Lompat ke isi

Kortisol: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ESCa (bicara | kontrib)
k wk
ESCa (bicara | kontrib)
Efek: dev
Baris 63: Baris 63:
}}</ref>
}}</ref>


== Pengaruh pada metabolisme ==
== Efek ==
Hormon kortisol, seperti hormon [[tri-iodotironina|T3]], memiliki efek metabolik terhadap beragam organ dan [[jaringan]] tubuh.<ref>{{en}}{{cite book
Hormon kortisol, seperti hormon [[tri-iodotironina|T3]], memiliki efek metabolik terhadap beragam organ dan [[jaringan]] tubuh, termasuk [[sistem kardiovaskular]], [[sistem saraf pusat]], [[sistem renal]] dan [[sistem fetus]].<ref>{{en}}{{cite book
| title = Endocrinology: An Integrated Approach
| title = Endocrinology: An Integrated Approach
| author = Stephen Nussey; Saffron Whitehead
| author = Stephen Nussey; Saffron Whitehead
Baris 104: Baris 104:


Pada [[jaringan]] [[tulang]], kortisol meredam fungsi [[osteoblas]] hingga menurun pembentukan tulang yang baru. Oleh karena sifat umum glukokortikoid yang menurunkan penyerapan senyawa [[kalsium]] pada [[saluran pencernaan]] dan menurunkan reabsorsi kalsium pada [[ginjal|renal]] ke dalam sistem kardiovaskular dengan sifat diuretik, secara keseluruhan kelebihan kortisol akan mengakibatkan [[osteoporosis]].
Pada [[jaringan]] [[tulang]], kortisol meredam fungsi [[osteoblas]] hingga menurun pembentukan tulang yang baru. Oleh karena sifat umum glukokortikoid yang menurunkan penyerapan senyawa [[kalsium]] pada [[saluran pencernaan]] dan menurunkan reabsorsi kalsium pada [[ginjal|renal]] ke dalam sistem kardiovaskular dengan sifat diuretik, secara keseluruhan kelebihan kortisol akan mengakibatkan [[osteoporosis]].

Pada sistem kardiovaskular, kortisol diperlukan guna mempertahankan [[homeostasis]] [[tekanan darah]] dengan pemeliharaan fungsi miokardial dan respon [[pembuluh darah]] yang menjadi penghubung antara [[pembuluh nadi]] dan [[pembuluh darah kapiler]] terhadap pengaruh [[hormon]] jenis [[katekolamina]] dan [[angiotensin|angiotensin II]].

Sedangkan pada sistem saraf pusat, kortisol dapat mengubah status eksitasi [[neuron]] dan menginduksi [[apoptosis]] khususnya pada sel jaringan [[hipokampus]]. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku dan aspek psikologis individunya, [[depresi]] merupakan hal yang sering dijumpai pada terapi hormon glukokortikoid. Dan penderita depresi tanpa terapi hormon glukokortikoid, juga sering menunjukkan peningkatan dan perubahan pola waktu [[sekresi]] kortisol yang diikutian dengan perubahan [[jam biologis]].


== Rujukan ==
== Rujukan ==

Revisi per 30 April 2011 11.16

Kortisol
Nama sistematis (IUPAC)
(11β)-​11,​17,​21-​trihydroxypregn-​4-​ene-​3,​20-​dione
Data klinis
Kat. kehamilan C
Status hukum Rx Only (U.S.) (excluding 1-2% strength topical)
Rute Oral tablets, intravenously, topical
Pengenal
Nomor CAS 50-23-7
Kode ATC H02AB09 (and others)
PubChem CID 5754
ChemSpider 5551 YaY
UNII WI4X0X7BPJ YaY
KEGG D00088 N
ChEMBL CHEMBL389621 YaY
Data kimia
Rumus C21H30O5 
Massa mol. 362.460
SMILES eMolecules & PubChem
  • InChI=1S/C21H30O5/c1-19-7-5-13(23)9-12(19)3-4-14-15-6-8-21(26,17(25)11-22)20(15,2)10-16(24)18(14)19/h9,14-16,18,22,24,26H,3-8,10-11H2,1-2H3/t14-,15-,16-,18+,19-,20-,21-/m0/s1 YaY
    Key:JYGXADMDTFJGBT-VWUMJDOOSA-N YaY

Kortisol (bahasa Inggris: cortisol, hydrocortisone, 11beta,17alpha,21-trihydroxy-4-pregnene-3,20-dione) adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang umumnya diproduksi oleh sel di dalam zona fasikulata pada kelenjar adrenal[1] sebagai respon terhadap stimulasi hormon ACTH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis, juga merupakan hasil reaksi organik hidrogenasi pada gugus 11-keto[2] molekul hormon kortison yang dikatalis oleh enzim 11β-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 1 yang umumnya disekresi oleh jaringan adiposa.[3] Selain itu, hormon kortisol juga diproduksi oleh hati.[4]

Pengaruh pada metabolisme

Hormon kortisol, seperti hormon T3, memiliki efek metabolik terhadap beragam organ dan jaringan tubuh, termasuk sistem kardiovaskular, sistem saraf pusat, sistem renal dan sistem fetus.[5] Pada prinsipnya, kortisol akan memantik lintasan anabolisme pada hati dan lintasan katabolisme pada jaringan otot dan adiposa guna meningkatkan rasio serum gula darah. Oleh karena itu, seperti hormon pertumbuhan, adrenalin dan glukagon, kortisol dikatakan memiliki sifat diabetogenik, khususnya karena hormon ini meningkatkan produksi glukosa oleh hati melalui metabolisme glukoneogenesis setelah menstimulasi pelepasan asam amino dari jaringan otot yang diperlukan bagi lintasan metabolisme tersebut, namun menghambat kinerja hormon insulin pada transporter GLUT4 yang disekresi sebagai respon meningkatnya rasio serum gula darah.[6]

