Kitab Maleakhi: Perbedaan antara revisi
k +{{Tanakh OT}} |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Tanakh OT}} |
{{Tanakh OT}} |
||
'''Kitab Malekahi''' merupakan salah satu kitab dalam [[Perjanjian Lama]] yang termasuk dalam [[kitab nabi-nabi kecil]].<ref name="Boyd">{{id}} Frank M. Boyd. 2006. Kitab nabi-nabi kecil. Jawa timur: Gandum Mas. Hlm 147-168.</ref> Kitab ini merupakan kitab terakhir dalam Perjanjian lama.<ref name="Boyd"/> Kitab Maleakhi juga menjadi kitab terakhir dari kitab nabi-nabi kecil.<ref name="Freedman">{{en}} David Noel Freedman. 2000. Eerdmans Dictionary of The Bible. Grand Rapids, Michigan: Wm B. Eerdmans. Hlm 848-849.</ref> Hal ini menyebabkan Maleakhi dianggap sebagai suara yang terakhir di Perjanjian Lama.<ref name="Boyd"/> Kitab ini ditulis oleh seorang yang bernama [[Maleakhi]].<ref name="Boyd"/> Kitab ini juga membahas kembali mengenai [[Musa]] dan juga terkait dengan nabi [[Elia]].<ref name="Freedman"/> Konteks mengenai kitab Maleakhi ini bisa dikatakan sama dengan konteks kitab Hagai.<ref name="Boyd"/> Hal ini dikarenakan Maleakhi dan Hagai mempunyai kurun waktu yang dekat.<ref name="Boyd"/> |
|||
'''Kitab Malekahi''' merupakan kitab yang diletakkan terakhir dalam [[Alkitab]] [[Perjanjian Lama]]. Kitab ini ditulis oleh nabi Maleakhi sekitar abad kelima sebelum Masehi, sesudah [[Bait Allah]] di [[Yerusalem]] dibangun kembali. Buku ini terutama dimaksudkan untuk mendorong para imam dan rakyat supaya membaharui kesetiaan mereka kepada perjanjian dengan Tuhan. |
|||
Sudah jelas bahwa ada kemerosotan dalam kehidupan dan cara beribadat umat Tuhan. Para imam dan rakyat menipu Tuhan. Mereka tidak memberikan kepada Tuhan apa yang harus mereka persembahkan kepada-Nya dan tidak hidup sesuai dengan ajaran-Nya. |
|||
Tetapi Tuhan akan datang untuk mengadili dan menyucikan umat-Nya. Ia akan mengirim utusan-Nya untuk menyiapkan jalan dan mewartakan perjanjian Tuhan. |
|||
== Latar belakang == |
== Latar belakang == |
||
Kitab [[Maleakhi]] merupakan salah satu kitab yang ditulis setelah masa pembuangan.<ref name="Boyd">Frank M. Boyd. 2006. Kitab Nabi-nabi Kecil. Jawa Timur: Gandum Mas.</ref> Beberapa puluh tahun sebelumnya, [[Nabi]] [[Nehemia]] telah membangun tembok-tembok Yerusalem serta para tawanan sebanyak 50.000 orang pada zaman [[Zerubabbel]] dan [[imam]] besar [[Yosua]]telah kembali.<ref name="Boyd"/> Dalam kitab ini diperlihatkan bahwa para [[imam]] mulai berbuat kejahatan di mata [[Tuhan]] seperti melakukan ketidakadilan, bergaul dengan penyembah berhala, dan menolak membayar persepuluhan.<ref name="Boyd"/> Dalam keadaan seperti ini dibutuhkan seorang [[nabi]] yang mengingatkan para [[imam]] akan kesalahannya.<ref name="Boyd"/> |
Kitab [[Maleakhi]] merupakan salah satu kitab yang ditulis setelah masa pembuangan.<ref name="Boyd">Frank M. Boyd. 2006. Kitab Nabi-nabi Kecil. Jawa Timur: Gandum Mas.</ref> Beberapa puluh tahun sebelumnya, [[Nabi]] [[Nehemia]] telah membangun tembok-tembok Yerusalem serta para tawanan sebanyak 50.000 orang pada zaman [[Zerubabbel]] dan [[imam]] besar [[Yosua]]telah kembali.<ref name="Boyd"/> Dalam kitab ini diperlihatkan bahwa para [[imam]] mulai berbuat kejahatan di mata [[Tuhan]] seperti melakukan ketidakadilan, bergaul dengan penyembah berhala, dan menolak membayar persepuluhan.