Lompat ke isi

Rokoko: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Sanko (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Sanko (bicara | kontrib)
Baris 27: Baris 27:


Gaya Rokoko menyenangkan karena asimetris, sebuah citarasa baru untuk gaya Eropa. Praktek ini menjadikan elemen-elemen dibuat tak seimbang untuk memberi efek yang disebut ''contraste''.
Gaya Rokoko menyenangkan karena asimetris, sebuah citarasa baru untuk gaya Eropa. Praktek ini menjadikan elemen-elemen dibuat tak seimbang untuk memberi efek yang disebut ''contraste''.
<!--
During the Rococo period, furniture was lighthearted, physically and visually. The idea of furniture had evolved to a symbol of status and took on a role in comfort and versatility. Furniture could be easily moved around for gatherings, and many specialized forms came to be such as the fauteuil chair, the voyeuse chair, and the berger en gondola. Changes in design of these chairs ranges from cushioned detached arms, lengthening of the cushioned back (also known as "hammerhead") and a loose seat cushion. Furniture was also freestanding, instead of being anchored by the wall, to accentuate the lighthearted atmosphere and versatility of each piece. Mahogany was widely used in furniture construction due to its strength, resulting in the absence of the stretcher as seen on many chairs of the time. Also, the use of mirrors hung above mantels became ever more popular in light of the development of unblemished glass.


Selama periode Rokoko, perabotan menjadi ringan baik secara fisik maupun visual. Ide mengenai perabotan berubah menjadi simbol status dan mengambil peran kenyamanan dan fleksibilitas. Perabotan menjadi mudah dipindahkan untuk pertemuan misalnya, dan bentuk-bentuk khusus bermunculan seperti kursi sofa (''fauteuil''), kursi berbantal (''voyeuse chair''), dan kursi jenis [[bergère]]. Perubahan rancangan kursi-kursi ini bervariasi dari model bantalan lengan terpisah, perpanjangan bantalan belakang (dikenal juga dengan istilah ''hammerhead'') dan model bantal lepasan. Perabotan juga berdiri sendiri, dimana sebelumnya menyatu ke dinding, untuk mengesankan atmosfir ringan dan fleksibilitas dari tiap jenis perabot. Kayu mahogani banyak digunakan untuk membuat konstruksi perabotan karena kekuatannya, mengakibatkan hilangnya bagian penguat seperti yang terlihat pada banyak jenis kursi pada masa itu. Juga penggunaan cermin yang digantung di atas perabotan dinding menjadi makin populer seiring dengan perkembangan kaca berlapis untuk cermin.
In a full-blown Rococo design, like the ''Table d'appartement'' (ca. 1730), by German designer J. A. Meissonnier, working in Paris (''illustration, below''), any reference to tectonic form is gone: even the marble slab top is shaped. Apron, legs, stretcher have all been seamlessly integrated into a flow of opposed c-scrolls and "rocaille." The knot (''noeud'') of the stretcher shows the asymmetrical "contraste" that was a Rococo innovation.


[[Image:JAMeissonnierTable.jpg|thumb|left|Design for a table by Juste-Aurèle Meissonnier, Paris ''ca'' 1730]]
[[Image:JAMeissonnierTable.jpg|thumb|left|Rancangan meja oleh Juste-Aurèle Meissonnier, Paris sekitar tahun 1730]]
Pada rancangan penuh Rokoko, seperti ''Table d'appartement'' (sekitar 1730) oleh perancang Jerman J. A. Meissonnier (''lihat gambar''), yang bekerja di Paris, segala pengaruh bentuk masif hilang: bahkan permukaan marmer pun dibentuk. Celemek, kaki-kaki, penopang semuanya dirancang menyatu kedalam bentukan lengkung-c dan "rocaille" (bentuk susunan bebatuan). Simpul (''noeud'') penopang diperlihatkan asimetris secara menyolok ("contraste") dan itulah inovasi Rokoko.
<!--
Most widely admired and displayed in the "minor" and decorative arts its detractors claimed that its tendency to depart from or obscure traditionally recognised forms and structures rendered it unsuitable for larger scale projects and disqualified it as a fully architectural style.
Most widely admired and displayed in the "minor" and decorative arts its detractors claimed that its tendency to depart from or obscure traditionally recognised forms and structures rendered it unsuitable for larger scale projects and disqualified it as a fully architectural style.



