Lompat ke isi

Bahder Djohan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24: Baris 24:
|spouse = Siti Zairi
|spouse = Siti Zairi
|children = Ilya Waleida
|children = Ilya Waleida
|residence = Jalan Kimia no 9 Menteng Jakarta 10320
|residence = Jalan Kimia No. 9 Menteng, Jakarta 10320
|alma_mater = [[STOVIA]]
|alma_mater = [[STOVIA]]
|occupation =
|occupation =
|religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
}}
}}
'''Bahder Djohan''' ({{lahirmati|[[Padang]], [[Sumatera Barat]]|30|7|1902||8|3|1981}}) adalah [[Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia|Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]] pada tahun 1950 hingga tahun 1951 dan tahun 1952 hingga tahun 1953. Djohan juga merupakan pimpinan [[Jong Sumatranen Bond]]. Djohan merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara pasangan Mohamad Rapal gelar Sutan Boerhanoedin, orang [[Koto Gadang]] yang berprofesi sebagai jaksa dengan Lisah yang berasal dari Alang Lawas, Padang. Bahder Djohan sendiri menerima gelar Marah Besar pada pernikahannya dengan Siti Zairi.
'''Bahder Djohan''' ({{lahirmati|[[Lubuk Begalung, Padang]], [[Sumatera Barat]]|30|7|1902||8|3|1981}}) adalah [[Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia|Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]] pada [[Kabinet Natsir]] dan [[Kabinet Wilopo]].


== Latar belakang pendidikan ==
== Asal usul ==
Bahder Djohan merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara pasangan Mohamad Rapal gelar Sutan Boerhanoedin orang [[Koto Gadang]], [[Agam]], dengan Lisah yang berasal dari [[Alang Laweh, Padang Selatan, Padang|Alang Laweh, Padang]]. Ayahnya berprofesi sebagai jaksa. Bahder Djohan menerima gelar Marah Besar pada pernikahannya dengan Siti Zairi Yaman.
Ia bersekolah pertama kali pada sekolah Melayu di Pondok, Padang. Pada tahun 1910 ayahnya dipindahkan ke [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]]. Pindahlah Djohan bersekolah yang sederajat di kota yang baru tersebut. Pada tahun 1913, dimasukan oleh ayahnya ke sekolah 1e Klasse Inlandsche School di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]. Di kota inilah bertama kali Djohan berkenalan dengan [[Mohammad Hatta]] yang kelak menjadi sahabatnya baik semasa sekolah maupun perjuangan. Hanya selama dua tahun ia bersekolah di sana dan pindah pulalah ia ke [[HIS]] Padang. Pada tahun 1917, Djohan telah menyelesaikan pendidikannya di HIS dan berhasil melanjutkan ke [[MULO]] di kota yang sama. Di MULO ini Djohan bertemu kembali dengan Mohammad Hatta.
Tahun 1919, Djohan diterima di [[STOVIA]] [[Batavia]] dan tinggal di asrama yang terdapat dalam kompleks sekolah itu. Pendidikan di STOVIA dilaluinya lebih kurang 8 tahun. Pada tanggal 12 November 1927 ia telah dapat menyelesaikan ujian akhir dan lulus dengan memperoleh gelar “Indish Arts”.


== Latar belakang ==
Djohan bersekolah pertama kali pada sekolah Melayu di [[Kampung Pondok, Padang Barat, Padang|Kampung Pondok, Padang]]. Pada tahun 1910, dia pindah sekolah ke [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]], mengikuti penempatan ayahnya. Pada tahun 1913, Djohan masuk sekolah 1e Klasse Inlandsche School di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]. Di kota inilah pertama kali Djohan berkenalan dengan [[Mohammad Hatta]], yang kelak menjadi sahabat baiknya semasa sekolah maupun perjuangan. Hanya dua tahun ia bersekolah disana, sebelum pindah ke [[HIS]] Padang. Pada tahun 1917, Djohan menyelesaikan pendidikannya di HIS dan melanjutkan ke [[MULO]] di kota yang sama.
Tahun 1919, Djohan diterima di [[STOVIA]], [[Batavia]] dan tinggal di asrama yang terdapat dalam kompleks sekolah itu. Pendidikan di STOVIA dilaluinya lebih kurang 8 tahun. Pada tanggal 12 November 1927, ia menyelesaikan ujian akhir dan lulus dengan memperoleh gelar “Indish Arts”.