<ref name="Boyd"/> Dalam keadaan seperti ini dibutuhkan seorang [[nabi]] yang mengingatkan para [[imam]] akan kesalahannya.<ref name="Boyd"/> Kitab ini ditulis pada masa [[kerajaan Persia]] menggantikan [[kerajaan Babel]] pada tahun 539 Sebelum Masehi.<ref name="A">{{id}} 1980. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 720-751.</ref> Pada masa itu tidak begitu banyak informasi mengenai orang [[Yahudi]] selama kurun waktu 515-450 Sebelum Masehi.<ref name="A"/> Pada masa itu, Bait Allah telah dibangun.<ref name="A"/> Pada masa itu kerajaan Persia telah diperintah oleh wali-wali negara.<ref name="A"/> Kepada wali-wali negara inilah para bupati-bupati setempat bertanggung jawab.<ref name="A"/> Hal inilah yang dialami oleh [[Yudea]].<ref name="A"/> Yudea tidak lagi mempunyai bupati sendiri tetapi diatur dari [[Samaria]].<ref name="A"/> Hal ini menyebabkan timbulnya perselisihan antara para pejabat Samaria dengan orang Yahudi.<ref name="A"/> Hal ini dikarenakan pada masa itu orang membangun tembok-tembok di kota mereka sehingga para pejabat Samaria menuduh mereka memberontak.<ref name="A"/> Hubungan bangsa Israel dengan bangsa tetangga pada saat itu tidak telalu baik terutama dengan bangsa [[Edom]] dan suku-suku dari bangsa [[Arab]].<ref name="Boyd"/> Latar belakang dari kitab Maleakhi ini merupakan lanjutan dari masa Zakharia dan hagai di mana orang-orang Yahudi telah membangun kembali bait suci mereka.<ref name="A"/> |
||
== Penanggalan == |
|||
Ada banyak tanggal yang ditawarkan dalam kitab Maleakhi yaitu 605-550 Sebelum Masehi, 514-456, atau lebih jauh pada periode Persia.<ref name="Freedman"/> Dugaan kuat bahwa penanggalan dari kitab ini yaitu pada tahun 514-456 Sebelum Masehi.<ref name="Freedman"/> Hal ini dikarenakan penanggalan tersebut sesuai dengan masa di mana pembangunan kuil Zerubabbel selesai dan kedatangan dari [[Ezra]] dan [[Nehemia]].<ref name="Freedman"/> Bukti-bukti lain yang menunjuk pada penanggalan tersebut adalah:<ref name="Freedman"/> |
|||
# Masalah mengenai perceraian yang muncul dalam kitab Maleakhi merupakan permasalahan yang sama yang dihadapi oleh Ezra maupun Nehemia.<ref name="Freedman"/> |
|||
# Bahasa yang dipakai pada saat itu menyerupai [[bahasa ibrani]] pada masa pembuangan dan pada masa awal setelah pembuangan.<ref name="Freedman"/> |
|||
== Kepengarangan == |
|||
Nama Maleakhi tidak terdapat di tempat lain di Alkitab.<ref name="Boyd"/> Dugaan kuat bahwa nama Maleakhi merupakan singakatan dari nama ''Malakhiya''.<ref name="Boyd"/> Nama ini berarti pesuruh Yahova.<ref name="Boyd"/> Nabi Maleakhi mempunyai sifat yang pemberani dan tidak berkompromi dalam membeberkan dan mencela orang-orang berdosa pada zaman itu.<ref name="Boyd"/> Semangat nabi untuk pertobatan dan pembaharuan bernyala-nyala api.<ref name="Boyd"/> |
|||
== Isi == |
|||
Isi dari kitab ini terdiri dari dua bagian.<ref name="Douglas">{{en}} J.D.Douglas. 1962. New Bible Dictionary. England: Inter-Varsity press. Hlm 1275-1277.</ref> Bagian pertama yaitu {{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=1}} dan {{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=2}} berkaitan dengan dosa bangsa [[Israel]].<ref name="Douglas"/> Bagian yang kedua yaitu {{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=3}} dan {{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=4}} berkaitan dengan penghukuman yang akan menimpa orang yang berdosa di atas orang yang telah bertobat.<ref name="Douglas"/> |