Revisi per 2 Juni 2011 02.52

Sepasang kekasih dari porselen Nymphenburg, sekitar 1760, dibuat oleh Franz Anton Bustelli
Karya Rokoko Basilika di Ottobeuren (Bavaria): ruang arsitektural mengalir bersama kehangatan kehidupan

Rokoko (juga ditulis dalam bahasa-bahasa Eropa rococo atau roccoco; diucapkan [rəˈkoʊkoʊ], [roʊkəˈkoʊ]) juga berarti "Barok Akhir" ("Late Baroque") adalah gaya abad 18 yang berkembang ketika seniman Barok meninggalkan gaya simetris dan mulai menambahkan bunga, tanaman dan permainan lainnya. Ruang-ruang rokoko dirancang sebagai karya seni total dengan perabotan elegan bermotif bunga dan tanaman, patung-patung kecil, cermin penuh ornamen, dan permadani melengkapi arsitektur, relief, dan cat dinding penuh warna. Gaya ini banyak digantikan oleh gaya Neoklasik. Tahun 1835 pada Dictionary of the French Academy menuliskan kata Rococo "biasanya meliputi jenis ornamen, gaya dan desain yang berhubungan dengan pemerintahan Louis XV dan awal dari Louis XVI". Termasuk didalamnya, segala jenis karya seni yang dibuat pada pertengahan abad 18 di Perancis.

Kata Rokoko berasal dari kombinasai kata Perancis rocaille, yang artinya batu, dan coquilles, yang artinya kerang, karena keterikatan dengan benda-benda asal motif dekorasinya.[1] Istilah Rokoko juga bisa diartikan sebagai kombinasi kata "barocco" (bentuk teratur dari mutiara, kemungkinan berasal dari kata "baroque") dan kata Perancis "rocaille" (bentuk populer dari ornamen taman dan interior menggunakan kerang dan kerikil hias), dan juga bisa dipakai untuk menjelaskan gaya yang halus dan indah yang menjadi mode di Eropa selama abad ke-18.[2] Karena gaya Rokoko suka dan fokus pada seni dekoratif, beberapa kritikus menggunakan istilah ini untuk merendahkan secara tidak langsung bahwa gaya itu sembrono atau sekedar modis saja. Ketika istilah ini mulai digunakan di Inggris pada sekitar tahun 1836, ini menjadi ucapan sehari-hari yang artinya "ketinggalan zaman". Faktanya, gaya ini menerima kritik keras, dan bagi sebagian orang sebagi sesuatu yang dangkal dan berselera rendah,[3][4] dan sejak pertengahan abad 19, istilah ini diterima oleh para ahli sejarah seni. Meskipun demikian masih ada debat masalah pengaruh sejarah dari seni ini secara umum, Rokoko kini dikenal luas sebagai periode besar dalam perkembangan seni Eropa.

Perkembangan sejarah

Rokoko berkembang awal dari seni dekoratif rancangan interior. Suksesi Louis XIV membawa perubahan pada lingkungan seniman dan gaya umum kesenian. Pada akhir masa pemerintahan panjang raja, rancangan bernuansa Barok memberikan elemen-elemen yang lebih ringan degan banyak lengkung dan pola-pola alami. Elemen-elemen ini terlihat jelas pada rancangan arsitektural Nicolas Pineau. Selama masa Régence, gaya kehidupan istana berpindah dari Istana Versailles dan perubahan artistik ini menjadi mapan, pertama di lingkungan istana dan kemudian ke seluruh kehidupan tingkat tinggi Perancis. Kenikmatan dan suasana menyenangkan rancangan Rokoko seiring dengan ekses pemerintahan Louis XV.[5]

Tahun 1730-an menampilkan perkembangan puncak dari Rokoko di Perancis. Gaya ini menyebar diantara rancangan arsitektur dan perabotan sampai ke lukisan dan patung, diperlihatkan pada karya-karya Antoine Watteau dan François Boucher. Rokoko masih memelihara citarasa Barok untuk bentuk-bentuk yang kompleks dan motif yang rumit, namun dari titi ini, mulai menggabungkan variasi karakteristik, termasuk gaya rancagan Oriental dan komposisi asimetris.

