Lompat ke isi

Ahmadiyаh: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Thijs!bot (bicara | kontrib)
k robot Adding: da, fa, it, sv Modifying: en
Annas17 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 5: Baris 5:


==Sejarah penyebaran di Indonesia==
==Sejarah penyebaran di Indonesia==
Ahmadiyyah masuk ke Indonesia tahun 1935, tapi penganutnya mengklaim telah menyebarkan ajaran sejak tahun 1925.
Ahmadiyyah masuk ke [[Indonesia]] tahun 1935, tapi penganutnya mengklaim telah menyebarkan ajaran sejak tahun 1925.


Tahun 2000, mendiang khalifah Ahmadiyah dari London, [[Tahir Ahmad]], bertemu dengan Presiden [[Abdurahman Wahid]].
Tahun 2000, mendiang khalifah Ahmadiyah dari London, [[Tahir Ahmad]], bertemu dengan Presiden [[Abdurahman Wahid]].
Baris 13: Baris 13:


==Kontroversi ajaran Ahmadiyah==
==Kontroversi ajaran Ahmadiyah==
Menurut sudut pandang umumnya umat islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian)dianggap melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi yaitu Isa Al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad sebagai nabi Terakhir walaupun masih menunggu kedatangan Isa as dan Imam Mahdi.
Menurut sudut pandang umumnya umat [[Islam]], ajaran Ahmadiyah (Qadian)dianggap melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi yaitu Isa Al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi [[Muhammad]] sebagai nabi terakhir walaupun masih menunggu kedatangan Isa as dan Imam Mahdi.


Sementara itu pengikut Ahmadiyah Lahore mengaku mempercayai Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai Mujaddid dan tidak disetarakan dengan posisi Nabi [[Muhammad]], sesuai keterangan [[Gerakan Ahmadiyyah Lahore|Ahmadiyyah Lahore]] untuk [[Indonesia]] yang berpusat di [[Yogyakarta]].
Sementara itu pengikut Ahmadiyah Lahore mengaku mempercayai Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai Mujaddid dan tidak disetarakan dengan posisi Nabi [[Muhammad]], sesuai keterangan [[Gerakan Ahmadiyyah Lahore|Ahmadiyyah Lahore]] untuk [[Indonesia]] yang berpusat di [[Yogyakarta]].

Revisi per 12 Oktober 2006 02.58

Ahmadiyyah (Urdu: احمدیہ Ahmadiyyah) atau sering pula disebut Ahmadiyah, adalah sebutan untuk pengikut ajaran Mirza Ghulam Ahmad, seorang yang mendirikan gerakan ini yang lahir pada 13 Februari 1835 dan wafat 26 Mei 1908 di India.

Ahmadiyyah juga merupakah suatu jamaah dalam Islam.

Sejarah penyebaran di Indonesia

Ahmadiyyah masuk ke Indonesia tahun 1935, tapi penganutnya mengklaim telah menyebarkan ajaran sejak tahun 1925.

Tahun 2000, mendiang khalifah Ahmadiyah dari London, Tahir Ahmad, bertemu dengan Presiden Abdurahman Wahid.

Perkembangan

Kini Ahmadiyah mempunyai sekitar 200 cabang, terutama Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Palembang, Bengkulu, Bali, NTB dan lain-lain. Basis-basis Ahmadiyah di Kuningan, Jawa Barat dan Lombok telah diserang massa (2002/2003) karena dianggap mengandung ajaran sesat.

Kontroversi ajaran Ahmadiyah

Menurut sudut pandang umumnya umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian)dianggap melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi yaitu Isa Al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir walaupun masih menunggu kedatangan Isa as dan Imam Mahdi.

Sementara itu pengikut Ahmadiyah Lahore mengaku mempercayai Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai Mujaddid dan tidak disetarakan dengan posisi Nabi Muhammad, sesuai keterangan Ahmadiyyah Lahore untuk Indonesia yang berpusat di Yogyakarta.