|||
=== Superskrip ({{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=1|ayat=1}}) === |
|||
Ada hubungan antara ayat pembuka dalam pasal 1 dengan awal dari ayat ke 3.<ref name="Douglas"/> Maleakhi merupakan nama nabi.<ref name="Douglas"/> Hal itu memberikan penegasan bahwa ia merupakan seorang pembawa pesan dari Tuhan.<ref name="Douglas"/> |
|||
=== Kasih Tuhan kepada Israel ({{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=1|ayat=2|sampai=5}}) === |
|||
Allah menyatakan kasihnya kepada orang Israel dengan menyatakan bahwa ia memilih [[Yakub]] dan menolak Esau.<ref name="Douglas"/> Hal ini juga hendak menunjukkan bahwa Edom akan dihancurkan dengan tidak akan dapat dibangun kembali.<ref name="Douglas"/> Namun, hal itu berbeda dengan [[Israel]] yang akan kembali ke tanah perjanjian.<ref name="Douglas"/> |
|||
=== Gambaran Dosa Israel ({{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=1|ayat=6}} sampai {{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=2|ayat=9}}) === |
|||
Dalam bagian ini, Maleakhi hendak menggambarkan dosa bangsa Israel yang membangkitkan murka Allah.<ref name="Douglas"/> Allah digambarkan sebagai ayah atas semua orang.<ref name="Douglas"/> Seorang ayah berhak mendapat kehormatan dan kasih sayang.<ref name="Douglas"/> Namun demikian, hal itu tidak ditunjukkan oleh para imam yang menjadi representasi dari umat.<ref name="Douglas"/> Para imam memandang rendah nama Allah.<ref name="Douglas"/> Para imam tidak belajar dari kesalahan yang telah mereka lakukan di masa lampau yang membuat orang Israel jatuh ke dalam pembuangan.<ref name="Douglas"/> Tuduhan kepada Israel dibawa dalam bentuk dialog.<ref name="Douglas"/> |
|||
=== Hukuman atas Kawin Campur dan Perceraian ({{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=2|ayat=10|sampai=17}}) === |
|||
Israel mempunyai seorang ayah yang umum yaitu Allah yang menciptakan bangsa Israel.<ref name="Douglas"/> Hal ini kemudian harus diejawantahkan ke dalam kesatuan.<ref name="Douglas"/> Kesatuan ini kemudian dikotorkan dengan praktek kawin campur dan perceraian.<ref name="Douglas"/> Orang-orang Israel yang melakukan perceraian atau kawin campur dianggap telah mencemarkan nama Allah.<ref name="Douglas"/> |
|||
=== Kedatangan Hari Tuhan ({{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=3|ayat=1|sampai=6}}) === |
|||
Maleakhi memproklamirkan mengenai kedatangan hari Tuhan dalam pelayanannya.<ref name="Douglas"/> Kedatangan Hari Tuhan ini juga muncul bersama dengan hukuman Allah.<ref name="Douglas"/> Namun demikian, Tuhan juga tetap menjaga janjinya terhadap umat pilihanya yang tetap setia.<ref name="Douglas"/> |
|||
=== Pertobatan dan Persepuluhan ({{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=3|ayat=7|sampai=12}}) === |
|||
Bagian ini menceritakan mengenai kemurtadan Israel.<ref name="Douglas"/> Sikap ini ditunjukkan dalam persembahan Israel di mana bangsa Israel tidak menyerahkan persepuluhan atau persembahan sebagaimana semestinya.<ref name="Douglas"/> Hal ini berarti bahwa Israel telah merampas apa yang menjadi milik Allah.<ref name="Douglas"/> |
|||
=== Janji Keselamatan Bagi Orang-orang Saleh ({{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=3|ayat=13}}sampai{{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=4|ayat=3}}) === |
|||
