I kara: Perbedaan antara revisi
M. Adiputra (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
M. Adiputra (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 6: | Baris 6: | ||
| Aksara = Bali |
| Aksara = Bali |
||
| Warga = talawya |
| Warga = talawya |
||
| IAST = I |
|||
| Unicode = 1B07 |
|||
}} |
}} |
||
'''I kara''' adalah salah satu aksara swara (huruf [[vokal]]) dalam sistem penulisan [[aksara Bali]]. Aksara ini melambangkan bunyi /i/, sama halnya seperti aksara '''इ''' (i) dalam [[aksara Dewanagari]], huruf [[I]] dalam [[huruf Latin|alfabet Latin]], atau huruf [[iota]] (ι) dalam [[huruf Yunani|alfabet Yunani]]. Jika dialihaksarakan dari aksara Bali ke huruf Latin, maka I kara ditulis "I". |
'''I kara''' adalah salah satu aksara swara (huruf [[vokal]]) dalam sistem penulisan [[aksara Bali]]. Aksara ini melambangkan bunyi /i/, sama halnya seperti aksara '''इ''' (i) dalam [[aksara Dewanagari]], huruf [[I]] dalam [[huruf Latin|alfabet Latin]], atau huruf [[iota]] (ι) dalam [[huruf Yunani|alfabet Yunani]]. Jika dialihaksarakan dari aksara Bali ke huruf Latin, maka I kara ditulis "I". |
||
Baris 36: | Baris 38: | ||
== I kara dirgha == |
== I kara dirgha == |
||
{{AksaraBali infobox |
|||
| Image = Bali I-Kara Dirgha.png |
|||
⚫ | I kara yang melambangkan bunyi /i/ panjang (/iː/) disebut I kara dirgha (I panjang; secara [[harfiah]], ''dirgha'' berarti panjang) atau I kara matedung (I kara tedung). Bentuknya merupakan gabungan antara [[tedung]] dengan I kara biasa (I kara hrasua atau I kara berbunyi pendek). Bila I kara dirgha dialihaksarakan ke dalam [[huruf Latin]], maka ditulis "ī" |
||
| Nama = I kara |
|||
| Latin = I |
|||
| Fonem = [iː] |
|||
| Aksara = Bali |
|||
| Warga = talawya |
|||
| IAST = Ī |
|||
| Unicode = 1B08 |
|||
}} |
|||
⚫ | I kara yang melambangkan bunyi /i/ panjang (/iː/) disebut I kara dirgha (I panjang; secara [[harfiah]], ''dirgha'' berarti panjang) atau I kara matedung (I kara tedung). Bentuknya merupakan gabungan antara [[tedung]] dengan I kara biasa (I kara hrasua atau I kara berbunyi pendek). Bila I kara dirgha dialihaksarakan ke dalam [[huruf Latin]], maka ditulis "ī" menurut [[IAST]]. |
||
Namun dalam percakapan berbahasa Bali pada zaman sekarang, pengucapan suara /iː/ ("i" panjang) dengan /i/ ("i" pendek) sudah jarang dibedakan lagi. Dengan kata lain, pengucapannya disamakan, seolah-olah suara panjang dan pendek tidak ada bedanya.<ref> Tinggen, hal. 7.</ref> Namun apabila menulis [[lontar]], [[kidung]], dan [[mantra|mantra-mantra]], aturan mengenai suara panjang dan pendek masih tetap diperhatikan, dan pada saat itulah I kara dirgha digunakan. |
Namun dalam percakapan berbahasa Bali pada zaman sekarang, pengucapan suara /iː/ ("i" panjang) dengan /i/ ("i" pendek) sudah jarang dibedakan lagi. Dengan kata lain, pengucapannya disamakan, seolah-olah suara panjang dan pendek tidak ada bedanya.<ref> Tinggen, hal. 7.</ref> Namun apabila menulis [[lontar]], [[kidung]], dan [[mantra|mantra-mantra]], aturan mengenai suara panjang dan pendek masih tetap diperhatikan, dan pada saat itulah I kara dirgha digunakan. |
||
Baris 55: | Baris 66: | ||
{{aksara bali}} |
{{aksara bali}} |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Huruf Bali]] |
||
[[Kategori:Huruf vokal]] |
Revisi per 30 Juli 2011 02.43
I kara | |
Aksara Bali | |
Huruf Latin | I |
---|---|
IAST | I |
Fonem | [i] |
Unicode | U+1B07 , U+ |
Warga aksara | talawya |
I kara adalah salah satu aksara swara (huruf vokal) dalam sistem penulisan aksara Bali. Aksara ini melambangkan bunyi /i/, sama halnya seperti aksara इ (i) dalam aksara Dewanagari, huruf I dalam alfabet Latin, atau huruf iota (ι) dalam alfabet Yunani. Jika dialihaksarakan dari aksara Bali ke huruf Latin, maka I kara ditulis "I".
Bentuk
Bentuk huruf I dalam aksara Bali dipengaruhi oleh aksara Jawa, meskipun keduanya berbeda. Bentuk I pendek dalam aksara Bali menyerupai I panjang dalam aksara Jawa.
Aksara Jawa | Aksara Bali |
---|---|
I pendek | |
I panjang | |
Penggunaan
I kara hanya digunakan apabila menulis bahasa non-Bali[1] (contohnya bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno) dengan menggunakan aksara Bali, atau untuk menulis kata serapan dari bahasa non-Bali dengan menggunakan aksara Bali. Selain itu, digunakan apabila bunyi /i/ bukan peluluhan dari bunyi /hi/.
I kara tidak digunakan apabila menulis kata-kata yang memang berasal dari bahasa Bali, atau bukan bahasa Bali yang diserap dari bahasa non-Bali. Contoh: ikuh, ibi, icang, inguh, dll. Sebagai penggantinya, dianjurkan memakai aksara Ha yang dapat dibubuhi oleh tanda wulu.
I kara dirgha
I kara | |
Aksara Bali | |
Huruf Latin | I |
---|---|
IAST | Ī |
Fonem | [iː] |
Unicode | U+1B08 , U+ |
Warga aksara | talawya |
I kara yang melambangkan bunyi /i/ panjang (/iː/) disebut I kara dirgha (I panjang; secara harfiah, dirgha berarti panjang) atau I kara matedung (I kara tedung). Bentuknya merupakan gabungan antara tedung dengan I kara biasa (I kara hrasua atau I kara berbunyi pendek). Bila I kara dirgha dialihaksarakan ke dalam huruf Latin, maka ditulis "ī" menurut IAST.
Namun dalam percakapan berbahasa Bali pada zaman sekarang, pengucapan suara /iː/ ("i" panjang) dengan /i/ ("i" pendek) sudah jarang dibedakan lagi. Dengan kata lain, pengucapannya disamakan, seolah-olah suara panjang dan pendek tidak ada bedanya.[2] Namun apabila menulis lontar, kidung, dan mantra-mantra, aturan mengenai suara panjang dan pendek masih tetap diperhatikan, dan pada saat itulah I kara dirgha digunakan.
Lihat pula
Catatan kaki
Referensi
- Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
- Simpen, I Wayan. Pasang Aksara Bali. Diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Tingkat I Bali.