Lompat ke isi

KPH.Suryakusuma: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ranggajaya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Ranggajaya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 36: Baris 36:
{{indo-bio-stub}}
{{indo-bio-stub}}


[[Kategori:Mangkunegaran]]
[[Kategori:Istana Mangkunegaran]]

Revisi per 2 Oktober 2011 14.37

KPH. Suryakusuma terlahir dengan nama kecil BRM. Samekto pada tanggal 9 Oktober 1873 adalah putera pertama dari permaisuri KGPAA Mangkunegara V yang notabene adalah kakak dari RMA. Suryasuparta. Keberadaannya sebagai seorang Pangeran yang memiliki hak waris terhadap tahta Mangkunegaran menjadi pekerjaan rumah yang misterius berhubung segala hal yang bersangkut paut dengan kedudukannya sebagai pewaris tahta tidak ditemukan dalam literatur secara memadai. Ketika KGPAA Mangkunegara V wafat, KPH. Suryakusuma berusia 23 tahun, suatu usia yang tidak dibilang sebagai remaja lagi.

Sebagai cucu dari KGPAA Mangkunegara IV, KPH Suryakusuma selalu mengikuti kakeknya sewaktu KGPAA Mangkunegara IV memberikan ajaran-ajarannya.

Pewaris Tahta Kerajaan

Tidak adanya literatur yang secara umum diketahui apalagi dicetak menjadikan sesuatu yang ditengarai sebagai suatu kemisteriusan lambat laun mengemuka di areal publik. Perebutan, pergeseran dan pelenyapan para pesaing serius dalam blantika kekuasaan Jawa sebenarnya sudah bukan barang baru karena sudah menajdi rahasia umum yang mengharuskan masyarakat untuk berdiam menerima apa adanya segala informasi yang datang dari kelas penguasa. Para kelas penguasa pada sisi tataran tertentu memang membutuhkan dukungan dan legitimasi bagi jabatan dan kekuasaan yang dipegangnya dan untuk hal ini mereka dengan tangkas dan lihay melakukan intervensi dan hegemoni terhadap wacana dalam masyarakat beserta manipulasinya aneka informasi.

Dalam beberapa literatur yang beredar sebagai journal atau berita dalam media cetak, sepeninggal kematian Mangkunegara Vyang misterius, sang raja digantikan oleh adiknya menjadi Mangkunegara VI. Keterangan dari juru kunci Astana Nayu yang sempat beredar di media cetak bahwa putera mahkota meninggal semasa kecil,mungkin dapat dipahami karena keterbatasan informasi namun informasi ini tidak menutup kemungkinan adanya salah pahamdan pengetahuan yang serba terbatas yang berimbas menjadi suatu keyakinan yang dianggap benar.

Hubungan Mangkunegara VI dengan putera putera kakaknya sedikit banyak dapat dilihat dari kesaksian Partini putri sulung Mangkunegara VIIyang lahir di istanaMangkunegaran. Kalau hubungan antara paman dan keponakan tidak harmonis, secara logika dapat dipastikan bahwa yang berkaitan dengan keponakannya pasti dikenakan larangan.Kenyataan adalah lain.

Gelar Pangeran

Sebagai sebuah nama yang melengkapi gelar bangsawan dalam kedudukannya, Suryakusuma merupakan nama yang pernah dipergunakan oleh para leluhur Mangkunegaran seperti; Amangkurat IV, Mangkunegara I, Pangeran Arya Mangkunegara yang kesemuanya menunjukan suatu penjenjangan bagi yang bersangkutan untuk menjadi Raja.

Sebagai putera laki laki yang sulung dari Mangkunegara V, KPH. Suryakusuma sewaktu ayahandanya meninggal belum menjadi Pangeran Prangwadana atau putra mahkota.Sebagaimana biasanya sebagai calon penerus Prangwadana, KPH. Suryakusuma dikirim ke negeri Belanda untuk belajar bersamaan dengan misi kesenian, sebagai calon penerus trah Mangkunegaran, KPH Suryakusuma menggemari hal yang berhubungan dengan sejarah dan kebudayaan. Di Belanda, beliau bertemu dengan wanita Belanda, Catharina Bertha yang akhirnya menjadi istri Beliau.

Kontroversi Tahta Adipati

Bergesernya tahta Adipati dari Mangkunegara V ke Mangkunegara VI adalah pekerjaan rumah publik yang tetap menyimpan suatu misteri. Seolah olah riwayat pergantian Mangkunegara III ke Mangkunegara IV menjadi terulang kembali. Keduanya kakak beradik dengan perbedaan kalau yang pertama adalah kakak beradik kandung sedang yang kedua belakangan adalah kakak beradik sepupu.

Keberadaan kakak beradik dalam suatu kerajaan pada akhir abad 18 menjadi suatu fenomena yang lepas dari pantauan padahal disini sebenarnya dapat dicermati dengan seksama bahwa faktor Belanda yang bermain ditengah tengah kemelut kekuasaan dan politik Jawa tidak bisa ditinggalkan begitu saja.Di Kasunanan, Kasultanan dan di Mangkunegaran trend kakak beradik silih berganti memegang pemerintahan mulai muncul dipermukaan.

Aktivitas Pergerakan

Sebagai putera tertua Mangkunegara V, ayahnya mengirimkannya untuk belajar di negeri Belanda bersamaan dengan pengiriman duta kesenian ke negeri Kincir Angin.


Referensi