Di tengah kesalahan yang dilakukan oleh bangsa Israel, ada beberapa orang yang tetap setia melakukan kehendak Allah.<ref name="Douglas"/> Orang-orang ini mendapat perhatian dari Allah.<ref name="Douglas"/> Allah melindungi mereka pada hari yang telah ia siapkan.<ref name="Douglas"/> Hari penghakiman itu pasti datang dan orang-orang yang takut akan Tuhan akan diselamatkan pada hari itu.<ref name="Douglas"/> |
|||
=== Kesimpulan ({{ayat alkitab|buku=Maleakhi|pasal=4|ayat=4|sampai=6}}) === |
|||
Nubuat mengenai Maleakhi diakhiri dengan sebuah nasehat kepada bangsa Israel.<ref name="Douglas"/> Nasehat ini berisi mengenai peringatan akan taurat-taurat Israel.<ref name="Douglas"/> |
|||
== Muatan Teologis == |
|||
Dalam kitab Maleakhi terdapat banyak pesan-pesan teologis yang dapat diangkat sebagai suatu refleksi dalam kehidupan sehari-hari.<ref name="Schuller">{{en}} Eileen M. Schuller. 1996.The New Interpreter's Bible. Nashville: Abingdon. Hlm 841-877.</ref> |
|||
=== Perceraian === |
|||
Persoalan mengenai perceraian merupakan persoalan yang sering ditemukan baik di luar kekristenan maupun di dalam kekristenan.<ref name="Schuller"/> Persoalan ini juga terdapat dalam kitab Maleakhi.<ref name="Schuller"/> Dalam kitab Maleakhi, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Allah tidak menyukai perceraian.<ref name="Schuller"/> Ia bahkan mengutuk perceraian.<ref name="Schuller"/> Persoalan teologis mengenai perceraian ini merupakan suatu kutipan yang juga ada pada kitab Torah.<ref name="Schuller"/> |
|||
=== Pernikahan === |
|||
Pernikahan dalam kitab Maleakhi dipandang sebagai dimensi yang bersifat komunal.<ref name="Schuller"/> Pernikahan merupakan suatu kerangka dari sebuah komunitas yang menggambarkan hubungan yang fundamental yang didasarkan pada hubungan yang umum antara bapa dengan pencipta.<ref name="Schuller"/> Hal ini juga berarti bahwa keputusan seseorang untuk menikah dengan pasangannya dipengaruhi oleh komunitas di mana ia berada.<ref name="Schuller"/> |
|||
Revisi per 5 April 2011 13.17
Perjanjian Lama (Kristen) | |||||
---|---|---|---|---|---|
|
|||||
Tanakh (Ibrani) | |||||
|
|||||
Perjanjian Baru | |||||
Kitab Malekahi merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang termasuk dalam kitab nabi-nabi kecil.[1] Kitab ini merupakan kitab terakhir dalam Perjanjian lama.[1] Kitab Maleakhi juga menjadi kitab terakhir dari kitab nabi-nabi kecil.[2] Hal ini menyebabkan Maleakhi dianggap sebagai suara yang terakhir di Perjanjian Lama.[1] Kitab ini ditulis oleh seorang yang bernama Maleakhi.[1] Kitab ini juga membahas kembali mengenai Musa dan juga terkait dengan nabi Elia.[2] Konteks mengenai kitab Maleakhi ini bisa dikatakan sama dengan konteks kitab Hagai.[1] Hal ini dikarenakan Maleakhi dan Hagai mempunyai kurun waktu yang dekat.[1]
Latar belakang
Kitab Maleakhi merupakan salah satu kitab yang ditulis setelah masa pembuangan.[1] Beberapa puluh tahun sebelumnya, Nabi Nehemia telah membangun tembok-tembok Yerusalem serta para tawanan sebanyak 50.000 orang pada zaman Zerubabbel dan imam besar Yosuatelah kembali.[1] Dalam kitab ini diperlihatkan bahwa para imam mulai berbuat kejahatan di mata Tuhan seperti melakukan ketidakadilan, bergaul dengan penyembah berhala, dan menolak membayar persepuluhan.[1] Dalam keadaan seperti ini dibutuhkan seorang nabi yang mengingatkan para imam akan kesalahannya.