Lompat ke isi

René Girard: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PT31Isabella (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PT31Isabella (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31: Baris 31:
}}
}}


'''René Girard''' adalah salah seorang pemikir besar dari [[Perancis]] pada abad ke-20.<ref name="Sindhunata">{{id}} Sindhunata. 2007. ''Kambing Hitam: Teori René Girard''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 7-11.</ref> Bidang yang ia kaji dan pengaruh dari pemikirannya amat luas, mulai dari [[antropologi]], [[sastra]], [[psikologi]], [[mitologi]], dan [[teologi]].<ref name="Sindhunata"></ref> Pemikiran Girard yang paling dikenal adalah teori kambing hitam yang menerangkan hubungan antara agama dan kekerasan.<ref name="Sindhunata"></ref> Salah satu pokok pemikirannya adalah bahwa agama [[primitif]] melihat [[kekerasan]] sebagai pengganggu [[stabilitas]] [[sosial]], oleh karena itu perlu dilakukan penebusan.<ref name="Gunton"></ref> Girard berusaha untuk menganalisa sistem ini dan menyimpulkan bahwa saat penebusan terjadi bukan dengan sendirinya menghilangkan pelaku [[kekerasan]], melainkan meng-kambinghitam-kan seseorang atau sesuatu demi suatu komunitas yang melakukan kesalahan.<ref name="Gunton">{{en}} Colin Gunton. 1998. "Atonement". In ''Routledge Encylopedia of Philosophy''. London: Routledge. Hal. 666.</ref> Sistem inilah yang akhirnya melahirkan [[rantai]] [[kekerasan]].<ref name="Gunton"></ref>
'''René Girard''' adalah salah seorang pemikir besar dari [[Perancis]] pada abad ke-20.<ref name="Sindhunata">{{id}} Sindhunata. 2007. ''Kambing Hitam: Teori René Girard''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 7-11.</ref> Bidang yang ia kaji dan pengaruh dari pemikirannya amat luas, mulai dari [[antropologi]], [[sastra]], [[psikologi]], [[mitologi]], dan [[teologi]].<ref name="Sindhunata"></ref> Pemikiran Girard yang paling dikenal adalah teori kambing hitam yang menerangkan hubungan antara agama dan kekerasan.<ref name="Sindhunata"></ref> Salah satu pokok pemikirannya adalah bahwa agama [[primitif]] melihat [[kekerasan]] sebagai pengganggu stabilitas [[sosial]], oleh karena itu perlu dilakukan penebusan.<ref name="Gunton"></ref> Girard berusaha untuk menganalisa sistem ini dan menyimpulkan bahwa saat penebusan terjadi bukan dengan sendirinya menghilangkan pelaku [[kekerasan]], melainkan meng-kambinghitam-kan seseorang atau sesuatu demi suatu komunitas yang melakukan kesalahan.<ref name="Gunton">{{en}} Colin Gunton. 1998. "Atonement". In ''Routledge Encylopedia of Philosophy''. London: Routledge. Hal. 666.</ref> Sistem inilah yang akhirnya melahirkan rantai [[kekerasan]].<ref name="Gunton"></ref>


==Riwayat Hidup==
==Riwayat Hidup==

Revisi per 6 Mei 2011 11.23

René Girard
René Girard tahun 2007
Lahir25 Desember 1923
Avignon
Tempat tinggalStanford, California (United States)
AlmamaterIndiana University
Dikenal atasRené Girard#hasrat mimesis
kambing hitam yaitu mekanisme pengurbanan dan juga merupakan fondasi kebudayaan manusia
Karier ilmiah
InstitusiDuke University, Bryn Mawr College, Johns Hopkins University, State University of New York at Buffalo, Stanford University

René Girard adalah salah seorang pemikir besar dari Perancis pada abad ke-20.[1] Bidang yang ia kaji dan pengaruh dari pemikirannya amat luas, mulai dari antropologi, sastra, psikologi, mitologi, dan teologi.[1] Pemikiran Girard yang paling dikenal adalah teori kambing hitam yang menerangkan hubungan antara agama dan kekerasan.[1] Salah satu pokok pemikirannya adalah bahwa agama primitif melihat kekerasan sebagai pengganggu stabilitas sosial, oleh karena itu perlu dilakukan penebusan.[2] Girard berusaha untuk menganalisa sistem ini dan menyimpulkan bahwa saat penebusan terjadi bukan dengan sendirinya menghilangkan pelaku kekerasan, melainkan meng-kambinghitam-kan seseorang atau sesuatu demi suatu komunitas yang melakukan kesalahan.[2] Sistem inilah yang akhirnya melahirkan rantai kekerasan.[2]