Gaya Rokoko menyebar bersama seniman-seniman Perancis dan publikasi karya-karyanya. Kemudian segera diterima sebagian Katolik di Jerman, Bohemia, dan Austria, dimana ia menyatu dengan tradisi kehidupan Barok Jerman. Rokoko Jerman dipergunakan dengan antusias untuk gereja-gereja dan istana-istana, umumnya di daerah selatan, sementara Rokoko Frederisian berkembang di Kerajaan Prusia. Arsitek-arsitek sering menambahkan ornamen interior mereka dengan awan-awan dari semen halus putih. Di Italia, gaya Barok akhir dari Borromini dan Guarini memberikan sentuhan Rokoko di Turin, Venesia, Naples dan Sisilia, sementara seni-seni di Toscana dan Roma tetap setia dengan gaya Barok.

François Boucher, Le Déjeuner, (1739, Louvre), menunjukkan interior rocaille dari keluarga borjuis Perancis di abad 18. Patung-patung porselen dan vas memberi sentuhan tambahan chinoiserie.

Di Britania Raya, Rokoko selalu dianggap sebagai "citarasa Perancis" dan tidak pernah diadopsi sebagai gaya arsitektural, meskipun pengaruhnya sangat kuat terasa pada produksi perak, porselen, dan sutra, dan Thomas Chippendale merubah rancangan perabotan Inggris melalui adaptasi dan penghalusan gaya Rokoko. William Hogarth juga membantu mengembangkan dasar teoritis keindahan Rokoko. Meski tidak secara khusus memberi penekanan pada perubahan gaya itu, ia berpendapat pada Analysis of Beauty (Analisa Keindahan) (1753) bahwa garis-garis bergelombang dan lengkungan S yang terkandung di gaya Rokoko adalah dasar dari rahmat dan keindahan alam (tidak seperti garis lurus atau lingkaran pada Klasisisme). Perkembangan Rokoko di Britania Raya dianggap terkait dengan Kebangkitan Gotik dengan keterkaitan pada arsitektur Gotik di awal abad ke-18.

Dimulainya masa akhir Rokoko datang pada awal tahun 1760-an ketika tokoh seperti Voltaire dan Jacques-François Blondel mulai menyuarakan kritik terhadap pendangkalan dan degenerasi seni. Blondel mencela dengan menyebut "kekonyolan dalam campur aduk antara kerang-kerangan, naga-naga, buluh-buluh, pohon-pohon kelapa dan tanaman-tanaman" di interior kontemporer.[6]

Sejak 1785, Rokoko telah habis masanya di Perancis, digantikan oleh tatanan dan keseriusan seniman-seniman Neoklasik seperti Jacques Louis David. Di Jerman, akhir abad ke-18 Rokoko ditertawakan sebagai Zopf und Perücke ("rambut kepang dan rambut palsu"), dan fase ini kadang disebut sebagai Zopfstil. Rokoko tetap populer di beberapa provinsi dan di Italia, sampai fase kedua neoklasisisme, "Gaya kekaisaran", tiba dengan pemerintahan Napoleon dan Rokoko tersingkirkan.

Terdapat pembaruan ketertarikan pada gaya Rokoko antara tahun 1820 dan 1870. Inggris termasuk yang mengawali kebangkitan "gaya Louis XIV" sebagai sebutan salah pada awalnya, serta membayar harga-harga yang melambung tinggi terhadap barang-barang bekas mewah Rokoko yang bisa diperoleh di Paris. Namun seniman yang menonjol seperti Delacroix dan pelanggannya seperti Eugénie de Montijo juga membangkitkan kembali nilai-nilai agung dan menyenangkan dari seni dan rancangan Rokoko.

Rokoko pada gaya artistik berbeda

Obyek perabotan dan dekorasi

Cermin Rokoko dan pekerjaan plesteran di Schloss Ludwigsburg menampilkan karakter serta cara penggabungan material dan bentuk yang anti-arsitektural

Tema-tema rancangan ringan dan rumit dari Rokoko muncul sangat baik dan dalam skala yang lebih intim dibanding arsitektur Barok dan patung-patungnya yang terkesan memaksa. Tidak mengherankan jika karya seni Rokoko Perancis kemudian mengisi rumah-rumah. Produk logam, patung-patung porselen dan khususnya perabotan berkembang dan diminati dalam golongan orang kaya Perancis untuk menghiasi rumah-rumah mereka dalam gaya yang baru.