Ahmadiyah Menurut Ahmadi

Nama Ahmadiyah mengindikasikan kebangkitan kembali agamanya Al-Quran dan suatu dakwah yang terlahir berdasar bimbingan Ilahi kepada sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah. Sebutan Ahmadi atau Ahmadiyat hanyalah sebagai pembeda bagi Muslim Ahmadi dari umat Muslim lainnya yang masih saja sedang menunggu kedatangan Al-Masih dan Imam Mahdi yang Dijanjikan. Muslim Ahmadi meyakini bahwa pendiri Jemaat mereka adalah Al-Masih yang Dijanjikan tersebut.

Sekarang ini, penganut dari semua agama besar di dunia masih sedang menunggu kedatangan kedua kalinya dari pendiri agama mereka. Apakah pesan dan fungsi dari masing-masing pembaharu itu akan sama dan identik? Ataukah masing-masing dari mereka membawa pesan sendiri-sendiri yang berbeda dan bertentangan satu sama lain dengan pesan dari para guru akbar tersebut pada saat Kedatangan yang Kedua kalinya itu? Jika pesan mereka adalah identik satu sama lain maka akan diperlukan lebih dari satu wujud guna menyampaikan pesan dan memberi teladan yang selaras dengan yang dimaksud. Kalau sampai pesan-pesan itu saling bertentangan, maka kedatangan sekian banyak pembaharu, alih-alih menciptakan kedamaian, pemenuhan ruhani dan kesatuan, malah hanya akan membuncahkan permusuhan, perselisihan dan chaos.

Al-Quran seperti juga kitab-kitab suci agama lainnya, mengandung nubuatan-nubuatan akbar mengenai kemunculan seorang guru universal dan pembaharu di akhir zaman, yang akan menghidupkan kembali dan memperbaharui keimanan kepada Tuhan serta membawa persatuan, kedamaian dan kepuasan ruhani. Umat Muslim seperti juga umat Kristiani, sama sedang menunggu kembalinya sang Al-Masih dan juga turunnya Imam Mahdi. Umat Buddha juga sedang mengharapkan kedatangan kembali Buddha, sedangkan umat Hindu menunggu kembalinya Krishna. Semua nubuatan itu terpenuhkan dalam kedatangan wujud satu orang. Karena Tuhan itu Maha Esa, maka kebenaran tidak bisa terbagi dan petunjuk bagi umat manusia serta penawar dari segala penyakit zaman, tentunya juga harus berbentuk satu, komprehensif dan konsisten.

Pada tahun 1835, di sebuah desa bernama Qadian, di daerah Punjab, India, lahir seorang anak laki-laki bernama Ghulam Ahmad yang kemudian diagungkan sebagai sang Mujaddid dari zaman ini oleh para cendekiawan Muslim. Ia bukan seorang anak laki-laki biasa. Orang tuanya Muslim dan ia tumbuh dewasa menjadi seorang Muslim yang luar biasa. Sejak awal kehidupannya, Mirza Ghulam Ahmad sudah amat tertarik pada telaah dan khidmat agama Islam. Beliau sering bertemu dengan individual Kristiani, Hindu atau pun Sikh dalam perdebatan publik serta menulis dan bicara tentang mereka. Hal ini menjadikan lingkungan keagamaan menjadi tertarik kepadanya dan beliau jadinya dikenal baik oleh para pimpinan komunitas.

Semua mereka itu, baik Hindu, Kristiani atau Muslim, sependapat bahwa hidup beliau bersih dari cacat cela, selalu menunjukkan belas kasih dan perhatian kepada yang lainnya dan selalu bersikap jujur dan lurus dalam semua urusannya. Beliau dipercaya oleh semua orang. Singkat kata, orang-orang mengenal beliau sebagai orang yang paling terhormat dan dipercaya, seseorang yang tidak pernah mau kompromi jika menyangkut kebenaran dan keadilan. Walau orang-orang Kristiani, Hindu dan Sikh amat tidak sependapat dengan beliau mengenai hal-hal keagamaan, mereka mengakui kesucian kehidupan dan karakter pribadi beliau. Bahkan para ulama Muslim pun menganggap beliau sebagai pembela Islam.

