasan), Wilayah Cirebon - Indramayu (Cirebonan) dan Banten Utara.

Wilayah Utara

Dialek Tegalan dituturkan di wilayah utara, antara lain Tanjung, Ketanggungan, Larangan, Brebes, Slawi, Moga, Pemalang, Surodadi dan Tegal.

Wilayah Selatan

Dialek ini dituturkan di wilayah selatan, antara lain Bumiayu, Karang Pucung, Cilacap, Nusakambangan, Kroya, Ajibarang, Purwokerto, Purbalingga, Bobotsari, Banjarnegara, Purwareja, Kebumen and Gombong.

Cirebon - Indramayu

Dialek ini dituturkan di sekitar Cirebon, Jatibarang dan Indramayu. Secara administratif, wilayah ini termasuk dalam propinsi Jawa Barat.

Banten Utara

Dialek ini dituturkan di wilayah Banten utara yang secara administratif termasuk dalam propinsi Banten.

Selain itu terdapat beberapa sub-sub dialek dalam bahasa Banyumasan, antara lain sub dialek Bumiayu dan lain-lain.

Kosakata

Sebagian besar kosakata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik.

Banten Utara Cirebonan Banyumasan & Tegalan Jawa Standar Indonesia
sire sira/rika sira/rika kowe kamu
pisan pisan pisan banget sangat
keprimen kepriben keprimen/kepriben piye bagaimana

Kosakata lainnya

  • Inyong ==> aku
  • Gandhul ==> pepaya
  • Rika ==> kamu

Pranala luar

  • (Indonesia) hanacaraka.fateback.com - Dialek Banyumas (logat Banyumas) dapat dilihat keterangannya secara gamblang pada kamus Dialek Banyumas-Indonesia


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "ib", tapi tidak ditemukan tag <references group="ib"/> yang berkaitan

  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Banyumasan". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.