[1] Kitab ini ditulis pada masa kerajaan Persia menggantikan kerajaan Babel pada tahun 539 Sebelum Masehi.[3] Pada masa itu tidak begitu banyak informasi mengenai orang Yahudi selama kurun waktu 515-450 Sebelum Masehi.[3] Pada masa itu, Bait Allah telah dibangun.[3] Pada masa itu kerajaan Persia telah diperintah oleh wali-wali negara.[3] Kepada wali-wali negara inilah para bupati-bupati setempat bertanggung jawab.[3] Hal inilah yang dialami oleh Yudea.[3] Yudea tidak lagi mempunyai bupati sendiri tetapi diatur dari Samaria.[3] Hal ini menyebabkan timbulnya perselisihan antara para pejabat Samaria dengan orang Yahudi.[3] Hal ini dikarenakan pada masa itu orang membangun tembok-tembok di kota mereka sehingga para pejabat Samaria menuduh mereka memberontak.[3] Hubungan bangsa Israel dengan bangsa tetangga pada saat itu tidak telalu baik terutama dengan bangsa Edom dan suku-suku dari bangsa Arab.[1] Latar belakang dari kitab Maleakhi ini merupakan lanjutan dari masa Zakharia dan hagai di mana orang-orang Yahudi telah membangun kembali bait suci mereka.[3]
Penanggalan
Ada banyak tanggal yang ditawarkan dalam kitab Maleakhi yaitu 605-550 Sebelum Masehi, 514-456, atau lebih jauh pada periode Persia.[2] Dugaan kuat bahwa penanggalan dari kitab ini yaitu pada tahun 514-456 Sebelum Masehi.[2] Hal ini dikarenakan penanggalan tersebut sesuai dengan masa di mana pembangunan kuil Zerubabbel selesai dan kedatangan dari Ezra dan Nehemia.[2] Bukti-bukti lain yang menunjuk pada penanggalan tersebut adalah:[2]
- Masalah mengenai perceraian yang muncul dalam kitab Maleakhi merupakan permasalahan yang sama yang dihadapi oleh Ezra maupun Nehemia.[2]
- Bahasa yang dipakai pada saat itu menyerupai bahasa ibrani pada masa pembuangan dan pada masa awal setelah pembuangan.[2]
Kepengarangan
Nama Maleakhi tidak terdapat di tempat lain di Alkitab.[1] Dugaan kuat bahwa nama Maleakhi merupakan singakatan dari nama Malakhiya.[1] Nama ini berarti pesuruh Yahova.[1] Nabi Maleakhi mempunyai sifat yang pemberani dan tidak berkompromi dalam membeberkan dan mencela orang-orang berdosa pada zaman itu.[1] Semangat nabi untuk pertobatan dan pembaharuan bernyala-nyala api.[1]
Isi
Isi dari kitab ini terdiri dari dua bagian.[4] Bagian pertama yaitu Maleakhi 1:{{{ayat}}} dan Maleakhi 2:{{{ayat}}} berkaitan dengan dosa bangsa Israel.[4] Bagian yang kedua yaitu Maleakhi 3:{{{ayat}}} dan Maleakhi 4:{{{ayat}}} berkaitan dengan penghukuman yang akan menimpa orang yang berdosa di atas orang yang telah bertobat.[4]
Ada hubungan antara ayat pembuka dalam pasal 1 dengan awal dari ayat ke 3.[4] Maleakhi merupakan nama nabi.[4] Hal itu memberikan penegasan bahwa ia merupakan seorang pembawa pesan dari Tuhan.[4]
Allah menyatakan kasihnya kepada orang Israel dengan menyatakan bahwa ia memilih Yakub dan menolak Esau.[4] Hal ini juga hendak menunjukkan bahwa Edom akan dihancurkan dengan tidak akan dapat dibangun kembali.[4] Namun, hal itu berbeda dengan Israel yang akan kembali ke tanah perjanjian.[4]
Dalam bagian ini, Maleakhi hendak menggambarkan dosa bangsa Israel yang membangkitkan murka Allah.[4] Allah digambarkan sebagai ayah atas semua orang.[4] Seorang ayah berhak mendapat kehormatan dan kasih sayang.[4] Namun demikian, hal itu tidak ditunjukkan oleh para imam yang menjadi representasi dari umat.[4] Para imam memandang rendah nama Allah.[4] Para imam tidak belajar dari kesalahan yang telah mereka lakukan di masa lampau yang membuat orang Israel jatuh ke dalam pembuangan.[4] Tuduhan kepada Israel dibawa dalam bentuk dialog.[4]