==Kehidupan==
Pada masa muda, Djohan merupakan salah satu pimpinan [[Jong Sumatranen Bond]]. Dia juga terlibat dalam kepanitiaan Kongres Pemuda. Dalam Kongres Pemuda I, Djohan menyampaikan pidato tentang kedudukan wanita. Pidatonya yang berjudul "Di Tangan Wanita," dilarang beredar oleh pemerintah [[Hindia-Belanda]].<ref>Bahder Djohan, Stien Adam, Darsjaf Rachman, Di Tangan Wanita, Idayu, 1975</ref>

Setelah periode kemerdekaan, Djohan diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Natsir (1950-1951) dan Kabinet Wilopo (1952-1953). Pada tahun 1953 dia duduk sebagai direktur RSUP Jakarta (sekarang [[RSCM]]). Kemudian Djohan dipilih untuk menjabat Rektor [[Universitas Indonesia]]. Namun pada tahun 1958 sebelum masa jabatannya habis, Djohan mengundurkan diri. Dia tak setuju dengan cara pemerintah menyelesaikan peristiwa [[PRRI]].<ref>Majalah Tempo, 14 Maret 1981</ref>
==Referensi==
==Referensi==
* Djohan, Bahder, Bahder Djohan Pengabdi Kemanusiaan , PT Gunung Agung, Jakarta, 1980
* Djohan, Bahder, Bahder Djohan Pengabdi Kemanusiaan , PT Gunung Agung, Jakarta, 1980
Baris 52: Baris 61:
{{DEFAULTSORT:Djohan, Bahder}}
{{DEFAULTSORT:Djohan, Bahder}}


[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Pendidikan Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Pendidikan Indonesia]]

Revisi per 13 Oktober 2011 02.50

Bahder Djohan
Berkas:12 bahderdjohan.jpg
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia 6
Masa jabatan
6 September 1950 – 20 Maret 1951
PresidenSoekarno
Masa jabatan
3 April 1952 – 30 Juli 1953
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Wongsonegoro
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1902-07-30)30 Juli 1902
Indonesia Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Meninggal08 Maret 1981
Indonesia Indonesia
Suami/istriSiti Zairi
AnakIlya Waleida
Tempat tinggalJalan Kimia No. 9 Menteng, Jakarta 10320
Alma materSTOVIA
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Bahder Djohan (30 Juli 1902 – 8 Maret 1981) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Natsir dan Kabinet Wilopo.

Asal usul

Bahder Djohan merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara pasangan Mohamad Rapal gelar Sutan Boerhanoedin orang Koto Gadang, Agam, dengan Lisah yang berasal dari Alang Laweh, Padang. Ayahnya berprofesi sebagai jaksa. Bahder Djohan menerima gelar Marah Besar pada pernikahannya dengan Siti Zairi Yaman.

Latar belakang

Djohan bersekolah pertama kali pada sekolah Melayu di Kampung Pondok, Padang. Pada tahun 1910, dia pindah sekolah ke Payakumbuh, mengikuti penempatan ayahnya. Pada tahun 1913, Djohan masuk sekolah 1e Klasse Inlandsche School di Bukittinggi. Di kota inilah pertama kali Djohan berkenalan dengan Mohammad Hatta, yang kelak menjadi sahabat baiknya semasa sekolah maupun perjuangan. Hanya dua tahun ia bersekolah disana, sebelum pindah ke HIS Padang. Pada tahun 1917, Djohan menyelesaikan pendidikannya di HIS dan melanjutkan ke MULO di kota yang sama.

Tahun 1919, Djohan diterima di STOVIA, Batavia dan tinggal di asrama yang terdapat dalam kompleks sekolah itu. Pendidikan di STOVIA dilaluinya lebih kurang 8 tahun. Pada tanggal 12 November 1927, ia menyelesaikan ujian akhir dan lulus dengan memperoleh gelar “Indish Arts”.

Kehidupan

Pada masa muda, Djohan merupakan salah satu pimpinan Jong Sumatranen Bond. Dia juga terlibat dalam kepanitiaan Kongres Pemuda. Dalam Kongres Pemuda I, Djohan menyampaikan pidato tentang kedudukan wanita. Pidatonya yang berjudul "Di Tangan Wanita," dilarang beredar oleh pemerintah Hindia-Belanda.[1]

Setelah periode kemerdekaan, Djohan diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Natsir (1950-1951) dan Kabinet Wilopo (1952-1953). Pada tahun 1953 dia duduk sebagai direktur RSUP Jakarta (sekarang RSCM). Kemudian Djohan dipilih untuk menjabat Rektor Universitas Indonesia. Namun pada tahun 1958 sebelum masa jabatannya habis, Djohan mengundurkan diri. Dia tak setuju dengan cara pemerintah menyelesaikan peristiwa PRRI.[2]

Referensi

  • Djohan, Bahder, Bahder Djohan Pengabdi Kemanusiaan , PT Gunung Agung, Jakarta, 1980
  • Hatta, Mohammad, Mohammad Hatta Memoir, Tinta Mas Jakarta, 1979

Pranala luar

Didahului oleh:
Sarmidi Mangunsarkoro
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
1950—1951
Diteruskan oleh:
Wongsonegoro
Didahului oleh:
Wongsonegoro
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
1952—1953
Diteruskan oleh:
Mohammad Yamin
  1. ^ Bahder Djohan, Stien Adam, Darsjaf Rachman, Di Tangan Wanita, Idayu, 1975
  2. ^ Majalah Tempo, 14 Maret 1981