Hazrat Ahmad.as mulai menerima wahyu Ilahi sejak usia muda dan dengan berjalannya waktu maka pengalaman perwahyuannya berlipat kali secara progresif. Setiap wahyu yang diterimanya kemudian terpenuhi pada saatnya, sebagian di antaranya yang berkaitan dengan masa depan masih menunggu pemenuhannya. Dakwah beliau menyatakan diri sebagai Imam Mahdi dan Masih Maud di lakukan di akhir tahun 1890 dan dipublikasikan ke seluruh dunia. Pernyataan beliau seperti juga halnya para Pembaharu Ilahiah lainnya seperti Nabi Isa dan Muhammadsaw langsung mendapat tentangan luas. Sebelum menyatakan diri sebagai Masih Maud, Allahswt telah menjanjikan melalui wahyu bahwa:

‘Aku akan membawa pesanmu sampai ke ujung-ujung dunia.’

Wahyu ini memberikan janji akan adanya dukungan Ilahi dalam penyebaran ajaran Jemaat yang telah dimulainya di dalam Islam. Mentaati perintah Tuhan, Hazrat Ahmadas menyatakan diri sebagai Al-Masih bagi umat Kristiani, sebagai Mahdi bagi umat Muslim, sebagai Krishna bagi umat Hindu, dan lain sebagainya. Jelasnya, beliau adalah Nabi yang Dijanjikan bagi masing-masing bangsa dan ditugaskan untuk menyatukan umat manusia di bawah bendera satu agama. Muhammadsaw, Nabi Suci umat Islam adalah seorang nabi yang membawa ajaran yang bersifat universal dan sosok Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang menyatakan diri sebagai Al-Masih yang Dijanjikan, juga menyatakan dirinya tunduk dan menjadi refleksi dari Muhammad, Khataman Nabiyin.

Menjelaskan tentang tujuan diutusnya wujud Masih Maud, beliau menjelaskan:

‘Tugas yang diberikan Tuhan kepadaku ialah agar aku dengan cara menghilangkan hambatan di antara hamba dan Khalik-nya, menegakkan kembali di hati manusia, kasih dan pengabdian kepada Allah. Dan dengan memanifestasikan kebenaran lalu mengakhiri semua perselisihan dan perang agama, sebagai fondasi dari kedamaian abadi serta memperkenalkan manusia kepada kebenaran ruhaniah yang telah dilupakannya selama ini. Begitu juga aku akan menunjukkan kepada dunia makna kehidupan keruhanian yang hakiki yang selama ini telah tergeser oleh nafsu duniawi. Dan melalui kehidupanku sendiri, memanifestasikan kekuatan Ilahiah yang sebenarnya dimiliki manusia namun hanya bisa nyata melalui doa dan ibadah. Di atas segalanya adalah aku harus menegakkan kembali Ketauhidan Ilahi yang suci, yang telah sirna dari hati manusia, yang bersih dari segala kekotoran pemikiran polytheistik.’ (Khutbah Islamiah, h. 34)

Hazrat Masih Maud.as menekankan peningkatan nilai-nilai akhlak dan keruhanian serta mematuhinya secara ketat dalam segenap lingkup kehidupan. Hasilnya ialah beliau telah berhasil mengukuhkan suatu komunitas beranggotakan banyak orang yang hidup berdasar petunjuk dan teladan beliau, mengikuti ajaran Islam selaras dengan fitrat dan kemampuannya masing-masing. Pola dan tradisi yang beliau terapkan telah menjadi jaringan alamiah dalam diri para anggota komunitas tersebut sehingga bisa dikatakan kalau Jemaat yang beliau dirikan itu adalah satu-satunya yang mencerminkan tujuan hakiki kehidupan manusia dan cara-cara pencapaiannya.