Kortisol memiliki daya cerap yang sama kuat dengan hormon aldosteron.[7] Konsentrasi hormon kortisol biasanya sekitar 100 kali lebih tinggi daripada hormon aldosteron, namun kortisol jarang berinteraksi dengan pencerap aldosteron, oleh karena kortisol dengan cepat akan bereaksi dengan 11β-hidroksisteroid dehidrogenase (11β-OHSD) tipe 2 menjadi bentuk non aktif yaitu hormon kortison. Saat rasio kortisol jauh melebihi kadar 11β-OHSD, hormon ini akan terikat pada pencerap aldosteron dan menimbulkan efek diuretik.

Pada rongga tubuh dan peritoneum, kortisol menghambat proliferasi fibroblas dan sintesis senyawa interstitial seperti kolagen. Kelebihan glukokortikoid termasuk kortisol dapat mengakibatkan penipisan lapisan kulit dan jaringan penghantar yang menopang pembuluh darah kapiler. Hal ini dapat membuat tubuh menjadi lebih rentan dan mudah cedera.

Pada jaringan tulang, kortisol meredam fungsi osteoblas hingga menurun pembentukan tulang yang baru. Oleh karena sifat umum glukokortikoid yang menurunkan penyerapan senyawa kalsium pada saluran pencernaan dan menurunkan reabsorsi kalsium pada renal ke dalam sistem kardiovaskular dengan sifat diuretik, secara keseluruhan kelebihan kortisol akan mengakibatkan osteoporosis.

Pada sistem kardiovaskular, kortisol diperlukan guna mempertahankan homeostasis tekanan darah dengan pemeliharaan fungsi miokardial dan respon pembuluh darah yang menjadi penghubung antara pembuluh nadi dan pembuluh darah kapiler terhadap pengaruh hormon jenis katekolamina dan angiotensin II.

Sedangkan pada sistem saraf pusat, kortisol dapat mengubah status eksitasi neuron dan menginduksi apoptosis khususnya pada sel jaringan hipokampus. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku dan aspek psikologis individunya, depresi merupakan hal yang sering dijumpai pada terapi hormon glukokortikoid. Dan penderita depresi tanpa terapi hormon glukokortikoid, juga sering menunjukkan peningkatan dan perubahan pola waktu sekresi kortisol yang diikutian dengan perubahan jam biologis.

Rujukan

  1. ^ (Inggris)"Medical Biochemistry Page". Michael W. King. Diakses tanggal 2011-04-28. 
  2. ^ (Inggris)"Cortisol vs. corticosterone". Theophilus Samuels. Diakses tanggal 2011-04-28. 
  3. ^ (Inggris)"Cortisol Release From Adipose Tissue by 11β-Hydroxysteroid Dehydrogenase Type 1 in Humans". Endocrinology Unit, University of Edinburgh, Department of Public Health and Clinical Medicine, Umeå University Hospital, Department of Radiology, Royal Infirmary of Edinburgh, Oxford Centre for Diabetes, Endocrinology, and Metabolism and NIHR Oxford Biomedical Research Centre, University of Oxford, Liver Unit, Royal Infirmary of Edinburgh; Roland H. Stimson, Jonas Andersson, Ruth Andrew, Doris N. Redhead, Fredrik Karpe,4 Peter C. Hayes, Tommy Olsson, Brian R. Walker. Diakses tanggal 2011-04-28. 
  4. ^ (Inggris)"Liver Is the Site of Splanchnic Cortisol Production in Obese Nondiabetic Humans". Division of Endocrinology, Diabetes, Metabolism, and Nutrition, Department of Radiology, Department of Laboratory Medicine and Pathology, Department of Surgery, Mayo Clinic College of Medicine, Global Pharmaceutical Research and Development, Abbott Laboratories; Rita Basu, Ananda Basu, Meagan Grudzien, Paul Jung, Peer Jacobson, Michael Johnson, Ravinder Singh, Michael Sarr, dan Robert A. Rizza1. Diakses tanggal 2011-04-28. In contrast, the liver produced both cortisol (22.7 ± 3.90 μg/min) and D3 cortisol (1.9 ± 0.4 μg/min)... 
  5. ^ (Inggris)Stephen Nussey; Saffron Whitehead (2001). Endocrinology: An Integrated Approach. St. George's Hospital Medical School, London, UK. BIOS Scientific Publishers Ltd. hlm. Chapter 4 The adrenal gland. ISBN 1-85996-252-1. Diakses tanggal 2011-04-28. 
  6. ^ (Inggris)Stephen Nussey; Saffron Whitehead (2001). Endocrinology: An Integrated Approach. St. George's Hospital Medical School, London, UK. BIOS Scientific Publishers Ltd. hlm. Diagram showing the major actions of cortisol on metabolism. ISBN 1-85996-252-1. Diakses tanggal 2011-04-29. 
  7. ^ (Inggris)Stephen Nussey; Saffron Whitehead (2001). Endocrinology: An Integrated Approach. St. George's Hospital Medical School, London, UK. BIOS Scientific Publishers Ltd. hlm. Cortisol and the aldosterone receptor in the kidney. ISBN 1-85996-252-1. Diakses tanggal 2011-04-28.