Gaya Rokoko menyenangkan karena asimetris, sebuah citarasa baru untuk gaya Eropa. Praktek ini menjadikan elemen-elemen dibuat tak seimbang untuk memberi efek yang disebut contraste.

Selama periode Rokoko, perabotan menjadi ringan baik secara fisik maupun visual. Ide mengenai perabotan berubah menjadi simbol status dan mengambil peran kenyamanan dan fleksibilitas. Perabotan menjadi mudah dipindahkan untuk pertemuan misalnya, dan bentuk-bentuk khusus bermunculan seperti kursi sofa (fauteuil), kursi berbantal (voyeuse chair), dan kursi jenis bergère. Perubahan rancangan kursi-kursi ini bervariasi dari model bantalan lengan terpisah, perpanjangan bantalan belakang (dikenal juga dengan istilah hammerhead) dan model bantal lepasan. Perabotan juga berdiri sendiri, dimana sebelumnya menyatu ke dinding, untuk mengesankan atmosfir ringan dan fleksibilitas dari tiap jenis perabot. Kayu mahogani banyak digunakan untuk membuat konstruksi perabotan karena kekuatannya, mengakibatkan hilangnya bagian penguat seperti yang terlihat pada banyak jenis kursi pada masa itu. Juga penggunaan cermin yang digantung di atas perabotan dinding menjadi makin populer seiring dengan perkembangan kaca berlapis untuk cermin.

Rancangan meja oleh Juste-Aurèle Meissonnier, Paris sekitar tahun 1730

Pada rancangan penuh Rokoko, seperti Table d'appartement (sekitar 1730) oleh perancang Jerman J. A. Meissonnier (lihat gambar), yang bekerja di Paris, segala pengaruh bentuk masif hilang: bahkan permukaan marmer pun dibentuk. Celemek, kaki-kaki, penopang semuanya dirancang menyatu kedalam bentukan lengkung-c dan "rocaille" (bentuk susunan bebatuan). Simpul (noeud) penopang diperlihatkan asimetris secara menyolok ("contraste") dan itulah inovasi Rokoko.

Galeri

Catatan

  1. ^ (Inggris) Monique Wagner, From Gaul to De Gaulle: An Outline of French Civilization. Peter Lang, 2005, pp. 139. ISBN 0-8204-2277-0
  2. ^ (Inggris) Marilyn Stokstad, ed. Art History. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall, 2005. Print.
  3. ^ (Inggris) Ancien Regime Rococo. Bc.edu. Diakses pada 2011-05-29.
  4. ^ (Inggris) Rococo – Rococo Art. Huntfor.com. Diakses pada 2011-05-29.
  5. ^ (Inggris) Kleiner, Fred (2010). Gardner's art through the ages: the western perspective. Cengage Learning. hlm. 583–584. ISBN 9780495573555. Diakses tanggal 21 February 2011. 
  6. ^ [1] Diakses 2 Juni 2011

Referensi

  • (Inggris) Edmond and Jules de Goncourt. French Eighteenth-Century Painters. Cornell Paperbacks, 1981. ISBN 0-8014-9218-1.
  • (Inggris) Marilyn Stokstad, ed. Art History. 3rd ed. New Jersey: Prentice Hall, 2005. Print.

Bacaan selanjutnya

  • (Inggris) Kimball, Fiske (1980). The Creation of the Rococo Decorative Syle. New York: Dover Publications. ISBN 0-486-23989-6. 
  • (Inggris) Arno Schönberger and Halldor Soehner, 1960. The Age of Rococo Published in the US as The Rococo Age: Art and Civilization of the 18th Century (Originally published in German, 1959).
  • (Inggris) Levey, Michael (1980). Painting in Eighteenth-Century Venice. Ithaca: Cornell University Press. ISBN 0-8014-1331-1. 
  • (Inggris) Kelemen, Pál (1967). Baroque and Rococo in Latin America. New York: Dover Publications. ISBN 0-486-21698-5. 

Pranala luar

Templat:Link FA