Menyusul wafatnya Hazrat Masih Maudas pada tahun 1908, para Muslim Ahmadi memilih seorang pengganti beliau sebagai Khalifah. Sistem khilafat merupakan rahmat Ilahi yang turun setelah seorang nabi dan meneguhkan solidaritas, kohesi dan persatuan di antara para mukminin. Sosok Khalifah merupakan pimpinan keruhanian dan administratif dari Jemaat Islam Ahmadiyah. Pimpinan tertinggi dari Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia pada saat ini (2002) adalah Hazrat Mirza Tahir Ahmad (1928-2003)yang berkedudukan di London dan terpilih sebagai Khalifah keempat pada tahun 1982. Beliau ini memiliki bakat spiritual dan mendapat petunjuk samawi, penuh dengan ilmu pengetahuan, kebijaksanaan dan kerendahan hati. Pengetahuannya mengenai sejarah dan dunia Islam bersumber pada telaah Islam sepanjang hayat. Beliau banyak berjalan ke berbagai negara dan cermat mengamati budaya dan masyarakat lainnya. Tidak terbilang pidato dan kuliahnya berkaitan dengan topik keagamaan dan telah menjawab ribuan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah-masalah di masa kontemporer ini. (Pada tahun 2003 terpilih Khalifah V yaitu Mirza Masroor Ahmad atba).

Dengan bimbingan seorang Khalifah, Jemaat ini selalu berada di barisan terdepan dalam khidmat dan kesejahteraan kemanusiaan. Banyak sudah sekolah-sekolah, klinik dan rumah sakit yang didirikan di berbagai negeri. Dalam rumah-rumah sakit tersebut, mereka yang papa dan miskin dirawat secara gratis. Pada saat-saat bencana alam di seluruh dunia, Jemaat ini selalu membantu secara sukarela untuk menolong mereka yang terkena dan akan terus demikian Insha Allah, baik secara finansial atau pun phisikal, tanpa membedakan agama, warna kulit atau pun bangsa. Jemaat ini juga telah memiliki jaringan televisi global yang bernama MTA International yang mengudara duapuluh empat jam sehari dalam beberapa bahasa dunia. Layanan ini diberikan tanpa memungut biaya.

Di negeri mana pun mereka tinggal, Muslim Ahmadi selalu mematuhi hukum di tempat itu serta memberikan kesetiaannya kepada negeri kediamannya dan kepada bangsa yang mendiaminya.

Dunia ini yang telah demikian banyak menyaksikan tragedi seabad terakhir dan yang sekarang juga masih belum lepas dari kungkungannya, sesungguhnya sedang berada di tepi jurang mala petaka yang pasti tiba sebagai ganjaran dari keserakahan, sikap mementingkan diri sendiri, prasangka dan terutama sekali karena ketiadaan keadilan yang absolut dan hakiki. Hazrat Masih Maudas telah memberikan petunjuk bagi manusia akhir zaman ini tentang bagaimana berperilaku di tengah komunitas dunia guna mencapai kedamaian dan keharmonisan. Beliau berujar:

‘Nasihatku kepada kalian adalah agar kalian ini menjadi teladan dalam semua kebaikan. Jangan sampai kalian malas dalam melaksanakan kewajiban kalian kepada Tuhan dan jangan juga mengabaikan kewajiban kalian kepada sesama manusia.’ (Malfuzat vol. II, h. 298)

Hazrat Masih Maud.as telah diberitahukan bahwa pesan-pesannya akan sampai ke pelosok-pelosok dunia. Dari tempat terpencil di Qadian tersebut, sekarang Jemaat ini berkat rahmat Allahswt, telah menyebar ke lebih dari 170 negara di dunia dan populasinya sudah demikian banyak dimana sebanyak 80 juta manusia telah baiat ke dalam Jemaat pada tahun lalu (artikel ini ditulis tahun 2002). Saya sendiri mengakui kebenaran Ahmadiyat lebih dari 14 tahun yang lalu dan sedetik pun saya tidak pernah menyesalinya, bahkan saya bersyukur setiap hari kepada Tuhan karena telah menuntun saya kepada ajaran universal yang bernama Islam. Saya tidak tertarik kepada agama ini karena paksaan, karena anda tidak bisa memaksakan hati untuk mencintai sesuatu. Saya tertarik karena keindahan ajarannya dan orang-orang yang melaksanakan ajaran tersebut yang menyebut diri mereka sebagai Muslim Ahmadi.

Jemaat Islam Ahmadiyah meyakini dirinya sebagai perwujudan dari Islam hakiki. Fungsinya adalah untuk mempersatukan manusia dengan sang Khalik-nya dan menciptakan kedamaian, baik di tingkat individual mau pun kolektif. Saya menganjurkannya bagi siapa saja yang ingin mencari makna kehidupan yang hakiki.

Pranala luar