Israel mempunyai seorang ayah yang umum yaitu Allah yang menciptakan bangsa Israel.[4] Hal ini kemudian harus diejawantahkan ke dalam kesatuan.[4] Kesatuan ini kemudian dikotorkan dengan praktek kawin campur dan perceraian.[4] Orang-orang Israel yang melakukan perceraian atau kawin campur dianggap telah mencemarkan nama Allah.[4]
Maleakhi memproklamirkan mengenai kedatangan hari Tuhan dalam pelayanannya.[4] Kedatangan Hari Tuhan ini juga muncul bersama dengan hukuman Allah.[4] Namun demikian, Tuhan juga tetap menjaga janjinya terhadap umat pilihanya yang tetap setia.[4]
Bagian ini menceritakan mengenai kemurtadan Israel.[4] Sikap ini ditunjukkan dalam persembahan Israel di mana bangsa Israel tidak menyerahkan persepuluhan atau persembahan sebagaimana semestinya.[4] Hal ini berarti bahwa Israel telah merampas apa yang menjadi milik Allah.[4]
Di tengah kesalahan yang dilakukan oleh bangsa Israel, ada beberapa orang yang tetap setia melakukan kehendak Allah.[4] Orang-orang ini mendapat perhatian dari Allah.[4] Allah melindungi mereka pada hari yang telah ia siapkan.[4] Hari penghakiman itu pasti datang dan orang-orang yang takut akan Tuhan akan diselamatkan pada hari itu.[4]
Nubuat mengenai Maleakhi diakhiri dengan sebuah nasehat kepada bangsa Israel.[4] Nasehat ini berisi mengenai peringatan akan taurat-taurat Israel.[4]
Muatan Teologis
Dalam kitab Maleakhi terdapat banyak pesan-pesan teologis yang dapat diangkat sebagai suatu refleksi dalam kehidupan sehari-hari.[5]
Perceraian
Persoalan mengenai perceraian merupakan persoalan yang sering ditemukan baik di luar kekristenan maupun di dalam kekristenan.[5] Persoalan ini juga terdapat dalam kitab Maleakhi.[5] Dalam kitab Maleakhi, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Allah tidak menyukai perceraian.[5] Ia bahkan mengutuk perceraian.[5] Persoalan teologis mengenai perceraian ini merupakan suatu kutipan yang juga ada pada kitab Torah.[5]
Pernikahan
Pernikahan dalam kitab Maleakhi dipandang sebagai dimensi yang bersifat komunal.[5] Pernikahan merupakan suatu kerangka dari sebuah komunitas yang menggambarkan hubungan yang fundamental yang didasarkan pada hubungan yang umum antara bapa dengan pencipta.[5] Hal ini juga berarti bahwa keputusan seseorang untuk menikah dengan pasangannya dipengaruhi oleh komunitas di mana ia berada.[5]
Berdasarkan Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Indonesia) Frank M. Boyd. 2006. Kitab nabi-nabi kecil. Jawa timur: Gandum Mas. Hlm 147-168. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Boyd" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ a b c d e f g h (Inggris) David Noel Freedman. 2000. Eerdmans Dictionary of The Bible. Grand Rapids, Michigan: Wm B. Eerdmans. Hlm 848-849.
- ^ a b c d e f g h i j (Indonesia) 1980. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 720-751.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af (Inggris) J.D.Douglas. 1962. New Bible Dictionary. England: Inter-Varsity press. Hlm 1275-1277.
- ^ a b c d e f g h i (Inggris) Eileen M. Schuller. 1996.The New Interpreter's Bible. Nashville: Abingdon. Hlm 841-877.
Lihat pula
Bagian dari Alkitab Kristen | |||||
Perjanjian Lama | |||||
---|---|---|---|---|---|
|
|||||