Riwayat Hidup

René Girard lahir di Avignon pada tanggal 25 Desember 1923.[1] Ia lahir dalam keluarga Katolik, namun tidak terlalu acuh terhadap kehidupan keagamaan.[1] Di masa mudanya, Girard lebih tertarik pada politik.[1] Pada tahun 1947, ia meninggalkan Prancis dan pergi ke Amerika Serikat.[1] Di sana, Girard menjadi guru besar dalam bidang sastra di Universitas John Hopkins.[1]

Girard mulai tertarik untuk beragama pada tahun 1959 setelah menulis buku pertamanya yaitu tentang lima novelis besar dunia: Cervantes, Flaubert, Stendhal, Proust,dan Dostojevsky.[1] Bersamaan dengan masuknya Girard ke dalam kehidupan agama Katolik, lahirlah teori kambing hitam yang menjadi ciri khasnya.[1] Teori tersebut mulai terkenal pada tahun 1980-an.[1] Pemikiran Girard dipengaruhi oleh Jacques Derrida.[1] Teori kambing hitamnya secara khusus juga dipengaruhi oleh pandangan Derrida.[1] Tahun 1980 hingga masa pensiunnya di tahun 1995, Girard menjadi guru besar bahasa, sastra, dan kebudayaan Perancis di Universitas Stanford.[1]

Pemikiran

Rene Girard dianggap sebagai satu-satunya pemikir pada saat ini hidup dengan sebuah visi yaitu membuat sebuah teori yang dapat menjelaskan segala sesuatu.[3]

Mimesis atau Peniruan

Pada buku pertamanya yang berjudul Deceit, Desire and The Novel (1961), ia menyatakan bahwa kita meniru apa yang kita inginkan dari orang lain. [4] Proses peniruan ini disebut mimesis.[4] Mimesis ada di dalam diri setiap manusia sehingga proses peniruan ini juga menjadi proses terciptanya budaya.[4] Secara sistematis, Mimesis terjadi karena kita menjadikan orang lain sebagai model.[4] Hubungan yang terjadi antara diri kita dengan apa yang kita inginkan dan antara orang lain dengan apa yang ia dan juga kita inginkan membuat hubungan yang terjadi tidak di dalam relasi eksklusif.[4] Oleh karena itu relasi ini dapat digolongkan sebagai hubungan antara subyek, obyek, dan mediator.[4]

Girard memberi contoh mimesis melalui legenda-legenda yang sudah kita kenal.[4] Pada legenda-legenda yang mengisahkan persaingan biasanya yang menjadi obyek adalah ketenaran dan jabatan.[4] Misalnya cerita kakak beradik, Romulus dan Remus.[4] Mereka bersaing bahkan melalui jalan kekerasan.[4] Kisah Kain dan Habel juga memiliki kesamaan, bedanya roh Habel diberi kesempatan untuk “bersuara” lewat tangisannya. Dengan kata lain korban diberikan hak untuk bersuara.[4]

Kambing Hitam

Istilah kambing hitam diambil dalam Perjanjian Lama.[4] Kambing hitam yang disebut azazel itu menjadi korban bagi dosa kolektif. Mekanisme kambing hitam adalah mekanisme yang menyembunyikan kekerasan yang nyata. Saat mekanisme ini terjadi seolah penyebab kekerasan adalah kambing hitam itu, bukan masyarakat.[1] Di satu pihak agama seolah menipu karena menyembunyikan kenyataan yang sesungguhnya, namun di lain pihak agama memang harus melakukan hal ini.[1] Jika agama tidak menyembunyikan hal ini maka tidak akan tercipta ketentraman.[1] Kambing hitam ini pada dirinya tidak bersalah namun dikorbankan demi menanggung kesalahan masyarakat.[1] Misalnya sesuai dengan madah Hamba Yahwe yang terdapat dalam kitab Perjanjian Lama. Di dalam kisah Ayub juga Ayub membandingkan dirinya dengan teman-temannya dan mendefinisikan dirinya sebagai kambing hitam dari para kambing hitam.[5] Ia merasa menjadi korban dari semua orang, kambing hitam dari para kambing hitam, korban dari para korban.[5]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r (Indonesia) Sindhunata. 2007. Kambing Hitam: Teori René Girard. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 7-11.
  2. ^ a b c (Inggris) Colin Gunton. 1998. "Atonement". In Routledge Encylopedia of Philosophy. London: Routledge. Hal. 666.
  3. ^ (Indonesia) Joas Adiprasetya. 2010. Berdamai dengan salib: Membedah Ioanes Rakhmat dan Menyapa Umat. Jakarta: Grafika Kreasindo. 54
  4. ^ a b c d e f g h i j k l (Inggris) Andrew Marr. Violence and The Kingdom of God. Anglican Theological review, 590-595
  5. ^ a b (Indonesia) Rene Girard. 2003. terj. Ayub, Korban Masyarakatnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 7